Turnamen Grand Slam AS Terbuka, yang digelar di tengah pandemi, menampilkan beragam emosi petenis dunia. Ada yang senang, tidak sedikit pula yang merasa dikekang bak dalam jeruji menyusul temuan kasus positif Covid-19.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, SELASA — Penantian setengah tahun para petenis dunia untuk tampil di ajang Grand Slam dalam masa pandemi Covid-19 akhirnya terwujud dengan dimulainya penyelenggaraan Amerika Serikat Terbuka, Senin (31/8/2020). Perasaan senang, bingung, hampa, bahkan frustrasi, mewarnai suasana hati para petenis elite dunia ketika tampil di salah satu dari empat panggung kompetisi tenis berlevel tertinggi sejagat itu.
”Saya tampil di stadion yang sangat besar, tetapi terasa sangat sepi,” ujar Karolina Pliskova, unggulan pertama tunggal putri di AS Terbuka 2020, setelah mengalahkan petenis Ukraina, Anhelina Kalinina, 6-4, 6-0, pada babak pertama, Senin waktu setempat.
Duel Pliskova-Kalinina menjadi laga pertama AS Terbuka 2020 yang berlangsung di Arthur Ashe, stadion terbesar di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, Flushing Meadows, New York. Dengan kapasitas 23.000 penonton, Arthur Ashe adalah stadion tenis termegah di dunia, termasuk dibandingkan stadion utama tiga Grand Slam lain, yaitu Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon.
Berlangsung pada masa pandemi Covid-19, AS Terbuka diselenggarakan dengan protokol kesehatan yang harus diikuti petenis, pelatih, wasit, petugas lapangan lain, serta panitia. Perbedaan paling mencolok dibandingkan tahun-tahun sebelumnya adalah ketiadaan para penonton yang membeli tiket.
Saat Pliskova dan Kalinina bertanding, hanya ada belasan orang yang duduk di kursi penonton. Mereka adalah para pelatih dan tim pendukung kedua pemain serta petenis lain yang belum mendapatkan jadwal pertandingan pada Senin.
Kursi penonton di Arthur Ashe juga digunakan sebagai tempat eksklusif 32 petenis unggulan. Panitia membuatkan sekat untuk memisahkan tribune ataupun para petenis. Para atlet dan timnya pun bisa lebih leluasa menyaksikan penampilan petenis lain sambil beristirahat atau makan.
Tempat tersebut diatur untuk memperluas ruang gerak atlet di Flushing Meadows agar bisa menjaga jarak, salah satu protokol kesehatan yang harus dijalankan di sana. ”Rasanya menyenangkan bisa kembali bertanding dan menyaksikan petenis lain secara langsung dengan leluasa. Mungkin, besok saya akan menonton Kim (Clijsters),” ujar tunggal putra Belgia, David Goffin, yang telah memenangi babak pertama.
Frustrasi dan bingung
Namun, di balik ”kemewahan” para petenis di tempat itu, rasa frustrasi dan bingung muncul terkait dengan hasil tes positif Covid-19 yang didapat petenis asal Perancis, Benoit Paire. Ia pun dicoret dari daftar undian, sehari sebelum turnamen itu berlangsung.
Peraturan dalam AS Terbuka ini berbeda dengan yang berlaku pada turnamen ATP/WTA Cincinnati di tempat yang sama, pekan lalu. Dua petenis putra, Guido Pella (Argentina) dan Hugo Dellien (Bolivia), didiskualifikasi jelang turnamen dimulai. Pencoretan itu dilakukan setelah mereka melakukan kontak dengan pelatih fisiknya, Juan Manuel Galvan, yang kedapatan terjangkit Covid-19. Mereka pun diharuskan menjalani karantina 10 hari.
Namun, dalam AS Terbuka, tiga rekan senegara Paire yang melakukan kontak dengannya tetap diizinkan bertanding dengan syarat harus menjalani tes Covid-19 setiap hari. Ruang gerak ketiga rekan Paire, yaitu Adrian Mannarino, Kristina Mladenovic, dan Edouard Roger-Vasselin, semakin dibatasi.
Mereka mendadak ibarat terpenjara. Ketiganya hanya diperbolehkan berada di tempat pertandingan dan di dalam kamar. Akses ke tempat latihan kebugaran dan fasilitas hiburan yang disediakan di Flushing Meadows dan hotel resmi, yang dipilih Asosiasi Tenis AS (USTA) untuk para peserta AS Terbuka, ditutup bagi Mladenovic dan kawan-kawannya itu.
Memakai tangga
Mannarino bahkan bercerita, ia tidak boleh memakai lift. Ia diharuskan menggunakan tangga untuk menuju maupun keluar dari kamarnya di lantai tujuh hotel yang ditempatinya selama turnamen itu.
”Mental saya lelah menghadapi situasi seperti ini. Saya pun tak bisa tidur. Tetapi, saya senang karena masih diperbolehkan bertanding. Saya harus menikmatinya semaksimal mungkin,” ujar Mannarino yang akan berhadapan dengan petenis tuan rumah, Jack Sock, pada babak kedua AS Terbuka.
”Belenggu” itu dialami Mannarino setelah diketahui bermain kartu bersama Paire, Mladenovic, dan Roger-Vasselin di lobi hotel meskipun tetap mengenakan masker. Mannarino lantas dihubungi pihak ATP, Sabtu malam. Dia diharuskan berada di kamar karena ada kasus positif Covid-19. Minggu malam, dia dikabari bisa bertanding, tetapi akan diawasi ketat oleh panitia.
Meskipun mentalnya lelah, Mannarino lega karena Paire tidak memiliki gejala walau dinyatakan positif Covid-19. ”Kami tak yakin seratus persen Paire terinfeksi di sini. Tetapi, kemungkinan itu bisa saja terjadi karena dia sudah lama berada di New York dan mendapat hasil negatif pada beberapa tes sebelumnya,” kata Mannarino.
Setali tiga uang, situasi tersebut menggangu mental Mladenovic. ”Rasanya berat harus bertanding dalam situasi seperti ini karena saya tak bisa mengakses fasilitas apa pun. Saya bak hidup dalam gelembung di dalam gelembung,” katanya.
Kekhawatiran terjangkit Covid-19 telah membuat sejumlah petenis unggulan memilih absen di AS Terbuka. Mereka antara lain Rafael Nadal, Bianca Andreescu, dan Simona Halep.
”Saya tahu, USTA dan WTA bekerja tanpa lelah untuk membuat turnamen berjalan aman. Namun, saya memutuskan tidak tampil di AS Terbuka. Saya selalu mengutamakan kesehatan dalam keputusan saya,” ujar Halep, petenis putri nomor dua dunia saat ini, lewat media sosialnya. (AFP/AP/REUTERS)