Balada Messi di Barcelona
Karier Lionel Messi di Barcelona segera menemui titik akhir. Messi telah membulatkan tekad meninggalkan Stadion Camp Nou di bursa transfer pemain musim panas ini. Kini, tinggal masalah uang yang menjadi halangannya.
BARCELONA, SENIN — Lionel Messi semakin menyiratkan diri untuk mengakhiri karier sepak bola hebatnya selama dua dekade terakhir di Barcelona. Akan tetapi, keinginan Messi itu tidak akan mudah dituruti ”El Barca”.
Ancaman hijrahnya sang megabintang sepak bola dunia itu tidak hanya membuat Barcelona kehilangan sosok yang memberikan jaminan gelar juara, tetapi juga pendapatan utama ratusan juta euro setiap tahunnya.
Keinginan pemain bernomor punggung 10 itu untuk meninggalkan Camp Nou semakin terlihat ketika ia menolak hadir di hari perdana berkumpulnya para pemain Barca menjelang musim baru, 2020-2021, Minggu (30/8/2020) pagi. Saat itu, semua pemain Barca melakukan tes usap Covid-19 di pusat latihan tim di Ciutat Esportiva.
Baca juga : Van de Beek Melengkapi Lini Tengah MU
Semua pemain dan staf pelatih Barcelona hadir dalam tes itu, termasuk penyerang Luis Suarez yang tidak masuk dalam skema permainan pelatih baru Barca, Ronald Koeman. Satu per satu pemain Barcelona hadir pada pukul 10.00 hingga 10.15 waktu setempat. Pemain pertama yang hadir dalam kesempatan itu ialah Ansu Fati, Sergio Busquets, dan Jordi Alba.
Namun, tidak muncul Messi hingga menjelang digelarnya latihan perdana tim itu bersama Koeman, Senin (31/8/2020) pagi.
Situasi itu kian menegaskan upaya ”pemberontakan” dan tidak lagi betahnya Messi di Barca, klub raksasa Spanyol yang telah membesarkan namanya. Jalan keluar Messi dari Barca akan dibicarakan ayah sekaligus agennya, Jorge, yang dijadwalkan bertemu dengan Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu, awal pekan ini.
Pertemuan itu akan membahas klausul pelepasan Messi secara gratis yang tercantum dalam kontrak terbarunya yang disepakati, November 2017. Dalam klausul itu, Messi bisa pergi secara gratis apabila meminta secara resmi sebelum 10 Juni 2020. Seiring pandemi Covid-19 yang membuat kompetisi musim 2019-2020 molor hingga Agustus 2020, pihak Messi berpendapat bahwa klausul itu seharusnya bisa berlaku mundur, hingga bulan ini.
Faktor Griezmann
Meskipun menikmati fasilitas mewah dan gaji tertinggi di dunia, yaitu 8,2 juta euro (Rp 143,2 miliar) per bulan, Messi ingin segera hengkang dari klub itu. Ada sejumlah alasan yang membuatnya memantapkan tekad itu. Hal pertama, ia dianggap tidak lagi menjadi tokoh sentral yang bisa menikmati keistimewaan, yaitu menjadi pusat permainan Barca, menyusul hadirnya Koeman.
Rencana perubahan itu telah disampaikan langsung Koeman kepada Messi. Namun, nasib Messi sebetulnya lebih baik dari rekan satu timnya, Suarez, yang terang-terangan disebut Koeman tidak lagi penting di Barca. Pelatih asal Belanda itu kemungkinan akan menjadikan Antoine Griezmann sebagai sentral baru serangan Barca.
Peran itu sempat disandang Griezmann saat membela klub terdahulu, Atletico Madrid, dan ketika membawa tim nasional Perancis menjuarai Piala Dunia Rusia 2018. Namun, peran idealnya sebagai striker tengah dan pusat permainan tim tidak bisa berjalan di Barca seiring masih hadirnya Suarez dan status keistimewaan pada Messi.
Faktor lain yang mendorong Messi membulatkan tekad untuk pergi adalah konfliknya dengan manajemen klub. Pemain berjuluk ”Si Kutu” itu kecewa terhadap kegagalan manajemen memulangkan Neymar Jr, mantan rekan setimnya yang kini membela Paris Saint-Germain, pada awal musim 2019-2020.
Messi juga merasa kurang dihargai. Padahal, ia sudah rela berkorban dengan pemotongan gaji hingga 70 persen pada Maret-Mei 2020.
Messi juga merasa kurang dihargai. Padahal, ia sudah rela berkorban dengan pemotongan gaji hingga 70 persen pada Maret-Mei 2020. Kerelaan Messi ini untuk membantu klub itu mengatasi krisis finansial akibat pandemi Covid-19.
Baca juga : Dua Sisi Hati Messi di Blaugrana
Legenda Barca, Hristo Stoichkov, menilai Messi adalah sebuah mitos penting dalam sejarah klub itu. Selain menyumbangkan 31 trofi, Messi juga telah memberikan dampak ekonomi besar bagi klub itu. Tak pelak Stoichkov kecewa terhadap langkah manajemen Barca yang enggan berbicara empat mata dengan Messi sebelum berakhirnya musim lalu.
”Andai Messi keluar, Barcelona telah menendang pemain terbaik di dalam sejarah klub ini dengan cara yang terburuk. Manajemen tidak lagi memiliki muka di hadapan fans,” ucap Stoichkov dikutip Mundo Deportivo, Minggu.
Wajah supremasi Barca
Simon Kuper, penulis buku Soccernomics, menilai, Messi telah menjadi wajah supremasi Barca dalam satu dekade terakhir. Seluruh pihak di internal Barca pun perlu menghormati sosok Messi atas segala hal yang dilakukannya selama ini.
”Messi adalah payung di dalam organisasi klub ini. Ia membuat Barcelona berjalan dengan mudah di dalam dan di luar lapangan,” tulis Kuper dalam artikelnya di Financial Times.
Setelah menyepakati kontrak baru dengan Barca, November 2017, Messi menerima bayaran sekitar 100 juta euro (Rp 1,74 triliun) per musim. Besarnya bayaran Messi itu membuat El Barca menjadi klub dengan jumlah pengeluaran gaji terbesar pada tahun 2019 dengan 485 juta euro (Rp 8,5 triliun).
Meski begitu, Barca tercatat sebagai klub dengan pendapatan terbesar pula di tahun 2019. Menurut laporan Football Money League 2020 yang dikeluarkan Deloitte, Barca menjadi tim pertama di dunia yang mampu menembus pendapatan 800 juta euro (Rp 13,97 triliun) per tahun. Mereka meraih 841 juta euro (Rp 14,7 triliun) selama 2019 atau mengalami peningkatan 22 persen dibandingan dengan pendapatan pada 2018. Tidak ada klub yang mampu menembus peningkatan pendapatan mencapai 20 persen.
Jumlah pendapatan terbesar Barcelona berasal dari hak siar dan komersial. Dari hak siar, Barcelona meraih 298 juta euro (Rp 5,2 triliun) atau meningkat dari pendapatan tahun 2018 yang memperoleh 223 juta euro (Rp 3,9 triliun). Kemudian, pendapatan komersial naik signifikan dari 323 juta euro (Rp 5,6 triliun) menjadi 584 juta euro (Rp 10,2 triliun). Dua sumber penghasilan terbesarnya itu tidak lepas dari peran Messi.
Sebagai contoh, perusahaan olahraga, Nike, menaikkan dua kali lipat nilai kontrak baru dengan Barca pada 2018 menjadi 155 juta euro per tahun hingga 2026 berkat keberadaan Messi. Setiap musimnya, ia juga membantu penjualan kostum Barca nyaris 1 juta buah.
Maka, menurut Presiden La Liga, operator Liga Spanyol, Javier Tebas, kepindahan Messi dari Spanyol akan memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan transfer Cristiano Ronaldo dari Real Madrid ke Juventus, Juli 2018.
”Kami tidak mengalami penurunan penonton televisi serta kontrak hak siar dan komersial ketika Ronaldo pergi. Akan tetapi, apabila Messi juga meninggalkan Spanyol, hal itu akan berdampak lebih besar ke liga,” ujar Tebas. (REUTERS/AFP)