Ferrari meninggalkan Belgia menuju kampung halaman mereka, Italia, dengan hasil memalukan. Hasil balapan seri ketujuh ini bisa berulang di Monza yang memiliki karakter sirkuit mirip dengan Spa-Francorchamps.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
SPA-FRANCORCHAMPS, MINGGU — Sirkuit Spa-Francorchamps di Belgia, Minggu (30/8/2020), menguliti habis kelemahan Ferrari musim ini. Mobil SF1000 tidak mampu bersaing, bahkan di papan tengah, meski sudah melakukan berbagai perubahan setelan, termasuk aerodinamika. Ferrari menjalani akhir pekan yang memalukan dan berpotensi terulang di hadapan pendukung mereka di Monza, Italia, akhir pekan ini.
Ferrari menuai hasil yang jauh di bawah harapan sejak sesi latihan bebas pertama seri Belgia, Jumat. Mereka kehilangan kecepatan hingga 12 kilometer per jam daripada musim lalu saat Charles Leclerc memenangi balapan. SF1000 jauh di bawah performa SF90 yang lebih cepat dan lebih stabil. Mobil baru tim ”Kuda Hitam” itu juga kurang adaptif dengan perubahan sirkuit karena perubahan setelan mobil justru memperburuk performa.
Ferrari berusaha memperbaiki kecepatan di trek lurus dengan menurunkan ketinggian mobil. Namun, ini membuat mereka kesulitan menempatkan ban dan posisi yang ideal. Akibatnya, daya cengkeram kedua mobil Ferrari yang dipacu Leclerc dan Sebastian Vettel menurun, baik di tikungan maupun trek lurus, seperti diulas kolumnis Formula 1, Lawrence Barretto.
Kesulitan Ferrari memperbaiki performa SF1000 itu berlanjut hingga kualifikasi saat Leclerc dan Vettel hanya bisa meraih posisi start ke-13 dan 14. Saat balapan, mereka kehilangan daya saing di papan tengah, yang musim ini menjadi lahan pertarungan keduanya. Performa yang buruk ini diperparah dengan pit stop yang lambat hingga membuat Leclerc berada di posisi ke-17 saat kembali ke lintasan.
Leclerc tak menutupi kekecewaannya dan menanyakan mengapa mereka sangat lambat saat penggantian ban. Pebalap berusia 22 tahun yang musim ini dua kali naik podium tersebut bisa memperbaiki posisinya hingga finis ke-14 persis di bawah Vettel.
Namun, yang lebih memalukan, mereka finis di bawah tim pengguna mesin Ferrari, Alfa Romeo, yang menempatkan Kimi Raikkonen finis ke-12. Padahal, Alfa Romeo termasuk dua tim yang memiliki performa mobil paling bawah musim ini, dan mereka juga kebingungan memperbaiki performa mobil C39 bermesin Ferrari 065 itu.
Semua kelemahan SF1000 dikuliti oleh karakter Sirkuit Spa-Francorchamps yang menuntut setelan mobil rendah. Trek ini juga memiliki dua sektor lurus dengan tikungan kecepatan tinggi di dalamnya. Karakter itu mirip dengan Sirkuit Monza yang menjadi rumah bagi Ferrari. Balapan seri Italia itu akan berlangsung 4-6 September.
Jika Ferrari tidak menemukan solusi jitu, paling tidak untuk membuat SF1000 bisa bersaing di papan tengah, mereka perlu bersiap menanggung malu di Monza, juga balapan ke-1.000 mereka di Mugello pada 11-13 September, yang semua di Italia.
”Kami memiliki dua pekan penting ke depan. Kami juga harus realistis serta tidak bisa mengharapkan keajaiban. Paket (mobil) seperti ini dan kami harus fokus pada hal-hal yang bagus meskipun tidak banyak,” tegas Vettel seusai balapan, seperti dikutip BBC.
”Sulit untuk mendapatkan pace yang bagus pada balapan ini dan akhir pekan ini. Ada banyak hal yang kami pelajari dan kami harus tetap tenang serta tidak frustrasi karena frustrasi biasanya tidak menghasilkan apa pun. Di Monza, ini sangat penting bagi kami dan kami harus terus berjuang,” tutur Vettel yang akan meninggalkan Ferrari pada akhir musim ini.
Hamilton brilian
Di saat Ferrari pusing dengan penurunan performa itu, Mercedes dan Red Bull terus melesat di papan atas. Para pebalap mereka kembali menguasai podium di Belgia, dengan Lewis Hamilton finis terdepan, diikuti rekan setimnya, Valtteri Bottas, dan pebalap andalan Red Bull, Max Verstappen.
Daniel Ricciardo yang sempat meyakinkan saat sesi latihan bebas dan kualifikasi dengan mobil Renault finis keempat. Pebalap Australia itu diikuti rekan setimnya, Esteban Ocon, dan rekan setim Verstappen, Alexander Albon.
Ini merupakan kemenangan ke-89 Hamilton, yang kini hanya terpaut dua kemenangan dari rekor milik Michael Schumacher dengan 91 kemenangan. Hamilton kembali menunjukkan kemampuannya yang istimewa dengan mampu mengelola bannya tanpa kehilangan kecepatan. Dia sempat mengeluhkan ban kanannya yang sudah habis.
”Ini bukan balapan termudah. Saya mengalami (ban terkunci) di tikungan 5 yang mulai memunculkan getaran dan temperatur ban menurun perlahan. Ini sedikit aneh, tetapi apa pun itu saya pikir itu oke. Saya sedikit grogi. Kami mungkin akan mendapat sesuatu seperti di Silverstone dengan ban, jadi saya menjaga itu,” tegas juara dunia enam kali F1 itu kepada Sky Sports.
”Saya tahu ini bukan sesuatu yang ingin dilihat semua orang, Mercedes di depan, tetapi tidak masalah seberapa banyak kesuksesannya, kami hanya perlu menjaga kepala kami tetap tertunduk. Ketika saya kembali ke kantor, saat ini tidak ada yang merayakan. Ini karena kami terus bekerja dan memikirkan balapan berikutnya. Ini mentalitas yang luar biasa,” tegas pebalap asal Inggris itu.
”Saya telah berusia 35, menuju 36, tetapi saya merasa lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Itu positif dan saya sangat berterima kasih kepada tim,” ujar Hamilton.
Hamilton membalap dengan kesalahan yang sangat minim sehingga sulit dikejar oleh Bottas. Pebalap asal Finlandia itu mengalami masalah yang sama dengan getaran pada mobilnya sehingga tidak bisa memangkas selisih waktu. Namun, dia masih bisa menjauh dari Verstappen yang jelas mobilnya kalah kecepatan dari para pebalap Mercedes.
”Ini sangat membosankan, tidak banyak yang bisa dilakukan. Saya tidak bisa menjaga jarak dengan mereka, dan kemudian saya kehabisan ban di akhir. Saya pikir saya sangat dekat dengan pecah ban,” tegas Verstappen.