Mercedes memiliki tim yang solid dan mampu bekerja efisien menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Ini membuat pesaing terdekat mereka, Red Bull, terus memeras kreativitas untuk memangkas kesenjangan performa di F1.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
SPA FRANCORCHAMPS, JUMAT – Mercedes bukan hanya memiliki pebalap andal dan mobil yang cepat. Tim asal Jerman ini juga diperkuat oleh para insinyur dan ahli mesin yang mampu menyelesaikan masalah dalam waktu cepat. Kekuatan di balik layar itu terbangun lama karena mereka tidak merombak total tim Brawn GP yang diakuisisi Mercedes pada 2009. Kestabilan tim dan kontinuitas pengembangan menempatkan tim "Panah Perak" di posisinya saat ini.
Mercedes pun menguasai balap Formula 1 di era mesin V6 turbo hibrida mulai 2014. Tim Panah Perak menyapu bersih lima gelar juara dunia pebalap di era mesin 1,6 liter itu, yaitu empat kali diraih Lewis Hamilton dan sekali Nico Rosberg (tahun 2016) yang kemudian pensiun di akhir musim itu.
Mercedes mengandalkan Hamilton dan Valtteri Bottas sejak 2017. Mereka tidak kehilangan dominasi hingga musim ini. Balapan di masa pandemi ini memang menghadirkan sejumlah masalah bagi Mercedes, mulai dari masalah performa hingga tekanan yang terlalu besar pada ban.
Namun, setiap kali muncul masalah pada W11, para insinyur, mekanik, dan pebalap tim, itu selalu bisa menemukan solusi jitu. Di Austria, Hamilton bisa menjadikan seri kedua seperti kursus membalap dengan keunggulan impresif. Demikian juga di Hungaria, di mana dia tak terkejar oleh pebalap Red Bull, Max Verstappen, yang bisa menjaga keunggulan dari Bottas yang finis ketiga.
Saat masalah tekanan pada ban akibat downforce yang besar membuat W11 kehilangan stabilitas di Silverstone, mereka juga mampu menemukan solusinya. Namun, pada balapan kedua di Inggris, Verstappen menghentikan kemenangan Mercedes dengan pilihan ban keras di awal balapan. Strategi ini mengeksploitasi masalah keausan ban Mercedes di trek yang panas.
Kondisi di Silverstone itu menumbuhkan harapan Red Bull untuk kembali dominan pada seri keenam musim ini di Barcelona. Namun, sekali lagi, Mercedes kembali dengan solusi jitu ditambah kecerdikan Hamilton mengelola ban supaya tidak cepat aus. Verstappen memang masih bisa finis di posisi kedua, memisahkan Hamilton dengan Bottas yang finis ketiga.
Namun, hasil balapan seri Spanyol itu menegaskan, bahwa temperatur lintasan yang panas bukan lagi kendala bagi Mercedes untuk terus kompetitif. “Kita terus mengatakan, ‘ah, kami perlu panas, kami perlu panas’. Akan tetapi, kami jelas dikalahkan (Mercedes) dalam (trek) panas di Barcelona,” ujar Verstappen dikutip Motorsport.
“Mungkin kami bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik. Walaupun sulit, saya akan berusaha berada di podium,” tegas Verstappen kemudian.
Hasil latihan bebas
Pebalap asal Belanda itu menjaga peluangnya untuk terus naik podium dengan selalu masuk dalam posisi tiga besar pada sesi latihan bebas pertama (FP1) dan FP2 seri Belgia di Sirkuit Spa-Francorchamps, Jumat (28/8/2020). Pada sesi pagi, pebalap asal Belanda itu menempati posisi ketiga di bawah Hamilton dan Bottas yang menorehkan waktu tercepat dengan 1 menit 44,493 detik. Bottas unggul tipis dari Hamilton, 0,069 detik. Sedangkan Hamilton juga hanya unggul tipis dari Verstappen dengan 0,081 detik.
Selisih waktu yang sangat tipis itu menunjukan Verstappen mampu memaksimalkan performa RB16 dengan pilihan ban yang sesuai untuk mengimbangi keunggulan kecepatan W11. Performa Verstappen berlanjut di FP2 dengan mencetak waktu tercepat 1 menit 43,744 detik dengan ban lunak. Dia unggul 0,096 dari Hamilton di posisi ketiga yang juga menggunakan ban lunak.
Hamilton berusaha memperbaiki posisinya dengan menggunakan ban berkompon lunak, tetapi usahanya terhenti karena sesi latihan dihentikan menyusul masalah pada mobil Renault yang dipacu Daniel Ricciardo. Pebalap asal Australia itu berada di posisi kedua FP2 dengan selisih 0,048 detik dari Verstappen.
“Ini awal yang bagus, tetapi masih banyak yang harus dikerjakan untuk besok (kualifikasi). Tetapi, secara umum saya senang,” ujar Verstappen seusai FP2.
Meskipun mobilnya terasa bagus, menurutnya masih ada hal lain yang bisa ditingkatkan. “Mobil balap tidak pernah sempurna. Perlu dilakukan perubahan, penyetelan, dan juga pemilihan ban. Kita lihat saja nanti,” tegas pebalap berusia 22 tahun itu.
Ini awal yang bagus, tetapi masih banyak yang harus dikerjakan untuk besok (kualifikasi). Tetapi, secara umum saya senang.(Max Verstappen)
Terkait dengan persaingan melawan Mercedes, dia menilai, para pemacu W11 akan lebih kompetitif pada Sabtu. “Saya pikir, mereka mengalami sedikit masalah pada keseimbangan, tetapi saya yakin mereka akan kompetitif besok. Saya tidak berharap meraih pole position tetapi berharap posisi start yang bagus,” pungkas Verstappen.
Masalah Ferrari
Pada balapan seri ketujuh ini, Ferrari masih mengalami masalah performa mobil SF1000. Pada FP1, kedua pebalap mereka, Charles Leclerc dan Sebastian Vettel, masing-masing hanya berada di posisi ke-14 dan 15. Mereka hanya berada di atas dua pebalap Williams yang selama beberapa tahun terakhir merupakan penghuni papan bawah F1.
Situasi semakin mengkhawatirkan pada FP2 dengan Leclerc di posisi ke-15 dari Verstappen, dan Vettel ke-17. Mereka masing-masing terpaut 1,6 detik dan 1,9 detik dari Verstappen.
Ini situasi yang sangat berkebalikan dengan musim lalu, di mana Ferrari tampil dominan di Belgia dengan Leclerc yang bisa finis terdepan di hari balapan. Mobil SF90, yang dipakai musim lalu, memiliki kecepatan yang tidak tertandingi oleh W10 dan RB15 di trek lurus Spa.
“Saya tidak berpikir kami seharusnya berharap performa yang mirip dengan tahun lalu. Tahun ini akan jauh lebih sulit. Tetapi, kami sudah tahu itu,” tegas Leclerc.
Ferrari sempat melakukan perubahan radikal pada aerodinamika dengan menyetel mobil lebih rendah dari biasanya dalam dua balapan di Silverstone. Itu dilakukan untuk menambal kelemahan dalam kecepatan di trek lurus. Namun, langkah itu tidak bisa dilakukan di Belgia karena sirkuit menuntut setelan mobil yang rendah, sehingga tidak bisa disetel lebih rendah lagi.
Terkait masalah yang dihadapi Ferrari musim ini, Vettel mengaku tetap optimistis bisa melakukan perbaikan dalam 11 seri yang tersisa. “Selalu ada dua cara untuk melihat ini. Anda bisa menjadi frustasi oleh hal ini atau mengatasi ini dan melewatinya. Itulah mengapa saya ada di sini. Saya selalu optimistis,” tegas empat kali juara dunia F1 itu.
“Menurut saya, selalu ada sesuatu yang bisa Anda pelajari, tetapi hal-hal itu tidak akan pergi begitu saja. Mereka muncul begitu saja, tetapi mereka tidak akan begitu saja hilang. Kami harus menyelesaikan ini dan saya yakin kami akan melalui ini,” tegas pebalap asal Jerman itu.
Vettel, yang menjalani musim terakhirnya bersama Ferrari, masih memiliki harapan untuk bisa memperbaiki posisinya. Kini, dia berada di posisi 11 klasemen pebalap dengan 16 poin. “Tahun ini belum berakhir. Jadi, sebagai sebuah tim, kami berusaha membuat kemajuan. Secara individu, saya juga berusaha meraih yang terbaik dalam situasi ini. Hal ini tidak mudah. Tetapi, seperti saya katakan, kami akan berusaha melakukan yang terbaik,” tegas Vettel yang belum memiliki tim untuk musim depan.