Di tengah pandemi, lomba lari virtual menjadi pilihan untuk mengganti ajang lari jalan raya. Meski kurang kompetitif, lari virtual jadi pilihan yang paling aman dan realistis saat ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ajang lomba lari jalan raya bisa saja digelar lagi di tengah pandemi. Namun, protokol kesehatan yang dibutuhkan sangat kompleks. Risikonya pun masih cukup besar. Maka itu, lari virtual dinilai sebagai pengganti yang realistis.
Perbincangan tentang opsi lari virtual menggantikan ajang lari jalan raya dibahas dalam webinar Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) pada Sabtu (29/8/2020).
Pandemi telah membatalkan banyak ajang lari jalan raya tahunan berskala internasional. Kabar terbaru, ajang Maraton Paris tahun ini dibatalkan setelah ditunda dua kali. Persyaratan yang rumit dalam hal protokol kesehatan terbukti menjadi kendala penyelenggara.
”Dalam kondisi pandemi ini, persyaratannya cukup ketat. Beberapa lomba maraton besar dibatalkan karena tidak bisa memenuhi syarat ini,” kata Sardjito Malo, International Tech Official Level 3 PB PASI.
Ajang lari jalan raya memang sulit dilakukan saat ini karena mengumpulkan puluhan ribu orang bersamaan dalam satu waktu. Biasanya, ajang olahraga ini diikuti ribuan peserta serta ditonton oleh ribuan penonton. Semua aspek ini bisa meningkatkan risiko penularan Covid-19.
Menurut Sardjito, lomba lari virtual lebih realistis untuk digelar. Lari virtual tidak akan mengumpulkan banyak orang dalam satu waktu. Peserta bisa lari di daerah masing-masing dengan waktu yang berbeda untuk menempuh jarak yang ditentukan. Jarak lari dan waktu akan dicatat oleh alat pengukur.
Pilihan terbaik
Lari virtual memang mengurangi sisi kompetitif ajang lari. Namun, ini menjadi pilihan terbaik untuk tetap bisa lari dengan aman. ”Pada prinsipnya, olahraga untuk meningkatkan kesehatan. Jangan sampai karena olahraga ini malah banyak yang sakit. Meskipun virtual, lari tetap harus memenuhi ketentuan lomba jalan raya,” tambahnya.
Pada prinsipnya, olahraga untuk meningkatkan kesehatan. Jangan sampai karena olahraga ini malah banyak yang sakit.
Dr Wawan Budisusilo dari Komisi Medis PB PASI mengatakan, di tengah pandemi, tidak ada kegiatan yang bebas risiko. Meski begitu, ajang lomba lari jalan raya memang pasti punya risiko lebih tinggi karena mengumpulkan massa.
Lari virtual, menurut Wawan, bisa lebih aman. Namun, penyelenggara tetap harus memberlakukan protokol kesehatan kepada peserta, mulai dari tes kesehatan, penggunaan masket sebelum dan sesudah lari, hingga berlari di zona hijau.
”Jadi, harus dipastikan mereka juga tidak lari dalam kerumunan,” katanya.
Adapun PB PASI menyarankan protokol kesehatan yang ketat jika tetap ingin menggelar lomba lari jalan raya. Jumlah peserta dan nomor lomba minimal dikurangi separuhnya. Kesehatan peserta harus dipantau dua minggu sebelum ajang.
”Selain itu, harus ada pembatasan di banyak hal. Mulai dari pembatasan saat menunggu di garis start, penggunaan toilet, hingga pemberhentian di water station. Jalur pelari juga harus dibedakan, misal kalau mau menyalip di jalur kanan. Karena kita berhadapan dengan potensi infeksi dari udara,” jelas Wawan.
Atlet maraton nasional Agus Prayogo mengatakan sudah beberapa bulan tidak ikut lomba lari karena banyak ajang yang batal. Dia pun berharap bisa berlomba lagi dalam waktu dekat.
Namun, sebelum memilih ajang selanjutnya, Agus akan memastikan lomba itu aman untuk diikuti. ”Prioritas utama adalah keselamatan para atlet. Atlet elite nasional juga satu suara,” ucap peraih emas nomor maraton SEA Games Manila 2019 itu.