Messi Ingin ”Cabut”, Barcelona Menatap Akhir Sebuah Era
Situasi internal di Barcelona membuat Lionel Messi semakin merasa tidak nyaman. Ia lantas ingin pergi dan Barcelona bakal kehilangan pemain terbaik yang pernah mereka miliki.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
BARCELONA, RABU — Bintang Barcelona, Lionel Messi (33), telah mengajukan permintaan untuk pergi meninggalkan klub yang ia bela selama lebih dari 16 tahun terakhir, Rabu (26/8/2020). Kabar mengejutkan ini membuat Barcelona kembali terluka dan menatap akhir sebuah era ketika sebuah klub di Katalan bisa menjadi fenomenal karena memiliki pemain yang ”datang” dari luar bumi.
Pemain asal Argentina ini, melalui pengacaranya, mengajukan permintaan tersebut dengan menggunakan jasa pengiriman dokumen yang populer di Spanyol, Burofax. Dalam dokumen tersebut, Messi ingin membatalkan kontraknya di Barcelona secara sepihak dengan mengacu pada klausul di kontraknya bahwa ia bisa pergi dari Barcelona dengan status transfer bebas pada akhir musim ini.
Namun, Barcelona tidak akan dengan mudah mengabulkan permintaan tersebut dan berencana membawa persoalan ini ke pengadilan untuk menentukan jalan keluar. Alasannya, klausul yang dimaksud Messi dianggap sudah tidak berlaku lagi sejak Juni lalu. Dengan demikian, Barcelona menilai, Messi tidak bisa pergi dengan bebas secara sepihak dan klub lain yang menginginkan Messi tetap harus membayar klausul pelepasan sebesar 700 juta euro atau Rp 12 triliun.
Persoalan kontrak ini menjadi rumit sehingga Barcelona ingin membawanya ke pengadilan karena klausul yang dimaksud Messi bertabrakan dengan situasi pandemi. ”Prinsipnya, klausul (yang dimaksud Messi) tidak berlaku lagi sejak 10 Juni 2020, tetapi situasi yang tidak wajar akibat virus korona membuka jalan bagi Messi untuk minta dibebaskan dari kontraknya,” tulis Marca.
Melalui permintaan itu, Messi terlihat sudah sangat putus asa sehingga mencari celah terbaik untuk bisa keluar dari Barcelona. Jika klausul pelepasan sebesar 700 juta euro itu diterapkan, peluang Messi untuk bisa keluar dari klub sangat kecil. Di tengah pandemi, ketika klub-klub merugi karena pendapatan berkurang, nominal tersebut sangat tidak realistis.
Sebagai gambaran, Neymar sebagai pemain termahal di dunia setelah dibeli Paris Saint-Germain dari Barcelona pada 2017 memiliki tarif 222 juta euro (Rp 3,8 triliun). Neymar pula yang membuat kontrak Messi ikut menjadi fantastis. Barcelona langsung memagari Messi dengan klausul pelepasan yang jauh melebihi harga Neymar ketika pemain bintangnya itu memperpanjang kontrak pada 2017.
Meski Messi bisa pergi dengan bebas, tidak akan banyak klub yang mampu memenuhi gaji Messi yang menurut Forbes mencapai 80 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,1 triliun per tahun. Beberapa klub dengan dukungan modal besar, seperti PSG atau Manchester City, merupakan klub-klub yang dinilai mampu mendapatkan Messi.
Tidak nyaman
Keputusan untuk pergi itu menjadi puncak gunung es dari perasaan tidak nyaman Messi selama ini. Apalagi pada musim ini ketika Barcelona sangat terpuruk karena gagal menjuarai Liga Spanyol dan tersingkir secara menyakitkan dari ajang Liga Champions.
Setelah dikalahkan Bayern Muenchen, 2-8, pada laga perempat final Liga Champions, Barcelona mulai memecat pelatih Quique Setien dan mendatangkan Ronald Koeman sebagai pelatih baru. Namun, kedatangan Koeman tidak mampu membuat keadaan langsung menjadi baik.
Marca mengibaratkan Barcelona saat ini seperti mesin cuci. Mereka ingin mencuci pakaian (membersihkan masalah), tetapi pakaian-pakaian itu justru robek.
Koeman disebut sebagai sosok yang turut melukai Messi. Ia dikabarkan mengeluarkan beberapa pernyataan yang mendegradasikan peran Messi di Barcelona saat keduanya bertemu pada akhir pekan lalu. ”Hak-hak istimewa (milik pemain) di dalam skuad sudah tidak ada lagi. Kamu harus melakukan segalanya untuk tim,” demikian pernyataan Koeman yang dikutip AS.
Sebelumnya, Koeman juga mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan Luis Suarez di dalam tim. Padahal, Suarez merupakan partner Messi di lini depan Barcelona sekaligus sahabat baiknya. Jika Koeman ”mengusir” teman-teman baik Messi, akan timbul bencana.
Keputusan Messi itu pun telah membuat para pendukung Barcelona marah dan justru meminta Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu untuk mundur. Para pendukung tersebut berkerumun di luar Stadion Camp Nou dan berteriak, ”Bartemou, mundurlah!”
Bagaimanapun, Messi adalah keajaiban dunia yang dimiliki Barcelona. Ia telah mempersembahkan empat trofi Liga Champions dan 10 trofi La Liga. Ia merupakan sensasi terakhir yang dimiliki Spanyol setelah Cristiano Ronaldo pergi dari Real Madrid ke Juventus pada 2018.
Simpati kepada Messi pun mengalir dari banyak pihak, termasuk mantan bek Barcelona, Carles Puyol. ”Aku menghormati dan mengagumimu, Leo. Aku mendukungmu,” ujar Puyol melalui Twitter.
Melalui media sosial pula mantan striker Barcelona dan timnas Inggris, Gary Lineker, mengkritik bekas klubnya itu. ”Jika Messi ingin pergi, sebaiknya klub mencoba membantunya, bukan menghalanginya. Dia adalah pemain terbaik yang mereka miliki dan sangat loyal. Sangat menyedihkan jika ini semua berakhir dengan pertengkaran antara klub dan pemain,” ujar Lineker. (AP/AFP/REUTERS)