Turnamen tenis ATP/WTA Cincinnati, yang digelar tanpa penonton, menjadi medan asing para petenis top dunia yang selama ini menikmati popularitas. Tak pelak, kejutan banyak tercipta di ajang pemanasan Grand Slam AS itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Dua poin lagi, Serena Williams (38) bisa tersingkir pada penampilan pertamanya dalam turnamen ATP/WTA Cincinnati, Amerika Serikat, ketika berhadapan dengan petenis Belanda, Arantxa Rus (29). Namun, dengan tambahan energi dari ”penonton” yang ada di benaknya, Serena akhirnya melewati ”tembok tebal” di hadapannya dan melangkah ke babak ketiga turnamen itu.
Dalam pertandingan di Grandstand, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, Flusing Meadows, New York, Senin (24/8/2020) waktu setempat itu, Serena menang, 7-6 (6), 3-6, 7-6 (0). Duel ini berlangsung selama 2 jam 48 menit.
”Come on!” Teriakan lantang Serena, sambil mengepalkan tangan kirinya, terdengar jelas di stadion berkapasitas 8.125 kursi yang kosong karena tak ada penonton itu. Hanya tim pelatih Serena dan Rus yang duduk di kursi penonton sambil mengenakan masker.
Sebagai turnamen besar tenis pertama yang digelar pada masa pandemi Covid-19, ATP/WTA Cincinnati, 22-28 Agustus, menerapkan protokol kesehatan ketat untuk mencegah penularan virus korona baru. Protokol itu salah satunya melarang kehadiran penonton yang membeli tiket.
”Saya melihat penonton di kepala saya. Penonton seperti ada di sana bagi saya,” ujar Serena sambil tertawa.
Pada pertandingan tersebut, Serena melewati tekanan dari Rus yang tinggal membutuhkan dua poin untuk menang saat unggul 6-5 setelah tertinggal lebih dulu 2-5. Laga itu merupakan pertandingan terlama Serena, petenis dengan 23 gelar Grand Slam, setelah melawan Virginie Razzano pada babak pertama Perancis Terbuka 2012 lalu. Serena kalah dalam laga yang berlangsung 3 jam 3 menit itu.
Serena mengatakan, meski lelah karena cuaca panas, kondisi fisiknya bugar. ”Tenis adalah persaingan mental. Kunci pertandingan tadi adalah mental,” kata petenis AS itu.
Selain pengalaman menjuarai turnamen besar, kekuatan mental biasanya didapat Serena dari dukungan penonton, apalagi saat dia tampil di depan publiknya sendiri. Dengan peraturan baru yang mengharuskan tak ada penonton dalam turnamen, petenis berusia 38 tahun itu menciptakan sendiri penonton di benaknya.
Faktor penonton, jika mereka hadir, dinilai lawan Serena pada babak ketiga, Maria Sakkari, akan menguntungkan lawannya itu. ”Sebanyak 99 persen (penonton) pasti mendukung Serena. Hanya 1 persen mendukungku,” kata petenis Yunani itu.
Ritual Djokovic
Bagi atlet, kehadiran penonton di lapangan bagai energi tambahan, terutama saat mereka menghadapi kesulitan. Novak Djokovic, petenis putra nomor satu dunia, bahkan, tetap melakukan ”ritual” setelah memenangi pertandingan, yaitu dengan mengangkat kedua lengannya sambil menghadap penonton di setiap sisi lapangan. Cara itu menjadi kebiasaannya sebagai wujud terima kasih untuk penonton yang telah memberinya energi.
Juara tunggal putri Australia Terbuka 2012 dan 2013, Victoria Azarenka, mengatakan, kehadiran penonton sangat berpengaruh pada kariernya. Tak hanya mereka yang merupakan penggemarnya, tetapi juga penonton yang mendukung lawan-lawannya.
”Ada momen-momen ajaib yang bisa terjadi ketika ada penonton dan itu bisa membalikkan keadaan,” kata Azarenka yang tampil melawan Alize Cornet (Perancis) pada babak ketiga ATP/WTA Cincinnati.
Andy Murray, yang menyingkirkan unggulan kelima Alexander Zverev pada babak kedua, berpendapat, pertandingan tanpa penonton tak memiliki atmosfer. ”Tanpa mereka, saya berusaha menciptakan atmosfer sendiri dengan hal-hal kecil supaya lebih fokus, seperti berpikir positif dan berteriak sambil mengepalkan tangan. Itu sedikit membantu,” tuturnya.
Petenis muda asal Yunani, Stefanos Tsitsipas, mencoba mengambil sisi positif dari absennya penonton. ”Situasi yang mengharuskan turnamen menjadi sangat terkontrol ini membuat saya melakukan pendekatan lain. Itu memberi saya kesempatan untuk lebih fokus pada diri sendiri dibandingkan pada situasi di luar pertandingan,” katanya dalam laman resmi ATP.
Dalam pertandingan, para bintang terbiasa mendengar nama mereka dieluk-elukkan. Saat ini, situasinya sama bagi semua petenis.
Menurut petenis asal Yunani itu, absennya penonton akan berpengaruh besar pada petenis top yang memiliki banyak penggemar. ”Dalam pertandingan, para bintang terbiasa mendengar nama mereka dieluk-elukkan. Saat ini, situasinya sama bagi semua petenis,” lanjut Tsitsipas, petenis yang kini berusia 22 tahun.
Kondisi tidak diinginkan
Pendapat yang sama disampaikan mantan petenis putri nomor satu dunia, Martina Navratilova. ”Petenis berperingkat rendah tak akan terlalu terpengaruh dengan situasi ini (tanpa penonton). Petenis top dunia sebenarnya memiliki modal karena punya motivasi dan mental juara. Akan tetapi, penonton tetap menjadi penolong, terutama saat mereka mengalami kondisi yang tak diinginkan,” kata Navratilova.
Tak pelak, kejutan pun banyak tercipta pada turnamen ini. Sejumlah petenis putri unggulan, seperti Petra Kvitova, Karolina Pliskova, dan Sofia Kenin, kandas dini. Mereka dikalahkan para petenis yang peringkatnya jauh di bawahnya.
Meski tidak begitu nyaman dengan absennya penonton, Azarenka tak ingin Asosiasi Tenis AS (USTA) menempatkan penonton ”palsu” di tribune penonton saat penyelenggaraan Grand Slam AS Terbuka, 31 Agustus-13 September.
Liga bola basket AS, NBA, misalnya, menempatkan penonton virtual dalam kompetisi di gelembung Orlando, Florida. Adapun Liga Bisbol Korea memasang boneka di kursi penonton.
”Bagi saya, itu terasa aneh dan terlihat mengerikan. Semoga itu tidak ada di tenis,” kata mantan petenis nomor satu dunia itu. (AP)