MotoGP musim 2020 belum menunjukkan kandidat juara yang jelas, kontras dengan musim-musim sebelumnya saat ada Marc Marquez. Kondisi ini karena belum ada pebalap yang konsisten meraih podium hingga seri kelima.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
SPIELBERG, SENIN — Lima seri telah berlangsung di ajang balap motor paling ketat, MotoGP. Namun, belum muncul nama-nama pebalap yang bisa dinilai sebagai kandidat kuat juara musim 2020 ini. Dari empat pebalap yang meraih podium tertinggi, Fabio Quartararo, Brad Binder, Andrea Dovizioso, dan pekan lalu Miguel Oliveira, belum ada yang mampu konsisten finis di tiga besar. Ketiadaan konsistensi ini membuat persaingan juara musim ini terbuka sangat lebar.
Quartararo memang sempat merajai dua seri awal yang berlangsung di Jerez, demikian juga Maverick Vinales yang selalu finis kedua di seri Spanyol dan Andalusia itu. Namun, mereka kemudian kesulitan meraih podium mulai seri ketiga di Brno, Ceko, hingga seri keempat dan kelima di Red Bull Ring, Austria. Dalam tiga seri terakhir itu, Quartararo hanya mampu finis di posisi ketujuh, kedelapan, dan ke-13.
Pebalap tim Petronas SRT Yamaha itu memang masih berada di puncak klasemen dengan 70 poin. Itu juga karena tidak ada pebalap yang konsisten, termasuk pebalap tim Monster Energy Yamaha, Vinales. Dia hanya bisa dua kali finis dalam tiga balapan terakhir, itu pun di posisi ke-14 dan 10. Sementara pekan lalu, dia gagal finis akibat terjatuh menjelang Tikungan 1 Red Bull Ring. Motor YZR-M1 yang dia pacu mengalami kerusakan rem, hingga motor menabrak pembatas trek dalam kecepatan 230 kilometer per jam dan kemudian terbakar. Vinales yang sempat menempel Quartararo pada klasemen pebalap kini merosot ke posisi keempat dengan 48 poin.
Setali tiga uang, Binder yang memenangi seri Ceko juga gagal mengulang pencapaian podiumnya pada dua seri di Austria. Pebalap rookie yang membela KTM itu memang tetap tampil mengesankan, dengan mampu finis keempat dan kedelapan di seri Austria dan Styria. Dia kini di posisi keempat dengan selisih 21 poin dari Quartararo. Pebalap asal Afrika Selatan itu belum mampu melakukan start dengan baik dan mencetak ritme dengan race pace yang bagus sejak awal balapan. Dia baru bisa memperbaiki posisi setelah separuh balapan sehingga kehabisan waktu untuk bisa meraih podium.
Kondisi yang sama dialami Dovizioso. Pebalap tim pabrikan Ducati itu finis ketiga di seri pertama, tetapi kemudian hanya bisa finis keenam dan ke-11 pada seri Andalusia dan Ceko. Pebalap berusia 34 tahun yang meraih runner-up dalam tiga musim terakhir itu kemudian memenangi balapan seri Austria. Namun, pekan lalu dia hanya bisa finis di posisi kelima. Dovizioso masih mengalami masalah dengan setelan motor untuk mendapatkan daya cengkeram maksimal ban.
Dovizioso, yang akan meninggalkan Ducati di akhir musim ini, masih berada di posisi kedua dengan 67 poin. Dengan selisih hanya 3 poin dari Quartararo, Dovizioso berpotensi menjadi salah satu kandidat juara jika mampu konsisten finis di podium, atau minimal lima besar mulai seri keenam di Sirkuit Misano, San Marino, pada 11-13 September. Balapan seri ketujuh masih berlangsung di Misano pada 18-20 September. Dua balapan di sirkuit yang sama ini membuka peluang meraih hasil maksimal beruntun yang sangat krusial dalam persaingan juara, seperti dilakukan oleh Quartararo di Jerez. Saat ini, dengan sembilan seri tersisa, peluang para pebalap untuk meraih gelar juara masih sangat terbuka.
Peluang yang sama dimiliki pebalap Pramac Ducati, Jack Miller, yang kini di posisi ketiga dengan 56 poin. Miller membuktikan dirinya bisa bersaing di papan atas dalam dua seri terakhir, dengan finis ketiga dan kedua. Pebalap asal Australia itu berpotensi menjadi ”kuda hitam” karena terus menekan Quartararo dan Dovizioso dalam perburuan poin kejuaraan.
Persaingan yang sangat ketat ini pun membuat Quartararo mulai ragu dengan potensinya meraih gelar juara. Dia sulit bersaing meraih podium karena masalah performa pada motor YZR-M1, sama dengan yang dialami tiga pebalap Yamaha lainnya, Franco Morbidelli, Valentino Rossi, dan Vinales. Selain masalah sistem pengereman yang membuat Vinales terjatuh pekan lalu, Yamaha juga dipusingkan dengan masalah keandalan mesin. Bahkan, Rossi mengakui mesin YZR-M1 diturunkan sedikit kemampuannya untuk mencegah kerusakan.
Namun, Vinales tidak mengakui itu dan menilai motornya berfungsi dengan baik. Padahal, Vinales merupakan satu-satunya pebalap yang sudah menggunakan jatah maksimal lima mesin musim ini. Keandalan mesin menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Yamaha, untuk menemukan solusi jitu secepatnya, supaya para pebalapnya bisa kembali bersaing dalam perebutan gelar juara musim ini.
”Ya, tentu saja kami pesaing gelar juara, tetapi saya tidak merasa seyakin di Jerez. Di Jerez semuanya oke, semuanya berjalan dengan sangat baik. Tetapi, ini sepertinya seiring dengan waktu kami mendapatkan lebih banyak masalah dan kami kesulitan,” ujar Quartararo.
”Oke, Austria adalah trek yang sulit bagi kami. Namun, tahun lalu saya mendapatkan feeling yang sangat bagus dan saya finis ketiga, saya finis di podium. Dan (tahun ini) rasanya sangat berbeda dari tahun lalu. Jadi kami menanyakan banyak hal pada Yamaha dan semoga mendapatkan sesuatu yang positif di Misano. Tentu Misano akan menjadi trek yang bagus bagi kami, tetapi masalah tetap akan ada di sana. Jadi kami perlu mengatasi itu dan melakukan yang terbaik,” tegas pebalap asal Perancis itu, dikutip Motorsport.
Jika Yamaha bisa mengatasi masalah pada motor mereka, Quartararo akan seperti mendapat kesempatan kedua dalam perburuan juara. Perbaikan performa akan membuat mereka bisa bersaing dengan para pebalap KTM dan Suzuki yang akhir-akhir ini sangat cepat. Bahkan, Rossi mengakui motor Suzuki GSX-RR jauh lebih kencang dibandingkan dengan motor Yamaha setelah dia didahului oleh Alex Rins pekan lalu.
Rins dan rekan setimnya, Joan Mir, menunjukkan bahwa Suzuki kini memiliki kecepatan puncak yang bisa bersaing dengan Ducati, Honda, dan KTM yang melesat sejak seri ketiga. Mereka telah menempatkan tiga pebalapnya di podium pekan ini, yaitu Binder yang memenangi seri Ceko, Oliveira yang finis terdepan, serta Pol Espargaro yang finis ketiga di seri Styria.
Oliveira menilai persaingan juara musim ini sangat terbuka begitu Marc Marquez tidak ada di lintasan. Pebalap tim Repsol Honda itu gagal finis pada seri pertama karena kecelakaan. Dia kemudian absen sejak seri kedua, dan pekan lalu diumumkan oleh Honda Racing Corporation bahwa Marquez akan memulihkan cedera humerus lengan kanannya dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Kondisi ini hampir pasti membuat Marquez tidak akan bisa merebut gelar ketujuh juara dunia MotoGP pada musim ini.
”Menurut saya, ini hanya pendapat saya, setelah Marc Marquez keluar, tiba-tiba semua orang mulai merasa mereka bisa memenangi balapan-balapan dan kejuaraan. Menurut saya, kondisi ini masih berlangsung. Inilah penyebab saat ini belum ada favorit yang jelas dalam persaingan juara. Namun, saat ini juga masih terlalu dini untuk menentukan itu. Semoga dalam dua balapan berikutnya kita bisa melihat siapa yang bisa lebih konsisten berada di podium dan meraih lebih banyak poin, karena itu yang akan membuat perbedaan,” tegas Oliveira kepada MotoGP.