Kingsley Coman Antar Bayern Muenchen Jadi Raja Eropa
Setelah menunggu tujuh tahun, Bayern Muenchen mampu kembali meraih treble gelar dalam satu musim. Satu gol dari mantan pemain PSG, Kingsley Coman, menjadi pembeda dalam laga final.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LISABON, SENIN — Sebuah tandukan dari Kingsley Coman cukup mengantarkan Bayern Muenchen untuk mengoleksi gelar Liga Champions keenam setelah mengalahkan Paris Saint-Germain dalam laga final, Senin (24/8/2020) dini hari WIB, di Stadion da Luz, Lisabon, Portugal. Atas hasil itu, Bayern mampu menyamai prestasi Barcelona yang mampu meraih gelar treble kedua.
Paris Saint-Germain tidak pernah menyangka impian untuk merengkuh trofi ”Si Kuping Besar” pada kesempatan pertama harus dibuyarkan oleh Coman, yang merupakan lulusan akademi PSG. Coman adalah bocah asal Paris yang meniti karier sepak bola dari tim yunior PSG pada 2004 sebelum hijrah ke Juventus pada musim panas 2014.
Kemudian, Coman melanjutkan petualangannya ke Bayern Muenchen dengan banderol 28 juta euro (Rp 488 miliar) di awal musim 2015-2016. Coman memainkan laga ke-109 untuk ”Die Roten” di laga final Liga Champions perdananya. Adapun gol ke gawang kiper PSG, Keylor Navas, adalah gol ke-20 yang dicetak pemain bernomor punggung 29 untuk Bayern.
Di sisi lain, Coman mencetak gol ke-500 Bayern di Liga Champions. Catatan itu menjadikan Bayern sebagai tim ketiga yang mampu mencetak 500 gol di kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa itu. Dua tim yang telah lebih dulu menorehkan catatan istimewa itu ialah Real Madrid dan Barcelona.
”Ini adalah perasaan senang yang luar biasa. Saya merasakan sedikit kesedihan untuk PSG, mereka memiliki musim yang fantastis dan kami harus menghormati apa yang telah dicapai PSG,” ujar Coman, yang dianugerahi pemain terbaik di laga final, dikutip UEFA.com.
Menurut Pelatih Bayern Hans-Dieter Flick, Coman telah menunjukkan peran pentingnya bagi Bayern di musim ini. Coman, lanjutnya, telah belajar banyak dari kebersamaannya di Bayern setelah selama ini menjadi pelapis bagi Franck Ribery dan Arjen Robben.
”Mungkin dia (Coman) akhirnya mampu keluar dari bayang-bayang Franck dan Arjen di musim ini. Dia memiliki talenta luar biasa dan menunjukkan bahwa dia juga mampu mencetak gol,” kata Flick.
Sempurna
Sementara itu, Bayern menjadi tim yang paling layak menjadi tim terbaik di Eropa musim ini. Die Roten menorehkan tinta emas baru sebagai tim yang mampu 100 persen meraih kemenangan dalam satu musim Liga Champions. Sebanyak 43 gol diciptakan anak asuhan Hans-Dieter Flick dalam 11 pertandingan.
Bagi Flick, ia juga menjadi pelatih pertama yang mampu meraih kemenangan sempurna di musim perdana melatih di Liga Champions. Sejak naik jabatan dari asisten pelatih menjadi pelatih utama Bayern, November lalu, Flick telah memimpin Bayern di delapan laga dengan selalu meraih kemenangan.
Dengan menyempurnakan trofi Liga Champions, Flick menjadi pelatih Jerman kedua yang mampu meraih treble gelar dalam satu musim setelah Jupp Heynckes pada musim 2012-2013. Hebatnya, Flick mempersembahkan tiga gelar mayor hanya di musim pertama, sedangkan Heynckes meraih treble gelar di musim kedua pada periode keduanya menangani Die Roten yang dimulai pada awal musim 2011-2012.
”Banyak orang yang pantas diberikan kredit atas gelar ini. Kami menyaksikan selama (libur) musim dingin terdapat banyak determinasi yang ditunjukkan seluruh pemain. Itu adalah sesuatu yang amat dibutuhkan oleh seorang pelatih,” ujar Flick seusai laga dilansir UEFA.com.
Kemenangan atas PSG membuat Bayern menjaga rekor sempurna ketika menghadapi tim asal Perancis di final Liga Champions. Sebelumnya, Bayern menumbangkan Saint-Etienne pada laga final edisi 1975-1976.
Di musim ini, Bayern juga menyempurnakan trofi Si Kuping Besar dengan sepatu emas yang diraih sang penyerang, Robert Lewandowski. Dalam 10 laga yang dimainkan, Lewandowski mencetak 15 gol. Lewandowski menjadi pemain kedua setelah Cristiano Ronaldo yang mampu menembus catatan 15 gol dalam satu musim Liga Champions.
Selain itu, penyerang tim nasional Polandia itu juga mengakhiri dominasi Ronaldo dan Lionel Messi yang selalu memimpin daftar pencetak gol terbanyak Liga Champion sejak musim 2008-2009.
Kebahagiaan juga menyelimuti bek sayap Bayern, Alphonso Davies. Ia menjadi pesepak bola asal Kanada pertama yang meraih gelar Liga Champions.
”Siapa yang menyangka seorang anak dari Kanada bisa memenangi Liga Champions? Apabila ada seseorang yang mengatakan itu kepada saya dua tahun lalu, saya tidak akan memercayainya,” kata Davies, yang bergabung dengan Bayern pada Januari 2019 dari klub Liga Amerika Serikat, Vancouver Whitecaps.
Gagal
Adapun ”Les Parisiens” gagal menyamai prestasi Marseille yang hingga kini masih menjadi satu-satunya tim Liga Perancis yang mampu meraih trofi Si Kuping Besar. Marseille menjadi juara Eropa pada musim 1992-1993.
Kekalahan di partai final menjadikan PSG sebagai tim keempat Perancis yang hanya mampu meraih predikat runner-up Liga Champions. Sebelum PSG, tiga tim lain yang meraih catatan itu ialah Reims pada edisi 1955-1956 dan 1958-1959, lalu Saint-Etienne pada musim 1975-1976, serta AS Monaco di musim 2003-2004.
Meskipun timnya kalah, Pelatih PSG Thomas Tuchel tetap mengapresiasi usaha keras yang telah diberikan seluruh pemainnya dalam laga final perdana PSG di Liga Champions. Menurut dia, timnya telah menunjukkan mentalitas yang tepat untuk menjalani laga puncak, tetapi hasil akhir laga tidak selalu sesuai dengan keinginan.
”Kami memiliki momen untuk menciptakan gol, sayangnya kami tidak cukup tajam di depan. Kami ingin Kylian (Mpabbe) dan Neymar untuk selalu mencetak gol, tetapi kami tidak bisa memaksakan itu,” tutur Tuchel.
PSG pun bertekad akan kembali melanjutkan mimpi untuk meraih Liga Champions perdana di musim depan. Gelandang PSG, Ander Herrera, menilai, rasa sakit akibat kekalahan di final musim ini akan menjadi pengalaman berharga untuk membuat Les Parisiens lebih kuat.
”Sekarang kami akan sulit tidur, sulit berbicara, dan sulit menjelaskan tentang hasil laga final ini. Tetapi, mulai besok, saya yakin seluruh rekan setim akan memulai kembali perjuangan kami, sebab kami telah membangun pondasi yang penting bagi klub,” ujar Herrera. (AFP)