Laju Indonesia terhenti di penyisihan Grup A Divisi Utama Olimpiade Catur Daring edisi perdana. Para pecatur nasional dinilai masih lemah dalam kalkulasi langkah kemenangan, terutama di masa genting.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim Indonesia gagal melangkah lebih jauh di Olimpiade Catur Daring. Laju tim Merah-Putih terhenti di penyisihan Grup A Divisi Utama kejuaraan yang baru dihelat perdana tersebut. Para pecatur nasional dinilai masih lemah dalam kalkulasi langkah kemenangan, terutama di masa genting.
Dari sembilan laga penyisihan Grup A Divisi Utama, Indonesia menuai tiga kemenangan, dua seri, dan empat kekalahan. Dengan hasil itu, mereka hanya berada di peringkat ketujuh dari 10 tim yang ada dengan delapan poin kemenangan regu dan 27,0 poin kemenangan papan. Maka itu, mereka gagal lolos dari Divisi Utama karena hanya dua tim terbaik dari masing-masing grup Divisi Utama yang berhak ke babak playoff.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Kristianus Liem dihubungi dari Jakarta, Minggu (23/8/2020), mengatakan, sejatinya, Indonesia bisa berada di peringkat kelima. Namun, pada laga hari terakhir penyisihan Grup A, Minggu, ada salah satu laga yang gagal dioptimalkan untuk mendongkrak posisi ke peringkat lebih baik tersebut.
Di hari terakhir penyisihan Grup A, Indonesia menahan imbang Iran 3 poin-3 poin, menang 4 poin-2 poin atas Mongolia, dan kalah 2 poin-4 poin dari Georgia. Saat menghadapi Georgia, mereka sesungguhnya bisa mendapatkan hasil lebih baik andai pecatur nasional Master Internasional/IM Yoseph Theolifus Taher yang remis dengan pecatur Georgia Grand Master/GM Levan Pantsulaia bisa memenangkan laga tersebut.
Dalam laga itu, Yoseph berpeluang menang telak. Apalagi hingga langkah ke-29, dia sudah unggul materi, posisi, dan waktu atas lawannya. Dia sudah memiliki banyak variasi untuk memenangkan laga. Hanya saja, karena terlalu banyak pilihan, dirinya justru terlalu lama berpikir mencari langkah untuk segera memenangkan laga.
Akibatnya, waktu Yoseph banyak terbuang. Dari sempat unggul lima menit atas lawan, waktunya justru menjadi sama-sama satu menit di langkah ke-32. Hal itu justru membuatnya panik dan melakukan blunder dengan menggerakan menterinya untuk memukul pion lawan di e4. Gerakan gegabah itu membuat lawan bisa memaksakan terjadinya skak abadi dan laga menjadi remis.
Idealnya, Yoseph menggerakan menteri ke d5. Dengan begitu, dia bisa memaksakan laga saling makan yang ujungnya. Karena unggul materi dan posisi, dirinya tetap menang walau terjadi aksi saling bunuh tersebut.
"Hasil remis itu sangat menyesakkan. Andai menang, kita bisa mendapatkan tambahan 0,5 poin untuk akumulasi kemenangan papan". (Kristianus Liem)
”Hasil remis itu sangat menyesakkan. Andai menang, kita bisa mendapatkan tambahan 0,5 poin untuk akumulasi kemenangan papan. Kalau begitu, poin kemenangan beregu dan papan kita bisa sama dengan Mongolia di peringkat kelima. Akan tetapi, kita yang berhak ke peringkat kelima karena unggul head to head atas Mongolia,” ujar Kristianus.
Cukup memuaskan
Kendati Indonesia hanya berada di peringkat ketujuh Grup A Divisi Utama Olimpiade Catur Daring, menurut Kristianus, hasil itu sudah cukup memuaskan. Sesuai prediksi, Indonesia sulit untuk bisa lolos ke babak playoff. Di atas kertas, kecuali Zimbabwe yang akhirnya di peringkat ke-10 atau juru kunci, kemampuan Indonesia memang berada satu level di bawah tim peserta grup tersebut.
Bahkan, raihan Indonesia dinilai cukup luar biasa karena bisa berada di atas dua tim yang secara sejarah selalu di atas mereka, yakni Uzbekistan yang akhirnya berada di peringkat kedelapan dan Vietnam di peringkat kesembilan. Adapun yang lolos dari Grup A ke babak playoff adalah India di urutan pertama dan China di posisi kedua. Sementara itu, tim kuat Jerman hanya di urutan ketiga dan Iran di posisi keempat.
”Kami cukup puas melihat performa anak-anak. Beberapa kali, mereka bisa membuat kejutan di luar kemampuan rata-ratanya, antara lain menang 3-5,2-5 atas Vietnam, Sabtu (22/8), menang 4-2 atas Mongolia, Minggu, menahan imbang Uzbekistan 3-3, Sabtu, dan menahan imbang Iran 3-3, Minggu,” katanya.
Terlepas dari itu, Kristianus mengakui bahwa PB Percasi perlu menyiapkan pecatur nasional menjadi lebih baik. Lebih-lebih, untuk persiapan mengikuti Olimpiade Catur 2020 yang ditunda ke tahun depan. Fokus perbaikan utama, antara lain kalkulasi langkah kemenangan yang lebih akurat. ”Di beberapa laga, anak-anak berpeluang menang tetapi hasilnya jadi remis atau kalah. Itu karena kalkulasi langkah kemenangannya lambat dan tidak akurat,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Kristianus, PB Percasi perlu melakukan pelatnas sebelum mengikuti suatu kejuaraan. Tujuannya, agar para pecatur memiliki banyak waktu untuk berdiskusi bersama. Jelang Olimpiade Catur Daring ini, mereka justru tidak pernah bertemu atau tatap muka sama sekali. Mereka hanya bertemu ketika PB Percasi membuat basecamp di Cisarua, Bogor, Jawa Barat sejak dimulai penyisihan Grup A Divisi Kedua per 14 Agustus lalu.
”Ke depan, kami patut membuat pelatnas sebelum mengikuti suatu ajang, terutama untuk presiapan Olimpiade Catur tahun depan. Banyak sekali manfaat dari pelatnas, seperti ada pengawasan langsung dari pelatih dan pecatur bisa berdiskusi secara langsung,” ujarnya.
Ketua Umum PB Percasi GM Utut Adianto mengutarakan, dengan semua perjuangan yang telah dilalui, PB Percasi bangga dengan capaian tim Indonesia di Olimpiade Catur Daring kali ini. Lagi pula, sejak awal, mereka memang hanya menargetkan tim untuk bisa lolos dari Divisi Kedua ke Divisi Utama.