Petenis dan panitia hidup dalam "gelembung" selama turnamen ATP/WTA Cincinnati dan Grand Slam AS Terbuka di New York. Mereka mencoba menciptakan lingkungan “normal”, meski geraknya sangat terbatas.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Hotel dan lapangan setiap hari. Aktivitas di dua tempat itu adalah kehidupan sehari-hari petenis dalam “bubble” (gelembung) New York selama turnamen ATP/WTA Cincinnati dan Grand Slam AS Terbuka. Hidup dalam tempat terbatas, panitia dan petenis mengakali dengan menciptakan lingkungan “normal” versi mereka.
Pusat Tenis Nasional Billie Jean King di Flushing Meadows, yang berada di pusat New York City, dikenal sebagai tempat penyelenggaraan Grand Slam AS Terbuka sejak 1978, pada tahun ke-97 turnamen tersebut. Namun, pada musim ini, kompleks lapangan tenis seluas 18,8 hektar tersebut tak hanya menggelar AS Terbuka (31 Agustus-13 September), melainkan juga ATP/WTA Cincinnati (22-28 Agustus).
Dalam struktur turnamen profesional putra dan putri, turnamen Cincinnati berada pada level tinggi : ATP Masters 1000 untuk putra dan WTA Premier 5 untuk putri. Maka, menggelar dua ajang besar beruntun dalam satu tempat pada tahun ini terbilang ambisius bagi Asosiasi Tenis AS (USTA).
Pandemi Covid-19 menjadi alasan penggabungan tersebut. USTA menciptakan "gelembung", lingkungan yang terkontrol untuk AS Terbuka dan ATP/WTA Cincinnati, dengan target menghidupkan kembali kompetisi tenis yang terhenti sejak Maret.
USTA mengikuti apa yang dilakukan liga bola basket NBA dan liga hoki NHL yang membuat gelembung masing-masing. Gelembung NBA berada di Walt Disney World Resort, Florida, sementara NHL di Edmonton dan Toronto, Kanada.
Lingkungan khusus untuk semua partisipan (atlet, pelatih, dan panitia) ini tak hanya dibuat di tempat pertandingan. Dengan target utama mencegah penularan virus, ruang gerak partisipan di tempat mereka tinggal pun dibatasi.
Dua hotel di wilayah Long Island, sebagai pengganti Manhattan di wilayah New York City, dijadikan pusat tempat tinggal atlet. Meski atlet harus menempuh perjalanan sekitar 30 menit hingga satu jam menuju Flushing Meadows, Long Island dinilai lebih aman karena tidak terlalu padat seperti Manhattan.
Petenis yang ingin memiliki sedikit keleluasaan dalam bergerak, dan tentu saja punya anggaran berlebih, diperbolehkan tinggal di rumah sewa dengan syarat memiliki petugas keamanan 24 jam. Selain memastikan petenis dan timnya tidak keluar rumah selain ke tempat pertandingan, mereka juga harus menjaga agar tak ada orang lain yang berkunjung selain yang mendapat kartu akreditasi dari panitia.
Pilihan tersebut dilakukan Novak Djokovic dan Serena Williams. Menjaga kesehatan, karena memiliki riwayat gangguan sistem pernafasan yang mengancam nyawa saat melahirkan anaknya, menjadi alasan Serena memilih tinggal di rumah sewa. Apalagi, dia membawa putrinya, Olympia, yang baru berusia dua tahun.
Sebagian besar petenis, termasuk mantan tunggal putra nomor satu dunia, Andy Murray, tinggal di hotel yang disediakan panitia. Tiga kali juara Grand Slam itu sebenarnya tinggal di rumah sewa dalam masa persiapan untuk bertanding sebelum gelembung New York dibuka oleh USTA, sekitar sepekan sebelum turnamen.
Akan tetapi, dengan alasan biaya, Murray pindah ke hotel meski dia sempat ragu untuk mengambil keputusan tersebut. “Awalnya, saya khawatir untuk tinggal di hotel. Tetapi, saat tiba di sana, saya dapat melihat upaya panitia untuk memastikan semuanya aman. Sejak tiba di hotel, saya telah dua kali menjalani tes Covid-19,” kata Murray, yang menang atas Frances Tiafoe (AS), 7-6 (6), 3-6, 6-1, pada babak pertama, Jumat (22/8/2020) waktu setempat atau Sabtu dinihari waktu Indonesia.
Murray dan petenis lain yang tinggal di hotel, seperti John Isner dan Cori “Coco” Gauff bercerita, panitia menyediakan semua kebutuhan atlet di hotel, seperti tempat latihan kebugaran, menu makanan berbeda, hingga berbagai jenis fasilitas bermain untuk menghilangkan kejenuhan atlet. “Ada PS4, pingpong, permainan lain, juga karaoke di hotel. Adapun di tempat pertandingan disediakan lapangan basket, sepak bola, biliar, dan golf mini,” ujar Coco.
Untuk memastikan penerapan peraturan jaga jarak, USTA pun mengubah semua fasilitas yang biasanya digunakan penonton untuk pemain. Dengan mengurangi kapasitas petenis di dalam ruang ganti misalnya, petenis yang menjadi unggulan 32 besar disediakan ruang khusus, seperti balkon, di Stadion Arthur Ashe. Di tempat ini, setiap atlet dan timnya bisa menyaksikan latihan dan pertandingan petenis lain.
Dalam akun media sosial masing-masing, banyak petenis memamerkan persiapan mereka untuk mengusir bosan dalam hotel. Banyak yang membawa peralatan gim virtual, hingga membawa karpet untuk bermain golf mini dengan satu lubang.
“Saya berusaha banyak membaca agar tak bosan, saat berada di rumah ketika tak ada turnamen, juga, saat di hotel,” ujar petenis putri Anett Kontaveit, dalam laman resmi WTA, bercerita caranya mengusir bosan. Saat ini, petenis Estonia peringkat ke-20 dunia itu membaca novel Kafka On The Shore karya Haruki Murakami.
Protokol Kesehatan
Meski bukan menjadi turnamen tenis pertama yang digelar pada masa pandemi Covid-19—WTA telah menggelar turnamen di Palermo, Lexington, dan Praha sejak awal Agustus—ATP/WTA Cincinnati dan AS Terbuka menjadi sorotan karena merupakan turnamen besar. Semua skenario yang diterapkan bisa jadi dijadikan patokan untuk turnamen lain.
Turnamen digelar tanpa penonton yang membeli tiket. Sebanyak 8.125 kursi di tribun penonton lapangan Grandstan hanya boleh diisi pelatih atau anggota tim pendukung lain dari atlet yang bertanding.
Jumlah petugas lapangan pun dikurangi. Dari pertandingan yang berlangsung pada hari pertama, hanya ada satu wasit dan tiga pemungut bola. Hakim garis digantikan teknologi hawkeye yang memperlihatkan jejak jatuhnya bola.
Pembersih tangan disediakan disediakan diberbagai sudut. Panitia selalu mengingatkan agar semua yang berada di area turnamen dan tempat tinggal mengenakan masker dan menjaga jarak. Murray misalnya, pernah diingatkan untuk mengenakan masker ketika lupa mengenakannya setelah latihan.
“Setelah tiba di hotel, kami menjalani tes Covid-19 pada pukul 19.30. Sebelum hasilnya keluar pada pukul 10.00, esoknya, kami tidak boleh keluar kamar. Jika mendapat hasil negatif, barulah kami diperbolehkan keluar kamar untuk mengambil kartu akreditasi yang harus digunakan saat keluar hotel,” tutur petenis Dusan Lajovic pada Sport Klub. Selain itu, lanjut petenis Serbia tersebut, mereka harus mengisi kuisoner kondisi kesehatan dan menjalani pengukuran suhu tubuh setiap hari.
Alih-alih menggunakan mobil mewah Mercedes-Benz, sebagai sponsor AS Terbuka, panitia menyediakan bus sebagai alat transportasi dari hotel ke stadion dengan kapasitas maksimal 50 persen.
“Tentu saja, kita ingin turnamen diselenggarakan dengan normal, terutama, dengan kehadian penonton yang dapat menghidupkan atmosfer. Tetapi, inilah yang harus dilakukan saat ini jika ingin turnamen tenis berjalan kembali,” kata Isner.
Semua fasilitas ekstra itu disediakan panitia demi menjaga kesehatan dan keselamatan partisipan meski harus kehilangan 80 persen pendapatan karena tak ada penonton. Ekstra biaya didapat dari pemotongan total hadiah, sekitar lima persen, dibandingkan 2019.