Kehadiran lima pemain muda asal Brasil yang berlatih di tiga klub Liga 1 mengundang polemik. PSSI harus mengutamakan pemain lokal untuk membentuk tim nasional U-19 yang berlaga di Piala Dunia U-20 2021.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia diharapkan tidak mengambil langkah instan dalam menyusun kerangka tim nasional U-19 yang akan disiapkan untuk berlaga di Piala Dunia U-20 2021, Maret mendatang. Rencana untuk menaturalisasi lima pemain asal Brasil berpotensi menghancurkan mimpi sejumlah bakat muda potensial nasional sekaligus menunjukkan tidak adanya peta jalan pembinaan yang baik dari PSSI.
Di tengah program pemusatan latihan timnas U-19 yang telah bergulir sejak 24 Juli lalu, muncul informasi mengejutkan seiring kedatangan lima pemain remaja asal Brasil yang mengikuti latihan di tiga klub Liga 1. Mereka adalah Thiago Apalinario (19 tahun) dan Maike Henrique Irine de Lima (19) yang terlihat mengikuti latihan perdana Persija Jakarta, Kamis (20/8/2020), lalu Pedro Jardim (18) dan Hugo Grillo (19) yang berlatih bersama Arema FC, serta Robert Santos (19) yang telah diperkenalkan Madura United.
Kehadiran mereka seakan menjadi langkah konkret yang diambil Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan untuk melakukan naturalisasi pemain muda. Dalam pemaparan ketika mengunjungi Kompas, 2 Juli lalu, salah satu materi presentasi Iriawan menampilkan penjelasan bahwa untuk sukses di Piala Dunia U-20 2021 PSSI berencana mengambil langkah terobosan.
“Sedang dipertimbangkan melakukan naturalisasi/nasionalisasi pemain-pemain muda usia di bawah 19 tahun dengan kemampuan teknis di atas rata-rata dan perawakan tak beda dengan pemain Indonesia,” tulis materi yang disampaikan Iriawan.
Rencana PSSI untuk menggunakan pemain asing dalam skuad Tim Garuda Muda ditanggapi negatif oleh anggota timnas U-20 Indonesia yang berlaga di Piala Dunia U-19 1979, Mundari Karya. Menurut Mundari, naturalisasi adalah wujud kegagalan pengurusan sepak bola Indonesia dalam pengembangan pemain usia muda. Ia pun menilai, wacana naturalisasi itu merupakan bentuk dari ketidakyakinan pemerintah dengan pemain muda potensial di Tanah Air.
“Sebetulnya piala dunia adalah momen tepat bagi kita untuk melihat perkembangan sepak bola muda Indonesia. Kita ingin mengukur jarak kemampuan kita dengan negara-negara lain,” ujar Mundari yang sempat ditugaskan oleh Pelatih Timnas U-20 ketika itu, Sucipto Suntoro, untuk mengawal pemain Argentina, Diego Armando Maradona.
Dalam tiga laga di Piala Dunia U-20 1979 di Jepang, Indonesia selalu menderita kekalahan telak. Kalah dari Argentina 0-5, lalu tumbang dari Polandia 0-6, dan kalah dari Yugoslavia 0-5.
Kekecewaan juga disampaikan mantan anggota program PSSI Primavera, Supriyono Prima. Ia menyatakan, kesempatan berpartisipasi di Piala Dunia U-20 seharusnya menjadi momentum PSSI untuk memperbaiki program pembinaan pemain muda.
Menurut Supriyono, PSSI seharusnya secara serius mengelola kompetisi kelompok umur yang selama ini justru dipegang oleh swasta. Selain itu, Supriyono berharap PSSImenjalankan kembali program pendidikan dan pelatihan (diklat) di daerah-daerah yang pada dekade 1990-an rutin menjadi sumber pemain muda untuk membela timnas.
Bukan jaminan
Ia menekankan, naturalisasi juga tidak memberikan jaminan timnas Indonesia bisa meraih prestasi, sebab program naturalisasi telah dijalankan untuk timnas senior sejak 2010 tetapi belum ada prestasi Tim Garuda hingga saat ini.
“Kalau alasan (naturalisasi) untuk prestasi, maka seharusnya federasi intropeksi diri untuk mengurai satu per satu masalah sepak bola Indonesia sehingga dapat mencari solusi yang benar. Tanpa proses dan cetak biru yang jelas sepak bola kita akan seperti ini terus, mimpi boleh tetapi harus dibarengi dengan aksi nyata,” kata Supriyono yang kini menjadi Pelatih Sekolah Sepak Bola Matador Mekarsari yang berlaga di Liga KG U-14.
Sementara itu, Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali mengatakan, rencana PSSI menaturalisasi lima pemain asal Brasil itu serupa dengan yang terjadi pada 2006 ketika PSSI masih dipimpin Nurdin Halid. Kala itu, PSSI juga mendatangkan lima pemain muda Brasil, tetapi proses naturalisasi batal karena kecaman dari publik sepak bola nasional. Setelah 14 tahun berlalu, tambah Akmal, kelima pemain asal Brasil itu tidak terdengar perjalanan karier profesionalnya.
“Naturalisasi melalui jalur sepak bola terkesan sangat mudah seperti sebuah proyek bisnis. Pemain yang dinaturalisasi adalah pemain yang tidak punya peluang bermain untuk timnas negara asalnya, sehingga program naturalisasi itu justru akan mengubur peluang pemain lokal asli Indonesia untuk berjuang demi lambang Garuda di level internasional,” ucap Akmal.
Adapun kelima pemain Brasil yang telah bergabung di tiga klub Liga 1 juga tidak memiliki rekam jejak baik. Kompas menelusuri data dan fakta kelima pemain itu, tetapi tidak menemukan profil kelima pemain itu di laman resmi klub hingga di situs Transfermarkt, yang menyediakan database histori penampilan dan nilai pasar pesepakbola profesional seluruh dunia.
Kelima pemain itu justru kalah pamor dari pemain timnas U-19, seperti Bagas Kaffa, Beckham Putra, Muhammad Supriadi, dan Ernando yang telah memiliki profil dan nilai pasar di Transfermarkt. Pemain blasteran yang menjalani pemusatan latihan timnas U-19, yaitu Elkan Baggott dan Jack Brown, juga memiliki profil di Transfermarkt.
Tidak butuh
Sementara itu, Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong memastikan dirinya tidak membutuhkan pemain naturalisasi. Shin lebih mengutamakan untuk memadukan pemain Indonesia dengan pemain keturunan Indonesia yang berada di luar negeri.
“Kami hanya mencari pemain Indonesia di luar negeri untuk meningkatkan kualitas timnas Indonesia,” ujar Shin dalam latihan timnas U-19, Kamis kemarin.
Shin mengungkapkan, timnas U-19 akan berangkat ke Kroasia untuk menjalani pemusatan latihan jelang Piala Asia U-19 di Uzbekistan, 14-30 Oktober. Pemain timnas akan berangkat ke Kroasia pada 27 atau 30 Agustus. Seusai menjalani latihan intensif di Kroasia, Tim Garuda Muda akan langsung bertolak ke Uzbekistan.
Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri membantah PSSI akan melakukan program naturalisasi untuk timnas U-19. Indra mengatakan, PSSI dan Shin fokus membangun skuad timnas U-19 untuk Piala Asia U-19 yang bersumber dari pemain lokal terbaik.
Lebih lanjut, ia memastikan, naturalisasi bukan perkara yang mudah untuk dilakukan. “PSSI tidak bisa mengontrol kalau ada pemain asing yang datang. Kami tidak akan memanggil pemain yang statusnya belum jelas karena ada regulasi FIFA yang harus dipatuhi. Kami akan bangun tim sebaik mungkin dengan cara yang benar,” kata mantan pelatih timnas U-19 yang mempersembahkan trofi Piala AFF U-19 2013 itu.