Ancaman eksodus pemain bintang mengusik dua tim ”kuda hitam” di babak semifinal Liga Champions Eropa, Olympique Lyon dan RB Leipzig. Masa keemasan mereka bisa berakhir lebih cepat.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LYON, JUMAT — Bagi tim-tim kecil, menembus semifinal Liga Champions Eropa merupakan sebuah kejayaan semu. Setelah prestasi cemerlang itu, para pemain terbaik generasi emas mereka akan ”dirampok” satu per satu oleh tim-tim kaya. Fase ”musim gugur” itulah yang kini tengah menghampiri semifinalis musim ini, Olympique Lyon dan RB Leipzig.
Perjalanan Lyon dan Leipzig sudah berakhir di Liga Champions setelah terhenti di semifinal. Namun, ujian sebenarnya bagi mereka baru dimulai. Saat ini, pemain-pemain berbakat kedua tim ini sedang dipantau para raksasa Eropa.
”Pasti ada pemain yang akan pergi. Ada risiko kehilangan pemain bintang kami. Jika itu terjadi, kami sudah bersiap untuk segera mengganti dan menyeimbangkan tim secepat mungkin,” kata Direktur Olahraga Olympique Lyon Juninho pada Jumat (21/8/2020), seperti dikutip Goal.
Kepindahan pemain adalah sebuah keniscayaan setelah penampilan fenomenal mereka. Klub tidak punya pilihan selain menjual pemain yang bermimpi tampil di tim besar. Selain itu, klub juga akan tergoda uang yang sangat banyak, berkali-kali lipat harga pasaran pemain, dari tim kaya.
Bagi Lyon, peluang hengkangnya pemain semakin besar karena musim depan mereka tidak masuk Liga Champions. Lyon hanya finis di peringkat ke-7 Liga Perancis musim ini. Karena itu, para pemain bintangnya kemungkinan akan hengkang guna mencari atmosfer kompetisi terbesar Eropa di klub lain.
Menurut ESPN, beberapa pemain Lyon sudah dihubungi klub raksasa Liga Primer Inggris. Gelandang berbakat mereka, Houssem Aouar, sudah diincar Arsenal dan Manchester City. Penyerang mudanya, Moussa Dembele, juga mulai didekati Manchester United.
Pasti ada pemain yang akan pergi. Ada risiko kehilangan pemain bintang kami. Jika itu terjadi, kami sudah bersiap untuk segera mengganti dan menyeimbangkan tim secepat mungkin. (Juninho)
Kasus Lyon sedikit berbeda dengan Leipzig. Pemain bintang Leipzig, Timo Werner, bahkan sudah dibajak sebelum laga perempat final Liga Champions dimainkan. Striker berbakat itu pindah ke Chelsea pada Juli lalu.
Situasi itu akan bertambah buruk bagi Leipzig karena sekarang fondasi lini belakang mereka, Dayot Upamecano, diincar. Bek tengah modern itu sudah berkomunikasi dengan MU.
Menambah keuangan
Penjualan pemain dengan harga fantastis memang akan menambah keuangan klub. Namun, masalahnya, klub akan kesulitan mencari pemain pengganti yang sepadan. Pemain bintang akan berpikir ribuan kali untuk bergabung dengan tim yang sedang ”cuci gudang”.
Adapun kultur klub-klub kecil Eropa ini juga tidak condong pada pembelian pemain besar. Mereka lebih sabar untuk mendidik pemain muda. Hal ini yang bisa membuat paceklik prestasi setelah eksodus para pemain.
Persoalan klasik tim kecil ini sudah sering terjadi pada musim-musim sebelumnya. Musim lalu, misalnya, skuad muda berbakat Ajax Amsterdam sukses menembus semifinal dengan menumbangkan tim raksasa, seperti Real Madrid.
Setelah penampilan fenomenal, pemain bintang Ajax, Matthijs de Ligt dan Frenkie de Jong, pindah ke tim raksasa dengan dana transfer mencapai 160 juta poundsterling. Pemain lainnya kemudian menyusul mereka. Sejak semifinal pada 2019, sudah delapan pemain dari skuad hengkang dari klub Belanda itu.
Lewat uang ekstra besar dari hasil penjualan mereka, Ajax hanya membeli pemain-pemain medioker untuk mengisi kekosongan. Pemain termahal yang diboyong mereka adalah penyerang sayap Quincy Promes dengan harga hanya 15,7 juta poundsterling.
Merosot jauh
Hasilnya, prestasi Ajax merosot jauh. Musim ini, jangankan semifinal, Ajax tidak lolos dari babak penyisihan grup Liga Champions. Mereka bahkan terlempar ke Liga Europa, lalu tersingkir di babak 32 besar.
Menurut Direktur Ajax Amsterdam Edwin van der Sar, pihaknya tidak bisa menahan pemain untuk pergi. Apalagi jika klub bisa mendapatkan uang ekstra besar dari penjualan. Hasilnya bisa sangat bagus untuk kesehatan finansial klub.
Pelatih Leipzig Julian Nagelsmann mengatakan, kehilangan pemain bintang akan sulit bagi tim yang sedang berkembang. Hal itu akan membuat tim harus beradaptasi dengan sistem baru. Sebab, setiap pemain punya kelebihannya sendiri. Kelebihan itu harus disesuaikan dengan sistem bermain.
Terbukti, akibat kehilangan Werner, Nagelsmann harus mengubah skema bermain mereka di perempat final dan semifinal Liga Champions. Dia harus sedikit mengorbankan keseimbangan lini tengah untuk membantu lini serang yang ditinggalkan Werner.
Leipzig masih akan mencoba peruntungan lagi untuk meraih trofi ”Si Kuping Lebar” pada musim depan. Namun, jalan menuju trofi itu akan lebih berat. Tidak hanya pemain, pelatih mereka yang masih berusia 33 tahun itu juga sedang dipantau klub-klub papan atas Eropa. (AP)