Kemenpora Tidak Tahu Rencana PSSI Menaturalisasi Pemain Brasil
Kementerian Pemuda dan Olahraga belum menerima informasi resmi dari PSSI mengenai rencana menaturalisasi pemain muda asal Brasil untuk persiapan Piala Dunia U-20 2021. Namun, mereka menghormati jika ide itu memang ada.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pemuda dan Olahraga atau Kemenpora memastikan belum menerima informasi resmi dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia mengenai rencana menaturalisasi pemain muda asal Brasil untuk persiapan Piala Dunia U-20 2021. Kendati demikian, Kemenpora akan menghormati keputusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia jika memang memiliki rencana tersebut.
”Kami belum tahu mengenai rencana naturalisasi itu. Sejauh ini, belum ada informasi dari PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) dan tidak ada dokumen mengenai rencana tersebut. Tapi, kami menghormati rencana itu kalau memang ada. Sebab, itu hak PSSI,” ujar Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat (21/8/2020).
Gatot mengatakan, untuk persiapan Piala Dunia U-20 2021, pemerintah telah membentuk Panitia Penyelenggara Piala Dunia U-20 Indonesia (INAFOC). Oleh karena itu, ada pembagian tugas, antara lain, Kemenpora fokus kepada persiapan penyelenggaraan dan PSSI fokus kepada persiapan prestasi.
Adapun timnas Indonesia U-20 diberi target minimal lolos dari penyisihan grup. Kemungkinan besar ide naturalisasi pemain Brasil itu sebagai upaya PSSI untuk mencapai target tersebut. ”Mungkin, PSSI ingin melakukan yang terbaik pada Piala Dunia U-20 nanti. Mereka tidak ingin mengecewakan masyarakat,” katanya.
Sejatinya, Gatot menjelaskan, naturalisasi bukan hal haram di dunia olahraga, terutama sepak bola. Justru, hal itu biasa terjadi tak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain, termasuk di Eropa. ”Kami tidak menentang naturalisai karena ini hal lumrah di olahraga dan negara mana pun,” ujarnya.
Namun, lanjut Gatot, PSSI memang perlu menjelaskan apa maksud dan tujuan naturalisasi tersebut. Prinsipnya, rencana naturalisasi harus jelas dan punya sinkronisasi dengan pembinaan pesepak bola usia dini di Indonesia. ”Intinya, jangan cabang olahraga hanya mengandalkan atlet naturalisasi,” ujarnya.
Terlepas dari itu, Gatot menambahkan, rencana naturalisasi pemain Brasil oleh PSSI belum sepenuhnya benar. Atas dasar itu, pihaknya berharap masyarakat tidak langsung berprasangka negatif dengan kedatangan sejumlah pemain muda asal Brasil tersebut. ”Boleh jadi, pemain-pemain itu memang datang untuk berkarier di klub peserta Liga Indonesia,” katanya.
Bukti kepanikan PSSI
Pengamat olahraga, Fritz Simanjuntak, menuturkan, rencana naturalisasi pemain muda dari Brasil itu merupakan bukti kepanikan PSSI untuk mencapai target yang ada. Dengan melakukan naturalisasi, PSSI artinya ingin cara instan. Ide itu juga bentuk kegagalan PSSI melakukan pembinaan pemain muda dan menghadirkan kompetisi yang bisa mencetak pesepak bola andal.
Seperti diutarakan Gatot, Fritz menilai, naturalisasi sah-sah saja sejauh itu jelas untuk mengejar prestasi lebih optimal dan sudah sejalan dengan pembinaan pemain muda serta kompetisi nasional. ”Untuk saat ini, niat naturalisasi itu benar-benar tidak jelas. Ini melampaui kepentingan yang lebih utama dan praktis belum dijalankan, yakni membenahi pembinaan pemain muda dari akar rumput dan kompetisi yang ada,” ujarnya.
Fritz mengingatkan, naturalisasi pemain dengan jumlah banyak juga belum tentu bisa mengangkat prestasi timnas. Sudah menjadi bukti beberapa tahun terakhir, pemain naturalisasi yang ada tidak bisa membawa Indonesia menjadi juara kompetisi di level regional sekalipun.
Malah, tanpa pemain naturalisasi, pemain asli Indonesia bisa mempersembahkan emas SEA Games 1991 Filipina yang menjadi gelar juara terakhir tim ”Merah-Putih” di pentas internasional. ”Lagi pula, sepak bola itu permainan tim. Belum tentu pemain naturalisasi itu bisa sesuai dengan taktik strategi pelatih timnas saat ini (pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-yong,” ujarnya.
Fritz menerangkan, bila rencana naturalisasi itu tetap dijalankan, ini akan menghambat perkembangan pesepak bola muda Indonesia. Padahal, beberapa pemain muda yang ada cukup potensial dan telah mengikuti sejumlah rangkaian pembinaan dari tingkat nasional hingga internasional, seperti program Garuda Select di Eropa.
”Jika rencana naturalisasi itu terjadi, kasihan dengan pemain-pemain muda yang ada. Dengan kemampuan yang ada, mereka layak untuk dicoba di Piala Dunia U-20 mendatang. Dan, mereka kemungkinan besar mampu untuk memenuhi target lolos dari penyisihan grup,” pungkasnya.