Setelah mencoret Riau Ega Agatha Salsabila dan Diananda Choirunisa, PB Perpani akan mengandalkan pemanah pelapis. Mereka yakin pemanah pelapis bisa diandalkan Indonesia dalam kualifikasi dan pentas Olimpiade Tokyo.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah mencoret dua pemanah recurve terbaik Indonesia asal Jawa Timur, yakni pemanah putra dan putri Riau Ega Agatha Salsabila dan Diananda Choirunisa, PB Perpani akan mengandalkan atlet pelapis. Mereka meyakini pemanah pelapis berpotensi menjadi tulang punggung Indonesia dalam kualifikasi dan pentas Olimpiade Tokyo.
Setelah pencoretan Riau Ega dan Diananda, PB Perpani mencari pengganti dan menetapkan empat pemanah putra dan empat putri untuk mengikuti pelatnas di Lapangan Panahan Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 13 Agustus. ”Sebagian besar atlet adalah pemanah muda, tetapi punya potensi besar,” ujar Ketua Umum PB Perpani Illiza Sa’aduddin Djamal ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis (20/8/2020).
Di sektor putra, bergabung Hendra Purnama dan Arief Dwi Pangestu (Yogyakarta), Muhammad Hanif Wijaya (Jambi), serta Ryan Rafi Adiputro (Banten). Hendra dinilai memiliki kapasitas setingkat Riau Ega. Pemanah berusia 23 tahun itu mempersembahkan emas dari recurve perorangan dan beregu putra pada SEA Games 2019 Filipina.
Saat itu, atlet kelahiran Bantul, Yogyakarta, 12 Januari 1997, tersebut menjadi atlet Indonesia peraih medali emas terbanyak di cabang panahan. ”Di sektor putra, Hendra akal menjadi andalan baru Indonesia dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo,” kata Illiza.
Selain Hendra, tiga pemanah putra lain cukup menjanjikan. Arief adalah pemanah termuda berusia 16 tahun. Namun, dirinya telah ikut meraih emas bersama tim recurve beregu SEA Games 2019.
Hanif (23) berpengalaman mengikuti nomor perorangan dan beregu pada Kejuaraan Dunia Panahan 2015 di Denmark serta di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Ryan (17) pernah meraih sejumlah prestasi yunior tingkat nasional dan regional. ”Dengan kapasitasnya, Arief, Hanif, dan Ryan akan menjadi pendamping ideal Hendra,” tutur Illiza.
Pemanah berpengalaman
Di sektor putri, Illiza mengatakan, PB Perpani mengandalkan pemanah berpengalaman Titik Kusumawardani (Yogyakarta). Titik (26) menjadi bagian inti tim recurve putri sejak SEA Games 2011 dan meraih emas recurve beregu putri. Setelah itu, Titik berturut-turut menyumbang medali di SEA Games, yakni emas recurve beregu putri dan perak recurve perseorangan putri pada 2013 di Myanmar, emas recurve perseorangan putri dan perak recurve beregu putri pada 2015 di Singapura, serta perak recurve beregu putri pada 2017 di Malaysia. Pada 2019, dia ikut menyumbangkan perunggu recurve beregu putri.
Selain Titik, ada Linda Lestari (23, Kalimantan Tengah) yang menjadi anggota tim recurve putri sejak 2017. Mereka didampingi dua pemanah muda, Rezza Octavia (Papua) dan Dela Berliana Hartanto P (Jawa Tengah). ”Sebagai pemanah termuda di kelompok putri, Rezza sangat potensial karena berhasil meraih skor tertinggi dalam seleksi atlet pelatnas dengan 646 poin,” ujar Illiza.
Dengan latar belakang itu, Illiza meyakini kemampuan pemanah putra dan putri itu tidak kalah dengan Riau Ega ataupun Diananda. Hanya saja, mereka perlu meningkatkan kekompakan. Apalagi, Indoneisa masih berjuang merebut tiket recurve beregu putra dan putri. ”Panahan Indonesia sudah meraih tiga tiket by number ke Olimpiade Tokyo, yakni recurve putra, recurve putri, dan recurve campuran. Kami masih berusaha meraih satu tiket lagi, antara recurve beregu putra atau putri. Untuk itu, tim pelatih berusaha meningkatkan kekompakan tim agar bisa mencapai target,” katanya.
Pelatnas panahan sudah dimulai bertahap sejak 2 Agustus dan dilaksanakan secara penuh sepekan terakhir. Selain meningkatkan kekompakan, tim pelatih juga fokus menjaga skill lewat latihan otomatisasi gerakan. ”Kemampuan individu para atlet sudah sangat baik. Kini, kami berupaya menjaga dan meningkatkannya secara bertahap,” tutur Illiza.
Secara keseluruhan, Illiza menuturkan, polemik dengan pemanah asal Jawa Timur telah memicu PB Perpani untuk melakukan pemerataan pembinaan atlet. Tujuannya agar mereka tidak bergantung kepada atlet atau daerah tertentu saja.
”Lagi pula, panahan semakin digandrungi oleh anak muda di seluruh Indonesia. Kami tinggal membenahi sarana dan prasarana latihan di daerah dan memperbanyak kejuaraan dari tingkat daerah hingga nasional. Dengan begitu, diharapkan lahir banyak bakat pemanah baru dari seluruh Indonesia,” ujarnya.
Kendati demikian, pengamat olahraga Fritz Simanjuntak serta Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto berharap PB Perpani tetap memperhitungkan kembalinya Riau Ega dan Diananda. Sebab, walau bagaimanapun kedua pemanah itu masih yang terbaik di Indonesia.
”Kami menghormati keputusan PB Perpani dalam promosi-degradasi atlet karena itu hak cabang olahraga. Akan tetapi, kami berharap mereka benar-benar memperhitungkan untung dan rugi dari pencoretan Riau Ega dan Diananda. Kami berharap pula mereka tetap menjalin komunikasi lanjutan dengan Riau Ega dan Diananda serta tetap membuka pintu pelatnas untuk mereka. Riau Ega dan Diananda tetap yang terbaik di Indonesia saat ini dan dibutuhkan untuk mengejar prestasi di Olimpiade nanti,” kata Gatot.