Laga final Liga Europa antara Sevilla dan Inter Milan akan menjadi duel yang mampu mengobati luka pada masa lalu bagi beberapa orang di kedua tim tersebut. Final ini adalah momen untuk membangun reputasi baru.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
KOELN, KAMIS — Sevilla dan Inter Milan yang akan berduel pada laga final Liga Europa, Sabtu (22/8/2020) pukul 02.00 WIB, memiliki satu kesamaan. Masing-masing diperkuat oleh mereka yang pernah ”dibuang”, tetapi kini sudah mendapatkan tempat yang tepat untuk kembali bersinar.
Pelatih Sevilla Julen Lopetegui adalah salah satunya. Ia menyimpan kenangan pahit pada tahun 2018 ketika dipecat dua kali dalam waktu empat bulan. Pada Juni 2018, ia dipecat dari jabatannya sebagai pelatih tim nasional Spanyol, sehari sebelum tim ”La Furia Roja” menjalani laga perdana Piala Dunia 2018 melawan Portugal.
Pemecatan itu bukan karena ketidakmampuan Lopetegui menangani tim, melainkan karena ia dianggap tidak loyal saat menyetujui untuk melatih Real Madrid seusai Piala Dunia. Padahal, ia telah memperbarui kontrak sampai Piala Eropa 2020 (yang ternyata ditunda akibat pandemi Covid-19).
Ternyata, kemampuan Lopetegui menangani klub sekaliber Real tidak sebesar ambisinya. Performa Real menjadi memble dan Lopetegui dipecat pada Oktober 2018. Ia menenangkan diri hingga Sevilla menghubungi dan memintanya untuk menjadi pelatih baru mereka pada Juni 2019.
Lopetegui kemudian membangun tim yang mengandalkan kekuatan penguasaan bola. Sevilla menjadi tim yang mampu mengeksploitasi lebar lapangan untuk menembus pertahanan lawan. Bek sayap menjadi kunci bagi Lopetegui untuk mengembangkan sistem ini dan ia beruntung memiliki pemain seperti Jesus Navas dan Sergio Reguilon.
Hasilnya, Sevilla mampu finis Liga Spanyol musim 2019-2020 pada posisi keempat dan kini berada di final Liga Europa untuk mengincar trofi yang keenam. Konsistensi itu terus berlanjut sampai saat ini sehingga rekor tidak terkalahkan dalam 20 laga terakhir menjadi modal bagi Sevilla untuk menakut-nakuti Inter.
”Lopetegui sungguh membuatku terkejut. Jika saya bertemu orang seperti dia, saya langsung menyukainya. Saya sangat senang bekerja bersamanya,” ujar Direktur Olahraga Sevilla Ramon Rodriguez Verdejo alias Monchi. Salah satu faktor keberhasilan Lopetegui adalah ketika semua idenya didukung penuh oleh Monchi.
Sevilla musim ini, berkat kehadiran Monchi, melakukan banyak perombakan pemain. Mereka kehilangan penyerang, seperti Wissam Ben Yedder dan Pablo Sarabia, tetapi mendapatkan pengganti yang tidak kalah tajam, seperti Lucas Ocampos dan Munir El Haddadi.
Namun, Sevilla tetap memiliki para pemain lama, seperti Navas dan Ever Banega, yang pernah mengangkat trofi Liga Europa. Kali ini, mereka akan membantu Lopetegui untuk ikut merasakan trofi yang pertama sebagai manajer di level tim senior.
Hal itu tidak akan mudah karena Inter bisa menjadi ancaman serius. Sama seperti Sevilla, Inter mendapatkan sosok pelatih seperti Antonio Conte yang mampu menata kembali kekuatan tim. Inter bisa finis di peringkat kedua Liga Italia musim 2019-2020 dan pada final Liga Europa ini mereka menatap trofi pertama sejak menjuarai Piala Italia pada 2011.
”Inter berada pada level yang mencengangkan, sebuah tim yang dibentuk untuk tampil di turnamen sekelas Liga Champions. Mereka punya banyak pemain hebat dan manajer yang berpengalaman,” kata Lopetegui memuji.
Sama seperti Lopetegui, Conte juga merasakan pahitnya dipecat pada pertengahan 2018 setelah mempersembahkan trofi Liga Inggris pada musim 2016-2017 dan trofi Piala FA pada musim 2017-2018 untuk Chelsea.
Dibuang MU
Perkembangan Inter di tangan Conte tidak lepas dari peran besar strikernya, Romelu Lukaku. Ketika mengalahkan Shakhtar Donetsk, 5-0, pada laga semifinal, Lukaku mencatat sejarah baru sebagai pemain yang selalu mencetak gol pada setiap laga dalam 10 laga beruntun Liga Europa.
Lukaku adalah striker yang bakal menyulitkan lini belakang Sevilla. Apalagi jika didampingi Lautaro Martinez, kedua pemain itu bisa saling melengkapi sehingga media Italia sampai memberi julukan ”Lula”. ”Mereka berdua adalah tipe penyerang yang egois, tetapi mereka juga bisa membantu rekan-rekan lain untuk ikut mencetak gol dan mengembangkan permainan tim,” ujar Conte.
Di tangan Conte, Lukaku bisa kembali bersinar setelah merasa terpinggirkan di Manchester United hingga akhir musim 2018-2019. Menariknya, Conte membawa para pemain buangan lain dari MU, seperti Alexis Sanchez dan Ashley Young. Sanchez baru saja pulih dari cedera dan diprediksi tetap berada di bangku cadangan saat melawan Sevilla nanti.
Ironisnya, MU telah disingkirkan Sevilla pada laga semifinal. Sementara Lukaku, Sanchez, dan Young, yang tidak lagi dibutuhkan MU, malah bisa melaju ke final bersama Inter. (AP/AFP/REUTERS)