Keberhasilan terbesar pelatih Inter Milan, Antonio Conte, pada musim ini adalah memoles penampilan Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez. Dengan duet dua penyerang itu, Inter bisa kembali menatap kejayaan di Eropa.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
DUSSELDORF, SELASA - Kemenangan Inter Milan atas Shakhtar Donetsk, 5-0, yang membuat mereka bisa melaju ke final Liga Europa tidak lepas dari kisah tentang Antonio Conte yang menemukan “intan”. Hampir genap satu musim berlalu, “intan-intan” itu telah terpoles menjadi “berlian” yang berkilauan.
Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez adalah dua “berlian” tersebut. Dengan menduetkan kedua pemain itu di lini serang, Conte perlahan mengembalikan kejayaan Inter di Italia maupun Eropa. Pada musim pertamanya, musim 2019-2020, Inter mencapai posisi kedua Serie A dengan selisih satu poin di bawah Juventus yang tampil sebagai juara.
Di level Eropa, mereka akan menantang Sevilla pada final Liga Europa yang akan berlangsung di Cologne, Jerman, Sabtu (22/8/2020) dini hari WIB. Inter berpeluang meraih trofi pertama mereka sejak menjuarai Piala Italia musim 2010-2011. Sekali lagi dengan bermodalkan “berlian” yang telah menginspirasi Inter untuk menyingkirkan Shakhtar pada laga semifinal di Stadion Merkur Spiel-Arena, Selasa (18/8/2020) dini hari WIB.
Lukaku dan Martinez masing-masing mencetak dua gol dan saling memberi satu assist pada laga melawan Shakhtar. Satu gol lainnya dicetak oleh Danilo D’Ambrosio melalui sundulannya.
Surat-surat kabar Italia seperti La Gazzetta dello Sport dan Corriere dello Sport lantas beramai-ramai membicarakan kehebatan “Lula”, sebutan mereka untuk duet Lukaku dan Martinez. “Saya selalu mengatakan Lukaku adalah intan yang perlu dipoles. Begitu pula dengan Martinez,” ujar Conte.
Pada tahun 2017 ketika masih melatih Chelsea, Conte sudah melihat potensi Lukaku dan sangat menginginkannya. Namun, Chelsea tidak mau menuruti keinginan Conte dan Lukaku akhirnya dibeli Manchester United seharga 75 juta pounds atau sekitar Rp 1,3 triliun.
Sayangnya, nominal transfer itu tidak disertai upaya Jose Mourinho (manajer MU saat itu) untuk memaksimalkan kemampuan striker asal Belgia itu. Lukaku yang malang kemudian diolok-olok sebagai pemain yang hanya bisa mencetak gol ke gawang tim-tim kecil.
Bahkan, Lukaku disebut bodoh dan Conte pun berang. Pada Januari lalu, Conte punya alasan untuk menegaskan bahwa Lukaku adalah pemain spesial. Setelah Inter menang atas Napoli, 3-1, pada laga Liga Italia, Lukaku berhasil mencatat 14 gol dalam 18 laga. Ia berhasil mengalahkan catatan striker kebanggaan Inter sebelumnya, Christian “Bobo” Vieri yang hanya mampu mencetak 13 gol dalam 18 laga.
“Saya dengar orang-orang menyebut Lukaku bodoh. Sebutan itu terdengar belum lama. Sekarang mudah bagi kita untuk membicarakan kehebatan Lukaku,” kata Conte pada waktu itu seperti dikutip Football-Italia. Ucapan Conte itu semakin relevan saat ini.
Kehebatan Lukaku kini sulit disaingi striker-striker lainnya. Usai laga Shakhtar, Lukaku mencatat sejarah baru sebagai pemain pertama yang mampu mencetak gol dalam 10 laga beruntun di ajang Liga Europa. “Saya adalah penyerang dan saya berada di sini untuk mencetak gol. Ini adalah sesuatu yang sudah ada dalam diri saya,” kata Lukaku.
Saling melengkapi
Conte sebenarnya tidak bekerja sendiri untuk memoles Lukaku, dan meminta bantuan Martinez. Pada akhirnya, duet “Lula” menjadi fenomenal karena Lukaku dan Martinez saling melengkapi. Mereka juga berteman baik di luar lapangan dan saling mendukung.
“Martinez bermain dengan sangat bagus. Dia terus berkembang dan saya menyayanginya,” ujar Lukaku beberapa waktu lalu saat kompetisi masih dihentikan akibat pandemi. Berkat Lukaku pula, Martinez kini kian bersinar.
Martinez sempat kesulitan menemukan performa terbaiknya pada musim pertamanya sejak bergabung pada Juli 2018. Penyerang asal Argentina itu hanya mampu mencetak enam gol dalam satu musim di Serie A sebelum Conte dan Lukaku datang. Martinez akhirnya bisa keluar dari bayang-bayang Mauro Icardi, eks striker Inter yang kini bergabung dengan Paris Saint-Germain.
Laga kontra Shakhtar itu pun menjadi kenangan indah bagi Martinez, sekaligus menjadi bukti bahwa Inter telah siap untuk menunjukkan pencapaian yang lebih hebat. Martinez pun tambah percaya diri. “Saya sekarang senang karena dulu saya pernah kesulitan mencetak gol. Namun, saya lebih senang melihat tim bisa berkembang bersama, tim yang menjadi kombinasi sempurna antara pemain berpengalaman dengan pemain muda,” ujarnya.
Sevilla wajib waspada jika ingin mewujudkan ambisi meraih trofi Liga Europa yang keenam. Mereka harus berhasil bertahan saat menghadapi “berlian-berlian” Conte yang menyilaukan, tugas yang gagal dilakukan Shakhtar. “Perjalanan fantastis kami musim ini terhenti pada laga ini (ketika bertemu Inter),” kata pelatih Shakhtar Donetsk, Luis Castro. (AFP/REUTERS)