PB PASI akan menjaga intensitas latihan atlet gelombang pertama pemusatan latihan nasional berada pada tingkat sedang ke bawah. Tujuannya, untuk menjaga daya tahan atlet guna menghindari infeksi Covid-19.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS –Intensitas latihan para atlet gelombang pertama pelatnas atletik di Stadion Madya Senayan, Jakarta, dipertahankan pada tingkat sedang ke bawah untuk menjaga daya tahan atlet. Latihan berintesitas tinggi dalam kondisi saat ini dikhawatirkan menguras energi atlet dan menurunkan daya tahun sehingga rawan terinfeksi Covid-19.
”Latihan diarahkan menjaga kebugaran dan teknik atlet agar tidak turun drastis. Apalagi mereka tidak akan mengikuti kejuaraan apa pun hingga akhir tahun karena hampir semua agenda perlombaan yang terjadwal sudah ditunda tahun depan,” ujar Manajer Pelatnas PB PASI Mustara Musa dihubungi dari Jakarta, Selasa (18/8/2020).
Ketua Komisi Medis PB PASI yang juga anggota Komite Medis Asosiasi Atletik Asia Ermita I Ilyas dalam webinar, akhir pekan lalu menuturkan, dari rekomendasi Atletik Dunia (WA), atlet maupun masyarakat penghobi olahraga disarankan berlatih teratur dengan intensitas sedang selama masa pandemi Covid-19. Dengan pola itu, latihan bisa optimal menjaga daya tahan tubuh.
Atlet maupun masyarakat diminta untuk tidak berlatih berat saat wabah belum berakhir. Latihan berat akan membuat tubuh kelelahan, dan saat itu pertahanan tubuh untuk menangkal serangan virus atau penyakit berkurang.
”Dampaknya semakin parah bila atlet berlatih dengan menggunakan masker. Untuk orang yang memiliki gangguan pernafasan atau jantung, berolahraga dengan masker akan menyebabkan hipoksia hingga kematian,” tuturnya.
Hasil tes
Anggota Tim Medis Pelatnas PB PASI Wawan Budisusilo dihubungi dari Jakarta, Selasa, menyampaikan, setelah memanggil 10 atlet dan delapan pelatih untuk mengikuti gelombang pertama pelatnas Olimpiade Tokyo dan SEA Games 2021 Vietnam per 12 Agustus, PB PASI melakukan tes PCR untuk lima atlet dan empat pelatih dari luar DKI Jakarta. Hasilnya, mereka semua negatif Covid-19.
Adapun lima atlet dan empat pelatih dari DKI Jakarta sudah melakukan tes PCR sejak 12 hari melalui koordinasi PASI DKI Jakarta dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Sejauh ini, hasil tes itu belum keluar tetapi para peserta tes tersebut tidak menunjukkan gejala sakit apa pun. Untuk itu, mereka diindikasikan sehat.
Walaupun sudah melakukan tes PCR, para atlet dan pelatih itu belum melakukan latihan. Mereka tetap melakukan karantina selama 10-14 hari sesuai protokol kesehatan yang ada. Atas dasar itu, mereka baru akan memulai pelatihan secara efektif pada Senin depan. ”Ini dilakukan agar pelatnas benar-benar aman ketika dilakukan kembali,” ujarnya.
Sewaktu pelatnas berlangsung, PB PASI akan menerapkan protokol kesehatan ketat. Sebelum dan sesudah latihan, atlet dan pelatih harus menggunakan masker. Saat latihan, mereka harus jaga jarak dan tidak boleh bertukar perlengkapan pribadi, seperti botol air minum dan handuk. Para atlet tidak berlatih bersama dengan jumlah besar, mereka dibagi dalam beberapa kelompok ketika latihan di lapangan, serta dibatasi maksimal lima orang sewaktu berlatih di ruang latihan beban.
Protokol kesehatan ini didasari oleh anjuran Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Kesehatan, hingga WA. Jika semuanya berjalan lancar dan baik, PB PASI akan memanggil lima atlet dan tiga pelatih lain untuk mengikuti gelombang kedua pelatnas. ”Pelatnas gelombang pertama ini akan menjadi tolok ukur pelaksanaan pelatnas gelombang kedua,” kata Wawan.
Butuh pelatnas
Sebelumnya, pelari 100 meter andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri mengutarakan, dirinya sangat membutuhkan pelatnas. Selama dikembalikan ke daerah usai pelatnas dibubarkan sementara karena Covid-19 pada Maret, pelari berusia 20 tahun itu tidak bisa berlatih optimal.
Di kampung, pelari asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat itu tidak mendapatkan pengawasan melekat dari pelatih. ”Agenda latihannya juga sering terganggu oleh godaan bermain dengan teman-teman, mulai dari ikut mancing, main selancar, hingga layangan,” ujar atlet kelahiran 1 Juli 2000 tersebut.
Maka itu, saat dipanggil lagi ke pelatnas per 12 Agustus, Zohri sangat mengapresiasi pemanggilan tersebut. Bagi pemegang rekor nasional lari 100 meter dengan waktu 10,03 detik itu, dirinya bisa berlatih lebih serius di pelatnas karena ada pelatih yang selalu mendampingi dan tidak ada godaan untuk nongkrong. Di Jakarta, aktivitasnya hanya dari hotel/penginapan dan tempat latihan.
”Di pelatnas, saya bisa fokus untuk membenahi kelemahan saya, yakni masih lambat di start block. Lagi pula, saya punya target bisa menjadi orang Asia Tenggara pertama yang bisa berlari di bawah 10 detik, terutama di Olimpiade Tokyo tahun depan,” kata atlet bertinggi 170 sentimeter tersebut. (DRI)