Makna Kemerdekaan bagi Zohri, Jangan Mudah Menyerah untuk Menggapai Mimpi
Bagi pelari 100 meter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, HUT kemerdekaan Indonesia adalah momen pengingat atlet agar tak mudah menyerah menggapai cita-cita layaknya pahlawan yang tak pernah lelah menggapai kemerdekaan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di HUT Ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat memaknai kemerdekaan secara beragam. Bagi pelari 100 meter andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, HUT kemerdekaan Indonesia adalah momen pengingat untuk atlet agar tidak mudah menyerah dalam menggapai cita-cita layaknya para pahlawan yang tidak pernah lelah untuk terbebas dari penjajahan.
Adapun Zohri sedang mengejar mimpi menjadi orang Asia Tenggara pertama yang bisa berlari di bawah 10 detik. ”HUT kemerdekaan Indonesia untuk saya menjadi pengingat bahwa untuk tidak mudah menyerah itu sulit. Akan tetapi, dengan tekad kuat, kita pasti bisa untuk selalu pantang menyerah guna mencapai kesuksesan,” ujar Zohri dalam bincang-bincang peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia di kanal Youtube Penerbit Erlangga, Senin (17/8/2020).
Zohri mengatakan, salah satu kunci kesuksesannya sejauh ini karena selalu menanamkan semangat pantang menyerah dalam berlatih ataupun bertanding. Itu juga yang membuatnya bisa meraih emas 100 meter dengan waktu 10,18 detik pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2018 di Tampere, Finlandia, dan memecahkan rekor nasional 100 meter ketika meraih perunggu 100 meter dengan waktu 10,03 detik pada Seiko Golden Grand Prix 2019 di Jepang.
Di dua kejuaraan itu, Zohri bukan pelari yang diperhitungkan. ”Saya punya kata mutiara untuk memotivasi diri, yakni kegagalan hanya akan datang apabila kamu menyerah. Kalau mau sukses, jangan lupa untuk terus bekerja keras dan jangan pernah meninggalkan ibadah. Jadikan pula doa sebagai kebiasaan, maka kesuksesan itu akan menjadi kepastian,” kata pelari kelahiran Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, 1 Juli 2000 itu.
Mimpi besar
Dengan semangat itu, Zohri menanamkan sejumlah mimpi besar untuk dirinya di masa depan. Salah satunya adalah keinginannya menjadi orang Asia Tenggara pertama yang bisa berlari di bawah 10 detik. Sejauh ini, Zohri telah tercatat sebagai pelari tercepat di Asia Tenggara dengan waktu 10,03 detik.
Target saya, saya ingin menjadi orang Asia Tenggara pertama yang berlari di bawah 10 detik dalam Olimpiade Tokyo tahun depan.
Namun, rekornya masih jauh di bawah pelari tercepat Asia, yakni pelari Qatar, Femi Ogunode, dan pelari China, Su Bingtian, dengan rekor sama-sama 9,91 detik. ”Target saya, saya ingin menjadi orang Asia Tenggara pertama yang berlari di bawah 10 detik dalam Olimpiade Tokyo tahun depan,” ujar pelari bertinggi 170 sentimeter itu.
Mimpi lainnya, Zohri ingin menyumbang medali pada Olimpiade Paris 2024. ”Saya tidak muluk-muluk di Olimpiade Tokyo selain ingin memperbaiki catatan waktu. Sebab, saya dinilai masih sangat muda. Pelatih mengarahkan saya untuk meraih medali di Olimpiade Paris nanti karena saat itu usia saya sudah matang sebagai pelari, antara 24-25 tahun,” tuturnya.
Untuk menggapai mimpi-mimpi itu, Zohri bekerja keras memperbaiki semua kekurangannya. Yang paling utama sekarang ialah memperbaiki teknik balok start (start block). ”Sejauh ini, saya masih lemah di start block. Saya masih lambat keluar ketika start dimulai dan itu bisa memengaruhi laju ataupun hasil perlombaan,” katanya.
Kembali ke pelatnas
Demi memperbaiki teknik start block, Zohri harus fokus berlatih di pemusatan pelatihan nasional (pelatnas) atletik Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). Untuk itu, dia sangat gembira sewaktu pelatnas dimulai kembali tanggal 12 Agustus. ”Kalau di pelatnas, latihan saya lebih fokus karena ada pelatih yang memantau. Aktivitas sehari-hari pun hanya berlatih dan istirahat di hotel,” ujarnya.
Sejak Maret atau setelah muncul kasus Covid-19 pertama di Indonesia, Zohri dan para atlet pelatnas PB PASI lain dikembalikan ke daerah masing-masing. Selama di kampung, Zohri mengakui latihannya tidak optimal karena tidak ada pelatih yang mengontrol dan sering tergoda bermain dengan teman-teman, mulai dari mancing, main surfing, hingga main layangan.
Sebelumnya, seusai PB PASI melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MOU) dengan Kementerian Pemuda dan Olaharaga untuk menerima anggaran bantuan pelatnas 2020, Selasa (14/7/2020), Pelaksana Tugas Ketua Umum PB PASI Zacky Anwar Makarim menyampaikan, kondisi atlet sangat rawan selama di lepas ke daerah masing-masing. Selain tidak ada pelatih yang mendampingi, mereka juga sering melakukan kegiatan di luar latihan yang rawan memicu cedera.
”Maka itu, kami ingin segera memanggil kembali atlet ke pelatnas, lebih-lebih Zohri. Sebab, mereka itu aset negara. Kalau terlalu lama berlatih mandiri, kami khawatir mereka cedera atau terpapar Covid-19. Kalau itu terjadi, sulit untuk mereka pulih lagi 100 persen,” tutur mantan Kepala Badan Intelijen ABRI tersebut.