Penjualan dua gelandang terbaik, Dani Parejo dan Francis Coquelin, ke Villarreal menjadi penanda Valencia memasuki masa krisis finansial. Kondisi itu membuat para fans mendesak pemiliki Peter Lim keluar dari klub.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
VALENCIA, KAMIS — Klub Liga Spanyol, Valencia CF, memasuki masa krisis terburuk sejak dimiliki taipan asal Singapura, Peter Lim, sejak 2014. Kondisi performa keuangan yang negatif akibat tidak berlaga di kompetisi Eropa pada musim depan serta pandemi Covid-19 memaksa ”Si Kelelawar” menjual para pemain bintangnya demi menyeimbangkan neraca finansial.
Pada Rabu (12/3/2020), Valencia secara resmi melepas dua pemain penting di lini tengah kepada rival tetangga, Villareal. Francis Coquelin dijual dengan harga 6,5 juta euro (Rp 142,2 miliar), sedangan sang kapten, Dani Parejo, dilepas secara gratis.
Padahal Parejo dan Coquelin merupakan pilar utama tim di lini tengah. Parejo, misalnya, merupakan pemain yang paling banyak bermain di musim 2019-2020 karena berlaga di 47 laga dari 48 pertandingan yang dijalani Valencia. Parejo juga menciptakan 10 gol dan 6 asis di seluruh kompetisi. Akan tetapi, manajemen Valencia enggan memperpanjang durasi kontrak Parejo yang berakhir musim panas ini.
Sementara itu, Coquelin yang bermain dalam 36 pertandingan menyumbangkan dua asis. Valencia menjual Coquelin kurang dari 50 persen harga pasar mantan pemain Arsenal itu yang berada di kisaran 14 juta euro (Rp 246 miliar). Padahal, Valencia membeli Coquelin dari Arsenal pada 2018 dengan harga 14 juta euro.
Sebelumnya, pada pekan lalu, Valencia juga menjual salah satu bintang mudanya, yaitu Ferran Torres, ke Manchester City dengan 23 juta euro (Rp 404 miliar). Jumlah itu juga di bawah nilai pasar Torres yang berada di angka 45 juta euro (Rp 791 miliar).
Menurut Presiden Valencia Anil Murthy, pandemi Covid-19 telah memukul aspek keuangan klub. Apalagi di musim depan, Valencia tidak akan memiliki pemasukan tambahan dari bonus penampilan di kompetisi Eropa. Pasalnya, Si Kelelawar hanya mampu mengakhiri musim ini di peringkat ke-9. Prestasi itu jauh merosot dibandingkan musim lalu yang mampu finis di posisi empat besar serta meraih trofi Piala Raja Spanyol.
”Kami akan memiliki musim yang rumit karena Covid-19 sehingga kami harus mengambil langkah-langkah bertanggung jawab untuk mengontrol dana secara ketat. Apa gunanya klub yang bangkrut?” ujar Murthy, Kamis (13/8/2020).
Perwakilan Lim di Singapura dalam keterangan tertulis seperti dilansir The Strait Times menambahkan, kebijakan Valencia itu adalah langkah cepat yang harus diambil agar krisis akibat pandemi tidak semakin membahayakan klub.
”Kami memahami akan memasuki musim yang sulit dan Valencia sesungguhnya bukan satu-satunya tim yang menderita akibat Covid-19,” tulis keterangan itu.
Pada Juli 2014, Lim mengambil alih 70,4 persen kepemilikan saham Valencia dengan mengeluarkan dana sekitar 420 juta euro (Rp 7,4 triliun). Dana itu termasuk untuk membayar utang klub sekitar 200 juta euro (Rp 3,5 triliin) kepada Bankia, bank yang berpusat di Valencia, lalu dana 170 juta euro (Rp 2,9 triliun) dialokasikan untuk merampungkan renovasi Stadion Mestalla yang terhenti karena resesi ekonomi yang menimpa Spanyol pada 2009.
Akan tetapi, Lim tidak menepati janjinya untuk melanjutkan renovasi Stadion Mestalla. Hal itu pun dikecam oleh Wakil Wali Kota Valencia Sandra Gomez.
”Pemilik harus menjalankan komitmennya. Ketika membeli Valencia, dia berkomitmen untuk membantu keinginan klub dan publik, termasuk harapan warga Valencia yang menghendaki Stadion Nou Mestalla dirampungkan,” ujar Gomez seperti dilansir Marca, akhir Juli lalu.
Kekacauan
Meskipun di awal kehadirannya sempat memberi harapan baru bagi Valencia, pada kenyataannya Lim menghadirkan kekacauan di internal Valencia dalam aspek olahraga. Kerja sama Lim bersama agen pemain terkemuka asal Portugal, Jorge Mendes, untuk membangun kembali Si Kelelawar menemui jalan buntu.
Mendes membawa Nuno Espirito Santo untuk mengisi kursi kepelatihan, tetapi Santo hanya bertahan hingga pertengahan musim 2014-2015. Selanjutnya, relasi Mendes dan Lim tidak lagi terlihat dalam mengatur Valencia. Di sisi lain, Mendes justru membawa Santo ke Wolverhampton Wanderers yang mampu promosi ke Liga Utama Inggris dua musim lalu, kemudian konsisten di papan tengah Liga Utama Inggris dalam dua musim terakhir.
Lim akhirnya mengambil alih seluruh kebijakan klub, seperti menunjuk enam pelatih selanjutnya. Gary Neville, Pako Ayesteran, Cesare Prandelii, Marcelino, Albert Celades, dan, yang baru diresmikan, Juli lalu, Javi Garcia, adalah nama pelatih Valencia yang pernah ditunjuk Lim.
Dari beberapa pelatih itu, hanya Marcelino yang mampu menghadirkan trofi ke Mestalla, ketika mampu menumbangkan Barcelona 2-1 di final Piala Raja Spanyol edisi 2018-2019. Itu adalah trofi pertama Valencia dalam satu dekade terakhir. Tetapi, Marcelino dipecat setelah menjalani tiga laga awal musim 2019-2020.
Parejo pun angkat suara terkait keputusan klub yang tidak bersedia memperpanjang kontraknya. Padahal, Parejo pernah berkomitmen untuk mengakhiri karier di Valencia.
”Mereka (manajemen) mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak ingin saya bertahan. Saya ingin tetap di Valencia, tetapi tidak ada jalan untuk meluluskan keinginan itu, keputusan itu pun dilakukan di masa yang tidak baik dan dengan cara yang tidak tepat,” kata Parejo yang membela Valencia sejak 2011.
Mantan kapten Valencia, Santiago Canizares, juga mengkritik kebijakan klub yang menjual para pemain penting di musim panas ini.
”Apa yang klub pikirkan ketika memutuskan untuk menjual dua gelandang terbaik? Kondisi ini mengkhawatirkan saya, padahal seharusnya mereka sudah menyiapkan diri untuk musim baru dan fokus membentuk tim sesuai keinginan Javi Garcia”, cuit Canizares di akun Twitter pribadinya.
Tidak hanya Canizares, kelompok pendukung Valencia akhirnya membentuk gerakan yang dinamakan ”Salvem Nostre Valencia” (Selamatkan Valencia Kami). Mereka melakukan demonstrasi di kawasan Stadion Mestalla, sejak Rabu kemarin hingga akhir pekan ini, untuk mendesak Lim menjual saham mayoritasnya di Valencia.
Gerakan untuk melawan Lim telah mengemuka sejak 2018. Bahkan, para pendukung Valencia banyak membawa spanduk menentang Lim dengan bertuliskan #LimGoHome ketika menyaksikan langsung laga kandang Valencia di musim ini.
Selain Valencia, Lim merupakan pemilik saham mayoritas klub Liga Dua, kasta ketiga di Liga Inggris, Salford City. Saham itu dimiliki bersama enam legenda Manchester United yang termasuk dalam ”Generasi 92”, yaitu Phil Neville, Gary Neville, David Beckham, Nicky Butt, Paul Scholes, dan Ryan Giggs. Keenam mantan pemain MU itu masing-masing memegang 10 persen saham. Beckham merupakan sosok terakhir yang bergabung setelah membeli 10 persen saham milik Lim, Januari 2019.
Selain memiliki klub, hubungan Lim dengan Mendes juga menjadi salah satu alasan di balik keterlibatan megabintang Cristiano Ronaldo dalam berbagai kegiatan amal dan komersial di kawasan Asia Tenggara. Misalnya, kegiatan Ronaldo mengunjungi sekolah dasar di Singapura, Juli 2019, serta penunjukan ”CR7” sebagai duta merek perusahaan rintisan perdagangan elektronik asal Singapura, Shopee. Sementara Mendes adalah agen dari Ronaldo serta sejumlah figur di dunia sepak bola lain, seperti Jose Mourinho, David De Gea, dan Joao Felix.
Berdasarkan data Forbes, jumlah kekayaan Lim sekitar 2 miliar dollar AS (Rp 29,8 triliun). Pengusaha berusia 67 tahun itu berada di urutan ke-14 daftar 50 orang terkaya Singapura 2020 versi Forbes. (AFP/REUTERS)