Setelah vakum sekitar lima bulan, pelatnas atletik PB PASI segera dimuai kembali. Di tahap awal, PASI fokus pada peningkatan mental atlet dan pelatih yang kemungkinan terdampak pandemi Covid-19 ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah vakum sejak Maret akibat pandemi Covid-19, Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia segera memulai kembali pelatnas atletik di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta. Pada tahap awal, mereka fokus meningkatkan mental atlet dan pelatih yang terdampak oleh situasi saat ini.
Manajer Pelatnas PB PASI Mustara Musa yang dihubungi dari Jakarta, Senin (10/8/2020), mengatakan, ada 15 atlet dan 11 pelatih yang akan mengikuti pelatnas Olimpiade Tokyo dan SEA Games 2021 Vietnam. Mereka dibagi dua gelombang kedatangan. Gelombang pertama yang terdiri dari 10 atlet dan delapan pelatih dipanggil pada 10 Agustus, gelombang kedua menyusul setelah pelatnas gelombang pertama dinilai berjalan kondusif.
Para atlet dan pelatih akan menjalani protokol kesehatan, antara lain tes cepat dari daerah keberangkatan, tes PCR sesampai di Jakarta, dan karantina di satu penginapan. Interaksi mereka dengan orang di luar pelatnas dibatasi, dan wajib menggunakan alat pelindung diri.
Latihan dilakukan setelah hasil tes PCR didapat, umumnya memakan waktu tiga hari. ”Kalau ada atlet atau pelatih yang positif Covid-19 setelah tes PCR di Jakarta, mereka akan menjalani perawatan medis, sedangkan yang negatif melanjutkan pelatnas,” ujarnya.
Mustara menuturkan, pada tahap awal, PASI akan fokus meningkatkan mental atlet dan pelatih. Vakum latihan sekitar lima bulan tanpa kompetisi pasti berpengaruh ke psikologis atlet dan pelatih.
”Hal ini harus diatasi sesegera mungkin agar latihan berjalan optimal,” katanya.
Oleh karena itu, program latihan akan diisi pengelolaan kondisi fisik dan teknik atlet dalam intensitas menengah dan ke bawah. PASI berupaya menjaga kondisi fisik dan teknik atlet agar tidak turun, apalagi atlet tidak dituntut apa pun karena hampir pasti tidak ada kejuaraan hingga akhir tahun. ”Program peningkatan fisik dan teknik baru dilakukan tahun depan ketika kompetisi sudah bergulir lagi,” ujarnya.
Terdampak
Konsultan psikologi pelatnas atletik Woro Ariati mengutarakan, pihanya memberikan sejumlah pertanyaan kepada atlet dan pelatih sebelum datang ke Jakarta. Hasilnya, sebagian dari mereka terdampak oleh kondisi ini, yakni vakum latihan reguler cukup lama, tiada kompetisi, dan ada pandemi.
Mereka yang terdampak mengeluhkan rasa jenuh, kurang diawasi, sulit berlatih, ruang gerak terbatas, hingga ketakutan. Keluhan seperti itu harus segera diatasi agar tidak menyebabkan demotivasi atau kehilangan semangat berlatih.
Woro menyampaikan, saat awal latihan, mereka akan mengumpulkan semua atlet dan pelatih untuk berdiskusi secara kelompok. Mereka diminta menceritakan pengalaman selama masa pandemi ini dan cara mereka mengatasi hambatan yang ada. Lalu, mereka didorong saling memberi masukan satu sama lain. Tim psikolog akan meluruskan dan menambahkan masukan tersebut.
Teknik diskusi kelompok itu dilakukan agar atlet dan pelatih bisa mengeluarkan semua ganjalan yang ada. Sebagian besar atlet adalah remaja yang belum berani berbicara secara terbuka. ”Unek-unek itu harus dilepas agar tidak mengganjal. Cara ini dilakukan sekurangnya seminggu sekali hingga Desember,” katanya.
Antusias
Sejumlah atlet antusias dengan dimulainya kembali pelatnas. Pelari 100 meter dan 200 meter putri yang masuk gelombang pertama pelatnas, Alvin Tehupeiory, mengungkapkan, dirinya dua bulan terakhir pulang ke Ambon. Karena tidak ada pelatnas di Jakarta, Kepala Staf TNI Angkatan Darat meminta tentara atlet yang tidak ikut pelatnas untuk balik ke kesatuan masing-masing.
Selama di Ambon, Alvin mengaku tidak bisa berlatih optimal. Dia diberikan program berlatih mandiri oleh pelatihnya di pelatnas. Namun, di daerah, dirinya banyak disibukkan dengan pekerjaan kantor. Di sisi lain, cuaca yang kerap hujan juga tidak mendukung untuk berlatih di luar ruangan.
Dalam dua bulan terakhir, Alvin hanya berlatih sekitar tiga hari dalam sepekan. Durasi latihan sekitar 1 jam per hari. Latihan lebih banyak diisi dengan joging untuk menjaga kebugaran agar tidak turun terlalu drastis.
Alvin sangat bersemangat dipanggil pelatnas lagi. Menurut dia, latihan akan lebih optimal di pelatnas karena lebih terkontrol dan bisa langsung dikoreksi pelatih. ”Latihan juga lebih nyaman karena berada di satu arena dan bersama teman-teman atlet,” katanya.
Alvin diproyeksikan mengikuti kualifikasi lari 100 meter putri Olimpiade Tokyo. Walau berat, bersama pelari gawang 100 m putri, Emilia Nova; pelari gawang 400 m putra, Halomoan Edwin Binsar; dan pelompat jauh, Sapwaturrahman; Alvin diharapkan bisa mendapatkan tiket Olimpiade Tokyo menyusul pelari 100 meter, Lalu Muhammad Zohri, yang sudah mendapatkannya sejak 2019. (DRI)