Pelatih Maurizio Sarri menjadi korban terbaru dari tingginya ambisi Juventus meraih trofi Liga Champions. Sarri dipecat manajemen Juve, Sabtu (8/8/2020) malam, setelah gagal memenuhi ambisi besar tersebut.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
TURIN, SABTU — Juventus gagal lolos ke perempat final Liga Champions Eropa musim ini seusai disingkirkan Olympique Lyon, Sabtu (8/8/2020) dini hari WIB. Kegagalan itu membuat pelatih terbaru Juve, Maurizio Sarri, dipecat dan meninggalkan ”kursi panas”.
Padahal, Sarri baru semusim di Juve dan membawa klub itu meraih gelar juara Liga Italia kesembilan beruntun. Namun, dominasi itu tidak berguna di Eropa.
Mereka disingkirkan Lyon, klub yang finis ketujuh di Liga Perancis musim ini.
Selain itu, Sarri juga gagal menunjukkan permainan menawan yang telah dijanjikannya di Juve. Tak ayal, kegagalan itu dianggap aib bagi para petinggi Juve.
Sarri pun menyusul Massimiliano Allegri, mantan pelatih Juve yang dipecat seusai memberikan lima gelar juara Liga Italia, musim lalu. Tidak jauh berbeda dengan Sarri, Allegri juga dianggap gagal memenuhi target meraih trofi juara Liga Champions yang kali terakhir diraih ”Si Nyonya Besar” pada 1996.
”Klub ingin berterima kasih kepada pelatih (Sarri) yang telah menulis lembar sejarah baru Juventus dengan kemenangan beruntun yang kesembilan. Sebuah perjalanan karier yang membawanya ke puncak tertinggi semua divisi sepak bola Italia,” bunyi keterangan resmi Juventus mengenai pelatih yang awalnya berkarier sebagai pemain amatir itu.
Media-media di Italia telah menyebutkan beberapa nama besar yang disebut bakal menjadi pengganti Sarri. Mereka adalah Zinedine Zidane (Pelatih Real Madrid), Simone Inzaghi (Pelatih Lazio), Mauricio Pochettino (eks Manajer Tottenham Hotspur), dan Allegri.
Dari keempat nama itu, Pochettino adalah kandidat terkuat. Ia dikabarkan telah dikontak Juve seusai laga kontra Lyon.
Kandidat terkuat
Dari keempat nama itu, Pochettino adalah kandidat terkuat. Ia dikabarkan telah dikontak Juve seusai laga kontra Lyon. Pochettino paling mudah direkrut karena tengah menganggur dan sangat ingin melatih Juventus. Ia mengaku keluarga besarnya berasal dari Italia dan mendukung Juve.
Adapun Zidane belum lama kembali ke Real dan berhasil mengantar klub itu menjuarai Liga Spanyol. Maka, sulit bagi Juve membujuknya hijrah ke Italia. Hal serupa berlaku untuk Inzaghi yang dibutuhkan Lazio mengarungi Liga Champions musim depan.
Namun, masalahnya, menjadi pelatih Juve saat ini tidak lagi mudah. Trofi Liga Italia tidak lagi cukup. Presiden Juventus Andrea Agnelli, kemarin, berkata, Liga Champions kini adalah target utama.
”Beberapa tahun terakhir, (trofi) Liga Champions adalah impian. Namun, sekarang, itu harus menjadi target. Klub ini harus dihormati, tidak hanya di domestik, tetapi juga di Eropa,” ungkap Agnelli dikutip Football-Italia.
Adapun Pochettino belum pernah meraih satu trofi pun bersama Spurs. Namun, tahun lalu, ia membawa Spurs lolos ke final Liga Champions. Mereka dikalahkan Liverpool, 0-2, di final kala itu.
Selain minimnya trofi, faktor lain yang membuat Juve bisa berpaling dari Pochettino adalah tingginya permintaan gajinya. Menurut La Gazetta Dello Sport, Pochettino meminta gaji 10-12 juta euro atau setara Rp 173 miliar-Rp 208 miliar per musim. Nilai gaji itu adalah dua kali lipat dari Sarri.
Agnelli sebenarnya masih punya skenario lain, yaitu menunjuk eks gelandang Juventus, Andrea Pirlo, yang belum lama ditunjuk menjadi pelatih tim Juventus U-23. Namun, ia masih butuh waktu mengevaluasi banyak hal dalam beberapa hari ke depan sebagai dasar mengambil keputusan.
Selama ini, Juve memang lebih menyukai pelatih dalam negeri. Dalam 50 tahun terakhir, mereka hanya dua kali merekrut pelatih asing, yaitu Cestmir Vycpalek (Ceko) dan Didier Deschamps (Perancis).
Ironi Sarri
Kegagalan Sarri di Juventus menjadi sebuah ironi apabila melihat masa lalunya. Ketika masih melatih Napoli pada 2015-2018, Sarri sering mengeluh dan menuding bahwa Juventus terlalu nyaman. Ia menganggap Juve bisa mendominasi Italia karena punya keuangan kuat dan jadwal laga yang menguntungkan.
Sarri ternyata masih tetap mengeluh ketika sudah melatih Juventus. Pelatih Inter Milan Antonio Conte langsung menyindir Sarri. ”Dia (Sarri) sudah ada di kubu terkuat saat ini. Jadi, seharusnya dia kalem saja,” katanya.
Maksud Conte adalah Sarri telah dipersenjatai skuad bertabur bintang, salah satunya Cristiano Ronaldo yang dibeli khusus guna merebut trofi Liga Champions. Namun, Juve tetap tampil kurang atraktif musim ini. Jumlah poin dan kebobolan Juve bersama Sarri bahkan yang terburuk dalam sembilan musim terakhir.
Sarri lantas mengeluhkan ritme tim yang terganggu akibat pandemi Covid-19. ”Kami tidak bisa mencapai penampilan terbaik pada tahun ini. Beberapa pemain tidak bisa berlatih karena ada yang dikarantina. Tidak mudah menjalaninya,” kata Sarri menjelaskan alasan yang sebenarnya juga dirasakan tim lainnya.