Chelsea menatap misi nyaris mustahil saat bertandang ke markas Bayern Muenchen di Liga Champions, Minggu dini hari WIB. Mereka menyiapkan pemain muda dengan determinasi tinggi untuk meraih kemenangan minimal empat gol.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MUENCHEN, JUMAT — Chelsea menatap laga kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa pada Minggu (9/8/2020) dini hari WIB dengan wajah terluka. Seusai kegagalan di Piala FA, mereka menghadapi realitas sulit lainnya, yaitu tertinggal 0-3 dari Bayern Muenchen di laga pertama. Namun, Chelsea menyiapkan kejutan dengan datang tanpa beban bersama para ”darah muda” akademinya.
Skuad asuhan Frank Lampard itu bak seekor singa terluka setelah ditumbangkan Arsenal pada final Piala FA, akhir pekan lalu. Hancurnya rasa percaya diri skuad Chelsea itu diikuti dengan cederanya tiga pemain penting, yaitu Christian Pulisic, Cesar Azplicueta, dan Pedro.
Modal itu terpaksa dibawa Lampard saat bertandang ke Football Arena Muenchen. Dengan segala keterbatasan dan kesulitan, mereka harus menang minimal empat gol jika ingin lolos ke perempat final. Ini sebuah misi yang dianggap mustahil mengingat lawannya adalah salah satu unggulan juara Liga Champions musim ini.
Di tengah kemustahilan itu, mantan bek Chelsea, Ricardo Carvalho (2004-2010), melihat hal yang lain. Ia menilai, semua kemungkinan masih bisa terjadi. ”Tugas mereka memang berat. Namun, ini hanya satu pertandingan. Semua bisa terjadi dan tidak bisa diprediksi. Satu kesalahan saja bisa mengubah pertandingan,” katanya seperti dikutip Goal.
Chelsea, yang menunjukkan wajah terluka sebelum pertandingan, bisa-bisa menyamar di balik kemarahannya.
Chelsea, yang menunjukkan wajah terluka sebelum pertandingan, bisa-bisa menyamar di balik kemarahannya. Tanpa beban target di pundaknya, para pemain ”Si Biru” justru bisa membuat perbedaan, apalagi Lampard akan datang bersama para pemain muda.
Khusus laga ini, Chelsea memanggil tiga pemain remaja akademi, yaitu Lewis Bate (17), Dynel Simeu (18), dan Ian Maatsen (18). Mereka bisa dibilang minim pengalaman. Akan tetapi, para pemain muda ini menjanjikan determinasi tinggi selama 90 menit.
Kehadiran para darah muda ini menyegarkan sekaligus melengkapi skuas muda di tim utama Chelsea yang telah lebih dulu diisi para pemain, seperti Mason Mount dan Reece James. Alih-alih datang sebagai pesakitan, mereka justru bisa menjelma kekuatan berbeda. Semua itu mungkin terjadi, apalagi setelah mereka mendapatkan siraman motivasi dari Lampard, seorang manajer berkarisma.
Lama tidak bermain
Determinasi tinggi sangat ditakuti skuad Muenchen, melebihi teknik individu. Tim asuhan Hans-Dieter ”Hansi” Flick itu diragukan tampil maksimal sepanjang pertandingan. Sebab, mereka sudah tidak berkompetisi sejak terakhir menjuarai Piala Liga Jerman, awal Juli 2020.
Muenchen hanya sekali menjalani pertandingan pemanasan jelang menghadapi Chelsea. Mereka berhadapan dengan tim Perancis, Marseille, pada laga uji coba pekan lalu. Laga itu berujung kemenangan tipis Muenchen, 1-0.
Ancaman itu disadari betul oleh Flick. Meski sudah menginjak satu kaki di babak selanjutnya, dia menilai perjalanan timnya masih panjang. ”Kami sama sekali tidak akan meremehkan Chelsea. Kami harus percaya diri dengan kekuatan dalam diri. Semua itu dibutuhkan untuk bisa lolos,” ujarnya.
Flick percaya mentalitas skuadnya yang sudah langganan masuk babak gugur Liga Champions akan menjadi pembeda. Dipimpin salah satu penyerang terbaik di Eropa, Robert Lewandowski, Muenchen bertekad membawa pulang trofi ”Si Kuping Lebar” pada musim ini.
Menurut Lewandowski, jeda sebulan tidak berpengaruh besar terhadap fisik tim. Mereka sudah siap tampil dalam intensitas tinggi. ”Kami hanya butuh memulai 20 menit yang sempurna di pertandingan ini,” kata penyerang asal Polandia tersebut.
Enggan bermain aman
Muenchen memastikan tidak akan bermain aman. Mereka akan menyerang di kandang sendiri sebagai pemanasan menuju babak berikutnya. Lini serang Muenchen tentu bisa menjadi mimpi buruk bagi Chelsea yang sangat rapuh pertahanannya. Selain Lewandowski, penyerang sayap Serge Gnabry dan pemain kreatif, Thomas Mueller, juga dalam keadaan bugar untuk tampil.
Pengamat Sky Sports, Charlie Nicholas, menilai, lubang di pertahanan Chelsea akan menjadi zona nyaman bagi Lewandowski. Baik formasi tiga bek maupun empat bek sudah dicoba Lampard. ”Namun, itu semua tidak bekerja. Pertahanan mereka sangat rentan, terlihat jelas di final Piala FA,” katanya.
Rapuhnya lini belakang Chelsea bisa dikatakan sebagai efek samping dari filosofi menyerang ala Lampard. Pendekatan sang manajer bermain terbuka memunculkan ruang besar di benteng pertahanan timnya. Masalahnya, mereka tidak punya bek berkelas dunia untuk membendung serangan balik lawan. (AP/REUTERS)