Valtteri Bottas mendapat suntikan motivasi untuk mengungguli rekan setimnya, Lewis Hamilton, setelah menandatangani perpanjangan kontrak setahun bersama Mercedes. Namun, motivasi tak cukup untuk mengalahkan Hamilton.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
NORTHAMPTONSHIRE, JUMAT - Di awal musim ini, Valtteri Bottas sempat mengatakan bahwa negosiasi perpanjangan kontrak menjadi gangguan konsentrasi menghadapi musim balap Formula 1. Apalagi, sempat ada spekulasi posisinya berpotensi ditempati oleh Sebastian Vettel, serta pebalap muda binaan Mercedes George Russell. Kini, Bottas telah mendapatkan kepastian posisinya aman hingga musim depan, sehingga bisa fokus memburu gelar juara musim 2020, bersaing dengan rekan setimnya, Lewis Hamilton.
Bottas menjadi rekan setim yang ideal bagi Hamilton. Pebalap asal Finlandia itu mampu memberikan tekanan yang memaksa Hamilton untuk terus tampil dalam performa terbaiknya. Sengatan pada seri pembuka di Austria, di mana Bottas memenangi balapan, menjadi tantangan besar bagi Hamilton yang kemudian memenangi seri Styria, Hongaria, dan Inggris. Bottas mengalami masalah pada ketiga balapan itu, meskipun tampil meyakinkan sepanjang sesi latihan hingga kualifikasi.
Pekan lalu di Silverstone, Bottas mengalami masalah pada ban depan kiri yang aus sangat cepat. Dia pun terlempar dari posisi kedua, dan finis ke-13. Sedangkan Hamilton yang juga mengalami masalah yang sama, masih bisa finis terdepan dengan ban depan kiri pecah. Juara dunia enam kali itu bisa tetap meraih podium tertinggi akibat keunggulan waktu yang sangat besar berkat kemampuan mengemudi kelas dewa.
Performa saat balapan itulah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi Bottas untuk bisa kembali meraih podium utama. Dia kini tertinggal 30 poin, dan bisa semakin jauh jika gagal mengimbangi penampilan Hamilton akhir pekan ini, pada seri perayaan ulang tahun ke-70 Formula 1 di Silverstone, Inggris. Potensi Bottas meraih podium teratas pada balapan Minggu (9/8/2020) pukul 20.10 WIB itu, tetap terbuka. Itu dia tunjukan dengan performa stabil pada sesi latihan bebas pertama (FP1), Jumat (7/8/2020). Bottas yang menggunakan ban berkompon lunak menjadi yang tercepat dengan waktu 1 menit 26,166 detik. Dia unggul 0,138 detik atas Hamilton di posisi kedua.
Namun, performa di sesi latihan itu perlu dia replika saat kualifikasi hingga balapan. Dalam dua balapan terakhir, dia selalu start kedua di belakang Hamilton, dan gagal mengejar rekan setimnya itu saat balapan. Bahkan, pada seri Hongaria dia tidak bisa mengejar pebalap Red Bull Max Verstappen yang akhirnya finis kedua. Salah satu kunci untuk mengalahkan Hamilton adalah, start dari posisi terdepan, dan mampu memimpin setelah tikungan pertama, seperti saat Bottas menang pada seri Austria.
Namun, pada awal FP2, Bottas sudah mendapat pesan kuat dari Hamilton yang memimpin mayoritas sesi hingga pukul 22.00 WIB. Hamilton membukukan waktu tercepat 1 menit 25,606 detik sebelum kembali ke garasi setelah menyelesaikan 14 lap. Bottas di posisi kedua, diikuti pebalap Renault Daniel Ricciardo, pebalap Red Bull Max Verstappen, dan dua pebalap Racing Point Lance Stroll serta Nico Hulkenberg yang menggantikan Sergio Perez.
Pada akhir FP2, Hamilton kembali menjadi yang tercepat dengan waktu 1 menit 25,606 detik, disusul Bottas dengan waktu 0,176 detik dari Hamilton. Pebalap Daniel Ricciardo dari tim Renault membuat kejutan dengan meraih posisi ketiga dengan selisih waktu 0,727 detik dari Hamilton. Pada FP1, Ricciardo hanya meraih posisi ke-17. Sementara Verstappen di posisi keempat dengan selisih waktu 0,831 detik.
Sementara itu, Red Bull menggunakan elemen baru pada mesin mereka pada seri ulang tahun ke-70 F1 ini pada mobil Verstappen dan Alexander Albon. “Sebagai bagian dari strategi PU (power unit) kami musim ini, kami mengenalkan PU baru untuk dua pebalap Red Bull Racing pada ajang ini. Ini memberi kami fleksibilitas lebih besar dalam hal pengelolaan PU. PU baru memiliki spesifikasi sama dengan yang digantikan,” tulis pernyataan Honda sebagai pemasok mesin Red Bull.
Hukuman Racing Point
Dua balapan di Inggris ini tidak membawa keberuntungan bagi Racing Point yang kehilangan pebalapnya, Sergio Perez, karena positif Covid-19. Setelah itu, mereka dijatuhi sanksi pengurangan 15 poin konstruktor serta denda 400.000 euro, sekitar Rp 6,9 miliar, karena dinyatakan melanggar regulasi dengan menjiplak brake duct atau lubang udara pendingin rem mobil Mercedes W10 yang dipakai tim “Panah Perak” musim lalu. Sanksi itu dijatuhkan oleh FIA setelah stewards mendukung protes Renault pada brake duct yang dipakai Racing Point pada mobil RP20 mereka. Racing Point menjadi kontroversi sejak awal musim ini karena desain mobil mereka mirip dengan W10, hingga dijuluki “Pink Mercedes”.
Kepala Tim Racing Point Otmar Szaufnauer menegaskan, ini keputusan yang tidak adil, tetapi mereka belum memutuskan akan mengajukan banding atau tidak. “Kami masih perlu mencerna ini, kami perlu mengajukan beberapa pertanyaan dan mendapat klarifikasi lebih lanjut,” ujarnya kepada Formula 1.
“Ini sesuatu yang cukup mengecewakan.Kami pikir kami mematuhi aturan dan tidak melakukan sesuatu yang salah. Kami mengundang FIA pada maret untuk datang dan melihat semua yang kami lakukan. Kami membuka semuanya,” tegas Szaufnauer.
Meskipun mendapat sanksi, Racing Point tetap akan menggunakan brake duct itu musim ini, karena tidak mungkin para insinyur mereka merancang desain baru tanpa dipengaruhi oleh apa yang mereka ketahui selama ini.
“Ini akan sangat tidak beralasan mengharapkan Racing Point melupakan pengetahuan mereka dan mendesain lagi dari awal pada sebuah kertas kosong, karena desain tidak pernah berlangsung seperti itu, mereka selalu mengawali dengan pengetahuan yang dimiliki, jadi bagaimanapun mengharapkan mereka melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda akan sangat tidak beralasan,” tegas Kepala Masalah Teknik Kursi Tunggal FIA Nicholas Tombazis.