Keputusan manajeman Arsenal memecat 55 staf, seminggu setelah memenangi Piala FA, menimbulkan gejolak. Kemarahan pun muncul dari banyak pihak, termasuk para pemain klub itu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LONDON, JUMAT — Para pemain Arsenal marah ketika mendengar kabar pemecatan 55 staf oleh manajeman klub dengan alasan krisis keuangan akibat pandemi. Pemecatan itu dinilai tidak masuk akal karena sebelumnya gaji mereka sudah dipotong untuk melindungi para staf dari pemecatan.
Kepala Sepak Bola Arsenal Raul Sanllehi sebelumnya mengumumkan pemecatan 55 staf klub lewat surat resmi, Kamis (6/8/2020). Menurut dia, pemecatan para staf tersebut terpaksa dilakukan karena finansial klub terganggu akibat pandemi Covid-19.
Sementara itu, klub juga sedang menyiapkan uang banyak untuk mendukung sang Manajer Mikel Arteta di bursa transfer musim panas. Semua itu dilakukan gara-gara Arsenal yang hanya finis peringkat ke-8 musim ini. Dengan kehadiran pemain-pemain baru yang dibutuhkan, mereka diharapkan bisa kembali bersaing di papan atas musim depan.
Namun, keputusan mengejutkan dari pihak klub itu membuat para pemain meradang. Menurut jurnalis The Athletic, David Ornstein, para pemain sangat marah karena klub seperti menelan ludahnya sendiri.
Sebelumnya, para pemain rela dipotong gajinya sebesar 12,5 persen pada April 2020. Pemotongan itu semata-mata untuk melindung para staf dari pemecatan. Namun, yang terjadi saat ini, gaji mereka telah dipotong dan para staf tetap dipecat.
Skuad Arsenal pun ingin berbicara kepada Arteta secepatnya. Adapun Arteta merupakan sosok yang meyakini para pemain agar mau memotong gajinya. Nyaris semua pemain rela gajinya dipotong, kecuali Mesut Oezil.
Merusak nilai
Pemecatan ini membuat geram banyak pihak, termasuk legenda hidup Arsenal, Ian Wright. Dia melihat pemecatan ini merusak nilai-nilai klub yang selalu mengutamakan kebersamaan seluruh anggotanya.
”Ingat siapa Anda, apa Anda dan siapa yang Anda wakili!” tegas Wright di akun Twitter miliknya.
Apalagi, banyak dari staf yang dipecat sudah mengabdi lama bagi klub, misalnya pencari bakat senior, Francis Cagigao. Dia sudah bekerja di klub itu selama puluhan tahun, yaitu sejak era manajer sebelumnya, Arsene Wenger. Kontribusi Cagigao sangat besar bagi klub karena turut andil mendatangkan pemain seperti Cesc Fabregas, Hector Bellerin, dan Gabriel Martinelli.
Selain Cagigao, belasan pencari bakat klub juga diputus kontraknya. Situasi ini membuat Arsenal sangat minim pencari bakat berpengalaman. Hal ini pun menjadi pertanyaan bagaimana prospek ke depan klub untuk mencari bintang baru.
Ahli keuangan sepak bola, Kieran Maguire, menilai, keputusan Arsenal adalah kesalahan besar. Momentum keputusan itu sangat tidak tepat, yaitu hanya seminggu setelah klub merayakan kemenangan di Piala FA.
Juara Piala FA membuat Arsenal bisa mendapatkan potensi uang mencapai 40 juta poundsterling. Hal itu membuat manajemen klub mengurangi potongan gaji pemain, dari 12,5 persen menjadi 7,5 persen. Namun, perjuangan para pemain dan staf di Piala FA justru tidak membantu para staf terhindar dari pemecatan.
”Sungguh miris melihat cara mereka melakukan hal ini, juga waktunya. Memecat para pekerja yang berkontribusi menghadirkan Piala FA sangat tidak mencerminkan apa yang seharusnya mereka dapatkan,” ujar Maguire.
Pendukung klub menyesalkan sang pemilik yang tidak bisa berperan mendukung finansial untuk menggaji staf.
Kritik besar ditujukan terhadap pemilik mayoritas Arsenal, Stan Kroenke. Pendukung klub menyesalkan sang pemilik yang tidak bisa berperan mendukung finansial untuk menggaji staf. Padahal, gaji 55 staf itu diperkirakan hanya 2,5 juta pounsterling setahun.
Tentu uang tersebut termasuk kecil bagi biliuner seperti Kroenke. Namun, situasi krisis ini tidak membuatnya turun tangan. Berbeda dengan pemilik klub Chelsea, Roman Abramovich, misalnya yang rela mengeluarkan puluhan juta poundsterling dari dana pribadi untuk klubnya.
Hal diharamkan
Pemecatan merupakan hal yang diharamkan oleh Wenger. ”Si Profesor” dalam sebuah wawancara pernah mengatakan, dia bisa saja mengeluarkan 300 juta poundsterling untuk belanja pemain. Namun, dia tidak melakukan itu karena ada sekitar 600 pekerja klub yang perlu hidup dari uang tersebut. (AP/REUTERS)