Pola permainan khusus telah disiapkan Manajer Manchester City Pep Guardiola untuk menghadapi Real Madrid, Sabtu dini hari WIB. City butuh hasil imbang untuk melaju ke perempat final Liga Champions Eropa.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AFP/OSCAR DEL POZO
Gelandang Manchester City, Bernardo Silva (kiri), berduel menyambut bola dengan bek Real Madrid, Sergio Ramos, pada pertemuan pertama kedua tim di babak 16 besar Liga Champions Eropa, 26 Februari 2020. Pada laga di Stadion Santiago Bernabeu itu, City menang 2-1.
MANCHESTER, KAMIS — Manajer Manchester City Pep Guardiola menjadikan gelar Liga Champions Eropa sebagai upaya penebusannya dari kegagalan meraih trofi Liga Inggris dan Piala FA musim ini. Guardiola berencana menampilkan kembali hasil imajinasi liarnya saat menghadapi Real Madrid di pertemuan kedua babak 16 besar kompetisi itu, Sabtu (8/8/2020) pukul 02.00 WIB di Inggris.
Imajinasi liarnya itu berbuah kemenangan City, 2-1, pada pertemuan pertama di markas Real, Stadion Santiago Bernabeu, 26 Februari lalu. Saat itu, Guardiola memainkan taktik janggal pada trisula penyerangnya.
Gabriel Jesus, yang biasa berperan sebagai striker, dipasang di posisi sayap kiri untuk membuka ruang di sisi itu. Sebaliknya, pemain sayap Bernardo Silva justru dimainkan sebagai penyerang ”palsu” atau disebut false nine. Silva ditopang Kevin De Bruyne yang memiliki peran lebih luas untuk bergerak di lini depan maupun tengah pada laga itu.
Taktik unik itu terbukti ampuh memukul Real lewat serangan yang memanfaatkan sisi lebar lapangan. Awalnya, taktik itu sebatas eksperimen Guardiola untuk mengatasi masalah absennya striker Sergio Aguero dan kurang bugarnya penyerang sayap, Raheem Sterling. Namun, itu justru mendatangkan hikmah bagi Guardiola.
Taktik itu kemungkinan akan kembali diterapkan City pada laga dini hari nanti mengingat Aguero masih dalam pemulihan cedera lutut. Di sisi lain, Jesus dan Sterling tengah dalam performa terbaik. Keduanya adalah pencetak gol terbanyak City di Liga Champions musim ini, masing-masing mencetak lima gol. Sterling, yang mengemas 30 gol di berbagai kompetisi musim ini, juga terbiasa beroperasi sebagai pemain false nine.
Kemenangan di Spanyol itu membuat City hanya butuh imbang pada laga nanti untuk lolos ke perempat final. ”Tiada sosok seperti Guardiola yang mampu menolong kami melawan tim Spanyol. Dia sangat paham cara menerapkan permainan terbaik menghadapi Real,” tutur Silva kepada Marca.
REUTERS/SERGIO PEREZ
Manajer Manchester City Pep Guardiola menyemangati para pemainnya pada laga kontra Real Madrid di pertemuan pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, 26 Februari lalu.
Real, yang merupakan raja di Liga Champions dengan koleksi 13 trofi, merupakan lawan yang ideal bagi Guardiola untuk mengukuhkan predikatnya sebagai pelatih tersukses di abad ke-21. Sejak menangani Barcelona pada 2008, Guardiola telah meraih 29 trofi. Satu-satunya pelatih aktif yang melampaui capaian Guardiola, yaitu Zinedine Zidane. Pelatih Real Madrid itu memang baru mengemas 11 trofi, seluruhnya untuk Real.
Namun, dalam hal koleksi ”si kuping lebar”, julukan trofi Liga Champions, Zidane lebih hebat dari Guardiola. Zidane tiga kali meraih trofi paling bergengsi di Eropa itu. Istimewanya, itu diraihnya secara beruntun pada 2016 hingga 2018. Sementara Guardiola dua kali meraihnya, yaitu pada 2009 dan 2011, di Barca.
Tidak heran, media olahraga terkemuka Perancis, L’Equipe, menyebut Zidane sebagai pelatih terbaik musim 2019-2020. Musim ini, Zidane memberikan trofi Liga Spanyol ke Real. Tak hanya itu, Real tampil menakjubkan, yaitu tidak terkalahkan di 11 laga terakhir di era pandemi Covid-19. Sepuluh laga bahkan mereka menangi beruntun.
Maka itu, duel ini tidak hanya memperebutkan tiket ke perempat final Liga Champions, tetapi juga ajang pembuktian kedua pelatih tersukses di dunia saat ini. Guardiola berkata, timnya tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun pada laga di Stadion Etihad nanti.
”Di dalam tim ini, tidak ada yang lebih mengenal Real Madrid dibandingkan saya. Real sangat dominan di Liga Champions. Maka itu, kami harus benar-benar menjaga fokus sepanjang laga agar tidak melakukan kesalahan yang dapat menghukum langkah kami,” kata Guardiola dilansir AS.
AFP/GABRIEL BOUYS
Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane mengangkat trofi juara Liga Spanyol, pertengahan Juli lalu.
Musim ini, City tampil dominan setiap kali berlaga di kandangnya. Hanya Wolverhampton Wanderers dan Manchester United yang mampu membawa pulang poin penuh dari Stadion Etihad. Sementara di Liga Champions, City hanya gagal meraih poin penuh di kandang ketika menghadapi duta Ukraina, Shakhtar Donetsk, pada 27 November 2019.
Kondisi pincang
Sementara itu, Real datang ke Inggris dalam kondisi pincang. ”Los Blancos” tidak akan diperkuat bek tengah sekaligus kapten tim, Sergio Ramos. Ia diganjar kartu merah pada laga pertama. Padahal, di Liga Spanyol musim ini, Ramos bukan sekadar palang pintu penting, melainkan juga sumber gol dan algojo utama penalti Real. Ramos mencatatkan 11 gol di liga. Jumlah golnya itu hanya kalah dari Karim Benzema yang mencetak 21 gol di Liga Spanyol.
Kiprah gemilang Ramos di Liga Spanyol terlihat pula di Liga Champions. Bermain dalam lima laga, Ramos telah menciptakan dua gol. Perolehan golnya itu hanya kalah dari Benzema dan Rodrygo yang telah empat kali mencatatkan namanya di papan skor.
Menariknya, Zidane dikabarkan tetap membawa Ramos ke Inggris meskipun ia tidak bisa bermain. Kehadiran Ramos kemungkinan diperlukan untuk menjadi penyemangat tim di kamar ganti. Sebaliknya, Zidane justru tidak membawa Gareth Bale dan James Rodriguez.
AFP/ MIGUEL RIOPA
Penyerang Real Madrid, Gareth Bale. Penyerang asal Wales itu tidak dibawa pelatihnya, Zinedine Zidane, pada laga pertemuan kedua kontra Manchester City di babak 16 besar Liga Champions, Sabtu (8/8/2020) dini hari WIB nanti.
Bek Real, Raphael Varane, menilai, ketiadaan Ramos bisa merugikan tim karena ia adalah sosok pemimpin, di dalam maupun luar lapangan. Meski begitu, menurut Varane, timnya terbiasa menghadapi laga ketat dan penuh tekanan di Liga Champions.
Kami optimistis bisa membalikkan kekalahan di Manchester karena telah memiliki banyak pengalaman berlaga di pertandingan besar. Tujuan kami adalah menang. Itu DNA Real Madrid. (Raphael Varane)
”Kami optimistis bisa membalikkan kekalahan di Manchester karena telah memiliki banyak pengalaman berlaga di pertandingan besar. Tujuan kami adalah menang. Itu DNA Real Madrid,” ujar Varane dikutip UEFA.com.
Varane tidaklah berlebihan. Kemenangan, bahkan juara, seolah telah mendarah-daging di Real. Selama diasuh Zidane, Real belum pernah gagal melaju ke final Liga Champions dan menjadi juara. Empat musim lalu, misalnya, Real kalah dari Wolfsburg, 0-2, pada duel pertama di babak perempat final. Pada duel balasan, Real gantian mencukur Wolfsburg 3-0 dan jadi juara.
Selain itu, pada laga nanti, Real akan sedikit diuntungkan karena City bermain tanpa kehadiran pendukung di dalam stadion. Tetapi, gelandang Real, Casemiro, menganggap ketiadaan penonton tidak akan banyak memengaruhi psikologis tim di pertandingan.
”Pemain mereka tetap sama, pelatih pun juga tidak berbeda. Kami memahami bahwa kami akan menjalani laga yang sulit seperti di pertandingan pertama karena City adalah tim kuat,” kata Casemiro. (AFP/SAN)