Lakers berpotensi menghadapi kuda hitam Blazers pada babak pertama play off. Duel itu bisa merepotkan bagi Lakers yang belum menemukan ritme terbaik selama di Orlando.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
ORLANDO, KAMIS — Posisi unggulan pertama Wilayah Barat yang sukses dikunci Los Angeles Lakers justru bisa menjadi perangkap bagi mereka. Alih-alih bertemu tim terlemah di babak play off, Lakers justru berpotensi besar melawan kuda hitam yang sedang mendapat angin kedua, seperti Portland Trail Blazers.
Di play off, unggulan pertama wilayah akan bertemu unggulan ke-8. Di atas kertas, unggulan teratas akan melewati hadangan itu dengan mudah. Namun, situasi menguntungkan itu agaknya akan berbeda musim ini bagi Lakers.
Kekhawatiran itu disampaikan oleh Pelatih Lakers Frank Vogel ketika timnya memastikan diri sebagai unggulan teratas. Menurut dia, calon lawan di babak pertama akan lebih sulit musim ini.
”Saya tidak percaya lawan kami pada peringkat ke-8 akan mudah seperti biasa. Banyak tim baik yang sedang memperebutkan posisi itu, tim yang bisa meledak kapan pun,” katanya pada Kamis (6/8/2020).
Saat ini, peringkat ke-8 masih menjadi rebutan setidaknya lima tim. Dari semua tim, Blazers berpotensi besar memenangkan posisi itu. Hal itu disebabkan performa skuad asuhan Terry Stotts yang seperti mendapat angin kedua selama di Orlando. Mereka bisa dibilang sebagai salah satu tim terbaik sejauh ini.
Blazers menampilkan performa puncak karena bisa menurunkan skuad terbaiknya di Orlando. Dua pemain besar, Zach Collins dan Jusuf Nurkic, melengkapi tim setelah nyaris semusim dilanda cedera.
Kehadiran Collins dan Nurkic membuat permainan Blazers lebih seimbang ketika pertarungan berlangsung di dekat keranjang. Keduanya bisa melengkapi kontribusi duet guard terbaik di NBA saat ini, CJ McCollum dan Damian Lillard, yang semakin konsisten.
Faktor ”x” Blazers terdapat di pemain veteran, Carmelo Anthony. Forward berusia 36 tahun itu seperti lahir kembali ketika liga dilanjutkan. Hasil kerja kerasnya selama liga terhenti, membawanya lebih efisien dalam bertahan dan menyerang. Sumbangan rata-rata 16,3 poin membawa Blazers meraih 66 persen kemenangan di Orlando.
Oleh karena itu, posisi Blazers saat ini, ke-9, seolah tidak mencerminkan kekuatan mereka sebenarnya. Jika skuad mereka lengkap sejak awal musim, Lillard dan rekan-rekan bisa saja berada di posisi empat besar. Buktinya, kekuatan lengkap Blazers baru saja menaklukkan tim papan atas Houston Rockets, Rabu kemarin.
”Kami tentu tidak menakuti siapa pun, tetapi jika bisa memilih lawan di babak pertama, kami akan menjauhi Blazers. Mereka punya pengalaman dan pemain berkualitas. Mereka adalah ancaman terbesar dibanding tim lain (Memphis Grizzlies dan New Orleans Pelicans),” jelas guard Lakers, Dany Green, kepada Essentially Sports.
Adapun Blazers masih memiliki tugas di lima pertandingan tersisa. Mereka harus menggeser posisi ke-8, Grizzlies, yang menelan empat kali kekalahan beruntun selama kelanjutan musim. Lillard dan rekan-rekan hanya butuh satu kemenangan untuk memasuki zona play off.
Blazers memang menjadi ancaman besar bagi Lakers. Akan tetapi, Lakers bersama duet megabintang LeBron James dan Anthony Davis tentunya tetap lebih diunggulkan. Selama berada di performa terbaik, Lakers bisa terus melaju mengejar target juara musim ini.
Meski begitu, Lakers seperti belum menemukan ritme di Orlando. Dalam empat laga, mereka takluk dua kali, dari Toronto Raptors dan Oklahoma City Thunder. Tiap menang sekali, mereka kalah di laga selanjutnya.
Dari kekalahan itu, sangat terlihat ketergantungan terhadap Davis sebagai mesin pencetak angka. Masalahnya, penampilan sang power forward sangat inkonsisten. Dia bisa mencetak 42 poin saat membawa timnya menang atas Utah Jazz. Lalu, dua hari berselang, dia hanya menyumbang 9 poin ketika Lakers kalah dari Thunder, pada Kamis.
Ketergantungan ini buruk. Statistik memperlihatkan, Lakers tidak pernah menang saat Davis hanya mencetak kurang dari 15 poin. Dalam dua kemenangan terbaru Lakers, Davis menghasilkan 34 poin (Clippers) dan 42 poin (Jazz).
James sesuai dengan peran barunya, sebagai point guard, tidak terlalu berkontribusi dalam memasukkan bola. Di Orlando, ”Sang Raja” hanya mencatatkan rata-rata 19,25 poin. Catatan itu bahkan di bawah rata-ratanya musim ini, 25,3 poin.
Sementara itu, pemain lain tidak mampu menunjukkan kualitasnya ketika duet megabintang ini di bawah performa. Akumulasi semua itu membuat Lakers menjadi satu-satunya tim yang mencetak rata-rata di bawah 100 poin selama kelanjutan musim.
James berkata, timnya hanya butuh waktu untuk bisa menemukan ritme terbaik. Jeda kompetisi selama empat bulan masih berdampak terhadap kondisi tim. Dia meyakini, skuadnya akan menggapai kondisi puncak saat play off. (AP)