Bom Waktu Konflik Antonio Conte dan Inter Milan Pecah
Perang dingin antara Antonio Conte dan manajemen Inter Milan memuncak dan meledak setelah pekan terakhir Serie A Liga Italia musim ini. Akibatnya, hubungan kerja antara Conte dan Inter diprediksi tak akan lama lagi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
MILAN, SENIN — Ketidakharmonisan hubungan antara Pelatih Inter Milan Antonio Conte dan manajemen klub berjuluk ”Si Ular Besar” itu akhirnya mencapai puncak. Masalah berlarut di antara kedua pihak meledak setelah Inter Milan mengalahkan Atalanta, 2-0, dalam laga tandang pekan ke-38 atau pekan terakhir Serie A Liga Italia musim ini, Minggu (2/8/2020). Konflik yang salah satunya dipicu oleh ketidakselarasan kebijakan transfer itu pun memicu spekulasi Conte akan segera dipecat dan digantikan oleh Massimiliano Allegri atau Mauricio Pochettino.
Inter Milan sejatinya menyelesaikan musim ini cukup apik. Setelah mengalahkan Atalanta, 2-0, Romelu Lukaku dan kawan-kawan memantapkan posisi di peringkat kedua klasemen akhir dengan 82 poin dari 38 laga. Mereka hanya terpaut satu poin dari Juventus yang menjadi juara dengan 83 poin dari 38 laga. Hasil itu pun jauh lebih baik ketimbang musim lalu, yakni berada di posisi keempat dengan 69 poin dari 38 laga.
Namun, hasil itu tak cukup untuk meredam Conte mengeluarkan semua kekesalannya. Menurut mantan pelatih Juventus dan Chelsea itu, timnya sudah tampil luar biasa sepanjang musim ini. Selain duduk di peringkat kedua musim ini, mereka mampu menembus babak semifinal Piala Italia sebelum kalah agregat 1-2 dari Napoli. Mereka pun masih bertahan di babak 16 besar Liga Europa dan akan menghadapi klub asal Spanyol, Getafe, di Jerman, Kamis (6/8/2020).
Akan tetapi, lanjut Conte, manajemen tim tak cukup bijaksana merespons rentetan hasil positif yang sudah diraih tersebut. Bahkan, manajemen tim dinilai tidak menghargai usaha tersebut. ”Tim sudah melakukan semuanya dengan sangat baik. Namun, faktanya, mereka tetap dikritik. Kami semua tidak mendapatkan perlindungan yang layak dari manajemen,” ujar Conte dikutip Football-Italia seusai laga Inter melawan Atalanta.
Perlindungan yang dimaksud Conte boleh jadi upaya klub melindungi pemain ketika mendapatkan kritik dari media. Dikutip dari Sempre Inter, Minggu, Conte kecewa dengan reaksi manajemen klub ketika gelandang Marcelo Brozovic membuat masalah di salah satu rumah sakit di Milan.
Saat itu, manajemen klub menjatuhkan hukuman denda 100.000 euro kepada Brozovic yang melakukan akumulasi kesalahan di rumah sakit dan sebelumnya ditangkap polisi karena mengemudi dalam keadaan mabuk. Namun, kabar itu justru menyebar ke publik sehingga turut memengaruhi situasi ruang ganti klub.
Tidak pernah berubah
Bagi Conte, masalah yang terjadi di tubuh Inter Milan adalah parasit yang sudah menahun. Bahkan, ia menilai situasi saat ini telah terjadi setidaknya sejak era Luciano Spalletti menukangi klub berjersei biru-hitam itu pada 2017. ”Saya melihat reaksi Spalletti ketika masih melatih Inter dalam wawancara pada 2017. Sekarang, tahun 2020, kami masih merasakan hal yang sama,” kata pelatih kelahiran Lecce, Italia, 31 Juli 1969, itu.
Hal itu pula yang membuat Conte membandingkan kondisi Inter Milan dan klub lamanya, Juventus. Kesenjangan antara Inter Milan dan Juventus masih terlalu lebar, antara lain, karena faktor situasi yang ada di dalam maupun di luar lapangan.
”(Walau musim ini hanya berselisih satu poin), masih ada celah besar antara tim ini dan Juventus. Juventus bisa merayakan scudetto (juara Serie A) sembilan kali berturut-turut karena mereka lebih kuat. Mereka memiliki infrastruktur yang baik di dalam dan di luar lapangan,” tutur pelatih berusia 51 tahun itu.
Ketidakharmonisan antara Conte dan manajemen klub juga tampak dalam strategi transfer klub, terutama antara keinginan Conte dan CEO Inter Milan Giuseppe Marotta. Pada bursa transfer musim dingin Januari lalu, terjadi perselisihan ketika Conte yang mendambakan gelandang Arturo Vidal asal Barcelona, tetapi manajemen justru mendatangkan gelandang Christian Eriksen asal Tottenham Hotspur.
Tak pelak, Conte lebih banyak mencadangkan Eriksen sepanjang paruh kedua musim ini karena pemain asal Denmark itu tidak sesuai taktik atau kebutuhannya. Bahkan, kepada DAZN, Conte sempat mengkritik rencana Inter Milan mendatangkan Lionel Messi dari Barcelona untuk musim depan. ”Hanya saya yang tahu apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan Lukaku. Hanya saya yang tahu,” ujarnya mengisyaratkan perjuangannya melawan manajemen klub agar bisa mendapatkan penyerang asal Belgia itu.
Isu pemecatan
Keadaan negatif itu pun mencuatkan isu Conte akan segera didepak dari Inter Milan dan digantikan mantan pelatih Juventus Allegri atau mantan pelatih Tottenham Hotspur Pochettino. Namun, spekulasi itu juga belum tentu terwujud mengingat kontrak Conte di Inter Milan masih berlaku hingga 2022.
Apalagi, memecat Conte justru akan membuat Inter Milan rugi 150 juta euro atau sekitar Rp 2,5 triliun untuk membayar pesangon pelatih bertinggi 178 sentimeter tersebut. Untuk itu, belum ada pernyataan resmi dari manajemen terkait konflik tersebut dan kemungkinan pemecatan Conte.
Sejauh ini, manajemen klub yang diwakili Marotta justru cukup puas dengan kinerja Conte dan para pemain. Atas dasar itu, boleh jadi konflik saat ini sengaja disulut oleh Conte agar mendapatkan pengaruh lebih besar di klub yang bermarkas di Stadion Giuseppe Meazza tersebut.
”Kami harus melanjutkan perjalanan ini. Kami harus terus meningkatkan level permainan dan memberikan kepuasan bagi para penggemar. Kami memiliki skuad yang telah menunjukkan banyak hal dan membuktikan bahwa mereka mampu menjalankan tugasnya, Anda bisa melihat pekerjaan yang telah Conte lakukan sejauh ini,” katanya dikutip laman resmi Inter Milan seusai laga menghadapi Atalanta.
Dalam akun Instagram, Presiden Inter Milan Steven Zhang juga bereaksi positif dengan hasil klubnya di musim ini. ”Kerja bagus untuk semua orang,” kata putra pendiri Sunning Grup Zhang Jindong itu seusai laga Inter melawan Atalanta, dikutip oleh Corriere dello Sport. (AFP)