Arsenal berhasil menjuarai Piala FA musim ini berkat jasa penyerang Pierre-Emerick Aubameyang. Tugas besar Arsenal saat ini adalah mempertahankan pemain asal Gabon itu.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Striker Arsenal Pierre-Emerick Aubameyang menjadi pahlawan timnya saat mengalahkan Chelsea, 2-1, pada laga final Piala FA di Stadion Wembley, London, Minggu (2/8/2020) dini hari WIB. Arsenal semakin menyadari, Aubameyang adalah ”trofi” berikut yang harus mereka pertahankan dengan kekuatan penuh.
Status kontrak penyerang asal Gabon itulah yang membuatnya sangat berharga bagaikan trofi turnamen bergengsi yang akan diperebutkan klub-klub besar. Hingga kini Aubameyang belum mau menandatangani kontrak baru dengan tim ”Meriam London”, meski kontraknya akan berakhir pada 30 Juni 2021.
Posisi Arsenal sangat sulit karena mereka sudah sampai pada tahap memutuskan untuk menjual secepat mungkin, atau menanggung rugi pada kemudian hari. Jika menjual pada saat kontrak si pemain sudah habis, klub tidak akan mendapat keuntungan dari dana kompensasi yang dibayarkan klub pembeli.
Kerugian besar akan dialami Arsenal bila hal itu terjadi pada Aubameyang, yang musim ini duduk di peringkat kedua daftar pencetak gol terbanyak Liga Inggris. Bersama dengan Danny Ings (Southampton), Aubameyang mengemas 22 gol. Namun, posisi Arsenal mentok di peringkat ke-8 klasemen akhir.
Jasa Aubameyang baru bisa berbuah trofi di Piala FA saat ia mencetak dua gol ke gawang Chelsea. Ia mencetak gol pertama melalui tendangan penalti dan pada babak kedua ia memperlihatkan kemampuan striker kelas dunia.
Momen itu terjadi pada menit ke-67, ketika Aubameyang mendapat umpan dari Nicolas Pepe, mengecoh bek Chelsea, Kourt Zouma, lalu mencungkil bola untuk mencetak gol kedua.
”Kita telah melihat betapa pentingnya Arsenal mempertahankan Aubameyang. Ini sungguh penyelesaian yang indah,” ujar mantan gelandang tim nasional Inggris dan Tottenham Hotspur, Danny Murphy, seperti dikutip BBC.
Dua gol Aubameyang membuat Arsenal semakin kokoh sebagai tim yang paling sering juara Piala FA, yaitu 14 kali. Ia juga menjadi pemain kedua Arsenal yang mencetak dua gol pada laga final Piala FA setelah Reg Lewis pada tahun 1950.
Hal yang lebih penting lagi, Aubameyang berhasil menyelamatkan wajah Arsenal musim ini. Mereka nyaris kehilangan kesempatan tampil di kompetisi Eropa untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir jika mengacu pada posisi di Liga Inggris. Dengan trofi Piala FA, Arsenal berhak tampil di Liga Europa musim depan.
Aubameyang membuka peluang Arsenal menambah pendapatan klub dengan tampil di kompetisi Eropa. Tambahan itu bisa dipakai untuk membayar gaji pemain bintang seperti Aubameyang, atau membeli pemain baru.
Namun, Aubameyang masih menghindari topik mengenai masa depannya. ”Tidak ada (komentar tentang kontraknya). Hari ini fokus kami ke trofi FA,” katanya.
Fondasi tim
Bagi Manajer Arsenal Mikel Arteta, sukses di Piala FA bisa menjadi awal dari kebangkitan tim yang dirancang sejak ia kembali ke Stadion Emirates sebagai manajer pada Desember 2019. Aubameyang adalah pemain kunci yang menjadi fondasi tim sehingga perlu dipertahankan. Arteta pun yakin Aubameyang bakal bertahan.
”Dia (Aubameyang) tahu apa yang saya pikirkan, saya ingin membangun skuad yang berpusat pada dirinya,” kata Arteta. Kesuksesan di ajang Piala FA diharapkan Arteta bisa menjadi ”umpan” untuk menahan Aubameyang.
Trofi tersebut menjadi patokan bahwa Arsenal sudah berada di jalur yang tepat. Arsenal di tangan Arteta masih berjuang untuk menemukan konsistensi. Namun, dengan menjuarai Piala FA dan tampil di Liga Europa, Arteta punya banyak kesempatan untuk mematangkan skuadnya.
”Dia (Aubameyang) butuh banyak pengalaman dengan trofi. Kami bisa membuatnya terbiasa (mengangkat trofi),” gurau Arteta menanggapi momen ketika Aubameyang menjatuhkan trofi Piala FA saat seremoni. Sebagai kapten tim, Aubameyang berkesempatan mengambil trofi dan membawanya ke rekan-rekan lainnya. Namun, trofi itu kemudian terlepas dari tangannya.
Cepat puas
Bagi Chelsea, bukan hanya trofi yang lepas dari tangan mereka, melainkan juga kestabilan tim. Manajer Chelsea pun mengakui bahwa kegagalan itu terjadi karena timnya cepat puas.
Chelsea langsung unggul ketika laga baru berjalan lima menit berkat gol Christian Pulisic. ”Kami tampil bagus pada 10 hingga 15 menit pertama. Setelah itu kami hanya bisa menyalahkan diri sendiri,” ujarnya.
Kestabilan tim terganggu karena Pulisic dan Cesar Azplicueta tidak bisa melanjutkan laga karena cedera. Lampard memastikan kedua pemain itu tidak bisa tampil saat Chelsea menjalani laga kedua babak 16 besar Liga Champions melawan Bayern Muenchen pada pekan depan. (AFP/REUTERS)