Seiko Golden Grand Prix 2020 Uji Stadion Olimpiade Tokyo
Untuk mengisi kegiatan di Stadion Nasional Jepang yang kosong akibat penundaan Olimpiade Tokyo selama setahun, Asosiasi Federasi Atletik Jepang menggelar kejuaraan atletik tahunan Seiko Golden Grand Prix 2020.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TOKYO, MINGGU — Pandemi Covid-19 telah menunda Olimpiade Tokyo 2020 dari 24 Juli-9 Agustus 2020 menjadi 23 Juli-8 Agustus 2021. Untuk mengisi kegiatan di Stadion Nasional Jepang yang akan menjadi arena pertandingan, tempat pembukaan, dan penutupan pesta olahraga internasional empat tahunan itu, Asosiasi Federasi Atletik Jepang menggelar kejuaraan atletik tahunan Seiko Golden Grand Prix 2020 di sana pada 23 Agustus.
”Di Stadion Nasional Jepang yang megah ini, atlet atletik elite Jepang dan atlet sekolah menengah yang bertujuan untuk Olimpiade masa depan akan bersaing bersama. Kami berharap mereka memberikan energi dan pesona atletik sepenuhnya,” ujar Ketua Asosiasi Federasi Atletik Jepang (JAAF) Hiroshi Yokokawa dikutip Japan Top News, tiga pekan lalu.
Dikutip dari Inside The Games, Minggu (2/8/2020), semula, Seiko Golden Grand Prix dijadwalkan pada 10 Mei. Namun, karena ada wabah Covid-19, panitia pun menunda kejuaraan yang pertama kali digelar pada 2011 itu ke 23 Agustus. Gelaran tersebut untuk memeriahkan kegiatan di Stadion Nasional Jepang yang batal melaksanakan Olimpiade Tokyo tahun ini.
Kejuaraan itu akan menyajikan sembilan nomor perlombaan untuk putra, yakni lari 100 meter, 200 meter, 400 meter, 800 meter, 1.500 meter, lari gawang 110 meter, lari gawang 400 meter, lompat jauh, dan lempar lembing. Sembilan nomor pula untuk putri, yakni lari 100 meter, 400 meter, 800 meter, 1.500 meter, lari halang rintang 3.000 meter, lari gawang 100 meter, lari gawang 400 meter, lompat jauh, dan lempar lembing.
Lima pelari jarak pendek terbaik Jepang telah mengonfirmasi akan berpartisipasi dalam ajang kali ini. Mereka adalah peraih emas Kejuaraan Asia 2019 di Doha, Qatar, Yoshihide Kiryu. Pelari berusia 24 tahun itu adalah pelari pertama Jepang yang menembus waktu di bawah 10 detik, yakni 9,98 detik pada 9 September 2017.
Saat ini, dengan rekor terbaik 9,98 detik, Kiryu adalah pelari 100 meter tercepat kedua di Jepang. Lalu, ada peraih emas 200 meter Asian Games 2018 Jakarta-Palembang Yuki Koike. Pelari berusia 25 tahun itu merupakan pelari 100 meter tercepat ketiga di Jepang, yakni dengan waktu 9,98 detik yang dicetak pada 20 Juli 2019.
Mereka berdua menyusul Ryota Yamagata, Shuhei Tada, dan Asuka Cambridge yang sudah mengonfirmasi kehadirannya lebih dahulu. Yamagata memiliki rekor waktu 100 meter terbaik secara pribadi 10,00 detik atau tercepat keempat di Jepang, Tada memiliki rekor terbaik pribadi 10,07 detik atau tercepat ketujuh, dan Cambridge memiliki rekor terbaik pribadi 10,08 detik atau tercepat kedelapan.
Bersama Kiryu, Yamagata, Tada, dan Cambridge merupakan anggota tim estafet 4x100 meter Jepang yang meraih emas Asian Games 2018. Sementara itu, pelari tercepat Jepang dengan waktu 9,97 detik yang dicetak 7 Juni 2019, Abdul Hakim Sani Brown tidak akan ikut serta karena pelari berusia 21 tahun itu bermukim di Florida, Amerika Serikat.
Hanya atlet lokal
Saat ini, ada pembatasan perjalanan di Jepang karena ada pandemi Covid-19. Akibatnya, kejuaraan level internasional itu hanya diikuti oleh para pelari yang bermukim di Jepang, termasuk beberapa atlet Kenya dan Etiopia yang tergabung dalam klub profesional Jepang dan tinggal di Negara Matahari Terbit tersebut.
”Mengingat pembatasan perjalanan yang berlaku, kejuaraan ini akan menjadi kompetisi tingkat nasional. Akan tetapi, atlet-atlet Kenya dan Etiopia yang membela klub-klub profesional Jepang tetap dipersilakan untuk mengambil bagian,” mengutip keterangan dari Atletik Dunia, Jumat (31/7/2020).
Dari laman resmi JAAF, Jumat (31/7), pada 22 Agustus atau sehari sebelum acara utama, panitia sudah menggelar perlombaan, tetapi untuk atlet pelajar dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pada 23 Agustus, panitia memberikan kesempatan kepada para atlet pelajar sekolah menengah terbaik untuk bersaing dengan para atlet top Jepang.
Program itu diberi judul ”Dream Line”. Tujuannya untuk mengisi kekosongan kegiatan atlet pelajar yang kehilangan waktu berlatih ataupun kesempatan ikut kejuaraan musim panas yang dibatalkan karena wabah Covid-19, antara lain Pekan Olahraga Interscholastic.
Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, panitia acara akan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, antara lain menggelar kejuaraan tanpa penonton. Bahkan, kejuaraan bisa dihentikan sewaktu-waktu kalau pandemi yang terjadi semakin meningkat menjelang acara ataupun ada orang yang terjangkit dalam kegiatan.
Seiko Golden Grand Prix 2020 akan mengobati kekecewaan karena Stadion Nasional Jepang batal menjadi tuan rumah pertandingan cabang atletik, sepak bola, pesta pembukaan, dan penutupan Olimpiade Tokyo yang seharusnya berlangsung saat ini. Bahkan, kejuaraan Seiko Golden Grand Prix 2020 menjadi kegiatan atletik pertama yang digelar di stadion itu setelah selesai direnovasi akhir tahun lalu.
Seiko Golden Grand Prix 2020 menjadi kegiatan ketiga setelah laga sepak bola Final Piala Emperor 2019 pada November 2019 dan laga rugbi Final Kejuaraan Nasional Antar-Universitas 2020 pada Januari ini. Kejuaraan itu dianggap mengembalikan gairah ke dalam stadion yang dibangun untuk menggelar Asian Games 1958. Adapun Stadion Nasional Jepang telah menjadi salah satu stadion mewah dengan biaya renovasi mencapai 1,43 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19 triliun.