Bersama Liverpool musim ini, Juergen Klopp menjelma rival tersulit Manajer Manchester City Pep Guardiola. Maka itu, Guardiola bertekad melakukan pembenahan di timnya guna mengatasi momoknya itu pada musim depan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SABTU - Manajer Manchester City Josep "Pep" Guardiola menyadari bahwa rival terbesar selama kariernya adalah Juergen Klopp bersama Liverpool. Rivalitas itu melampaui manajer-manajer lainnya seperti Jose Mourinho dan Antonio Conte. Realitas itu menjadi ”cermin” besar Guardiola menuju musim depan.
Gelar juara Liga Inggris yang diraih Liverpool musim ini seolah jadi tamparan besar Guardiola. Klopp dan Liverpool meraih gelar juara dengan meninggalkan City hingga 18 poin. Jarak poin itu merupakan salah satu yang terbesar dalam karier Guardiola saat tim yang diasuhnya gagal juara. Dari 11 musim kariernya, hanya tiga kali ia gagal juara, yaitu dua kali di City dan sekali di Barcelona.
”Saingan terberat yang pernah saya hadapi dalam karier adalah tim Liverpool (bersama Klopp). Jika dibiarkan terus dominan, mereka akan mengurung Anda dan mengambil semua hal yang ada,” ujar Guardiola kepada DAZN Spanyol, Sabtu (1/8/2020).
Kapasitas Klopp bersama ”Si Merah” saat ini dinilainya melebihi manajer mana pun yang pernah dihadapinya, termasuk Jose Mourinho di Real Madrid. Padahal, Mourinho juga sempat mengalahkan Guardiola saat perebutan juara Liga Spanyol musim 2011-2012. Ketika itu, Madrid sangatlah kuat bersama Cristiano Ronaldo yang sedang dalam usia emas.
Menurut Guardiola, Liverpool bersama Klopp telah berevolusi. Mereka punya strategi yang baik dalam menyerang maupun bertahan. Selain faktor taktik, para pemainnya pun punya mentalitas juara. Versi Klopp saat ini bahkan diyakini jauh lebih baik dari saat menangani Borussia Dortmund.
Jika Anda bertanya ke saya tim mana yang lebih sulit, itu Liverpool. Ketika saya tiba di Inggris, Liverpool lebih kecil daripada sekarang. Sekarang, Liverpool adalah yang tersulit di dalam karier saya.(Pep Guardiola)
Klopp dan Guardiola pernah bersaing pula di Liga Jerman. Klopp ”mencuri” dua trofi Piala Super Jerman dari Guardiola dan timnya, Bayern Muenchen, pada 2013 dan 2014.
”Jika Anda bertanya ke saya tim mana yang lebih sulit, itu Liverpool. Ketika saya tiba di Inggris, Liverpool lebih kecil daripada sekarang dan Madrid jauh lebih kuat. Sekarang, Liverpool adalah yang tersulit di dalam karier (saya) sebagai pelatih," ujar Guardiola.
Realitas itu pun menjadi cermin bagi Guardiola untuk menatap musim depan. Ternyata, ada manajer lain yang mampu mengunggulinya dari segi taktik maupun manajemen tim. ”Mereka (Liverpool) adalah rival sebenarnya. Saya harus memikirkan bagaimana mengalahkan mereka,” pungkasnya.
Transfer pemain
Guardiola pun langsung bergerak cepat membenahi timnya di jendela transfer musim panas. Dia melihat ada lubang di lini pertahanan yang harus dibenahinya. City mengincar bek baru untuk menggantikan Nicolas Otamendi yang sudah ”habis” dimakan usia.
Tim berjuluk ”The Citizens” itu dikabarkan telah mendapatkan tanda tangan Nathan Ake, bek tengah Bournemouth. Bek berbakat berusia 25 tahun itu hampir pasti pindah karena Bournemouth terdegradasi ke Divisi Championship.
Lini pertahanan memang menjadi permasalahan terbesar City musim ini. Mereka banyak membuang poin begitu saja karena kesalahan fatal di lini belakang tim. Sepanjang musim ini, gawang City kemasukan 35 gol. Jumlah itu merupakan yang terbanyak sejak kedatangan Guardiola pada 2016 silam. Dua musim terakhir ini, City rata-rata hanya kebobolan 25 gol per musim.
Buruknya lini pertahanan itu berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah kekalahan mereka. Musim ini, City kalah sembilan kali. Jumlah itu bahkan lebih besar dari kombinasi dua musim sebelumnya, di mana mereka total hanya kalah enam kali.
Rapuhnya barisan belakang itu begitu terlihat saat laga tandang. Total tujuh dari sembilan kekalahan CIty terjadi saat jauh dari rumahnya. Tim-tim Liga Inggris seperti sudah memahami pertahanan City bisa dieksploitasi menggunakan strategi serangan balik.
Oleh karena itu, Guardiola membutuhkan bek yang punya teknik dan kecepatan tinggi serta bertubuh kokoh. Paket lengkap itu bisa didapatkan dalam Jose Gimenez (Atletico Madrid) dan Kalidou Koulibaly (Napoli). Namun, City harus bersaing dengan tim-tim lainnya, seperti Chelsea dan Manchester United, untuk mendapatkan dua bek idaman mereka itu.
Menurut pengamat dari Sky Sports Charlie Nicholas, City tertinggal jauh dari Liverpool dalam hal kinerja pertahanan. “Masalah mereka (City) masih sama. Mereka menghabiskan banyak uang untuk pemain bertahan, tetapi belum bisa mengimbangi Liverpool. Mereka masih kalah kualitas dalam bek sayap maupun bek tengah," ucapnya.
Eksodus pemain
Di sisi lain, tim-tim yang terdegradasi dari Liga Inggris dihadapi dengan potensi eksodus para pemainnya. Degradasi membuat mereka tidak punya pilihan selain menjual para pemain bintangnya. Jika tidak, mereka akan kesulitan finansial untuk membayar gaji pemain dengan standar cukup tinggi tersebut.
Bagi tim besar, hal tersebut akan menjadi berkah. Mereka tidak perlu merogoh kocek terlalu besar untuk memboyong pemain potensial dari klub-klub tersebut. Pemain yang paling berpotensi pindah adalah penyerang sayap asal Watford, Ismaila Sarr. Menurut Daily Mail, tanda tangan pemain berusia 22 tahun Senegal itu diburu oleh tim-tim besar, seperti Manchester United dan Liverpool.
Mantan pemain MU, Gary Neville, menilai Sarr adalah calon bintang. Dia akan sangat cocok di MU yang sedang membutuhkan pelapis di posisi sayap kanan. Sarr tampil cukup apik musim ini dengan raihan lima gol dan enam asis.
“Watford pasti menjualnya jika mendapat tawaran yang tepat. Dia menawarkan kecepatan. Dia bisa berlari dengan sangat baik di tengah penjagaan bek-bek lawan. Menurut saya, dia salah satu pemain yang paling sulit dijaga,” tutur Neville dalam siniar pribadinya. (AP/REUTERS)