Pertandingan Liga Italia antara Juventus dan AS Roma jadi panggung pemain muda dan ajang pemanasan kedua tim. AS Roma akan menghadapi Sevilla di Piala Europa, sedangkan Juventus menghadapi Lyon di Liga Champions.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TURIN, MINGGU – Gelar juara Serie A Liga Italia Juventus, yang bisa dirayakan dengan sempurna di kandang sendiri, Stadion Allianz, Turin, Italia dalam pekan ke-38 atau pekan terakhir kompetisi musim ini, tercoreng. Pada laga pekan terakhir, Minggu (2/8/2020) dini hari, ”Si Nyonya Besar” justru takluk 1-3 dari tamunya, AS Roma.
Dalam laga itu, kedua tim sama-sama memberikan kesempatan kepada pemain mudanya untuk melakoni laga sejak awal laga atau starter. Juventus menurunkan tiga pemain U-23 untuk menjadi starter, yakni penyerang Luca Zanimacchia, gelandang Simone Muratore, dan bek Gianluca Frabotta. Sementara itu, Serigala Roma memberi kesempatan penjaga gawang Daniel Fuzato dan bek Riccardo Calafiori menjalani debutnya.
Karena tidak menentukan apa pun, kedua tim bermain tanpa tekanan. Namun, Juventus yang ingin merayakan juara Serie A dengan sempurna tampak bermain lebih ngotot di awal laga. Terbukti, klub berjersei hitam-putih itu bisa unggul lebih dulu lewat gol penyerang Gonzalo Higuain pada menit kelima. Pemain asal Argentina itu menyambut dengan sontekan tendangan sudut gelandang Adrien Rabiot.
Setelah itu, laga berlansung santai tapi efektif. Kedua tim saling serang, tetapi terlihat tanpa beban. Namun, AS Roma coba ambil kesempatan untuk mencuri kemenangan. Klub berjersei merah-oranye itu akhirnya bisa memboyong tiga gol balasan, yakni melalui tandukan penyerang Nikola Kalinic pada menit ke-23, penalti gelandang Diego Perotti pada menit ke-44, dan sontekan Perotti pada menit ke-52.
”Kami memiliki permainan yang hebat dan berkarakter. Kami berhasil membalikkan skor. Semua pemain yang jarang digunakan tahun ini telah menunjukkan kepada pelatih bawah mereka dapat diandalkan, termasuk untuk Liga Europa mendatang,” ujar Perotti dikutip Corriere dello Sport seusai laga tersebut.
Pelatih AS Roma Paulo Fonseca dikutip laman resmi klubnya, Minggu, mengapresiasi permainan anak asuhannya. ”Tim kami dalam kondisi baik sekarang. Tidak mudah untuk memberikan respons dari laga seperti ini dengan hasil yang kami bukukan ini. Tim bermain agresif sepanjang pertandingan. Dan selalu positif ketika pemain yang jarang bermain memberikan jawaban ketika dapat kesempatan,” katanya.
Memberi keyakinan
Itu adalah kekalahan pertama Juventus dari AS Roma di kandang sendiri dalam 10 tahun ini. Terakhir kali mereka kalah dari Roma di kandang sendiri dalam laga Serie A adalah 1-2 pada 23 Januari 2010. Mereka sejatinya pernah kalah pula dari Roma di kandang sendiri dengan skor 0-2 pada 27 Januari 2011, tetapi ini terjadi dalam laga Piala Italia.
Bagi AS Roma, raihan itu berarti banyak. Menang atas juara Serie A musim ini membuat Edin Dzeko dan kawan-kawan semakin yakin untuk menghadapi klub asal Spanyol, Sevilla, dalam laga babak 16 besar Liga Europa di Jerman, Kamis (6/8).
”Kami memiliki permainan yang hebat dan berkarakter. Kami berhasil membalikkan skor. Semua pemain yang jarang digunakan tahun ini telah menunjukkan kepada pelatih bahwa mereka dapat diandalkan, termasuk untuk Liga Europa mendatang,” ujar Perotti dikutip Corriere dello Sport seusai laga tersebut.
”Kemenangan ini membantu tim bermain dengan keyakinan. Sekarang, kami harus fokus pada persiapan untuk laga menghadapi Sevilla yang tidak mudah. Saya memberi tahu orang-orang bahwa tim dengan ambisi harus selalu bermain untuk menang, tidak masalah apa yang terjadi dalam pertandingan atau bagaimana kondisi tim lain (lawan),” tutur Fonseca.
Sebaliknya, kekalahan dari AS Roma menjadi peringatan untuk Juventus sebelum menghadapi klub asal Perancis, Lyon, dalam laga kedua babak 16 besar Liga Champions di kandang sendiri, Sabtu (8/8). Juventus punya beban untuk membalikkan keadaan karena sudah tertinggal agregat 0-1 dari Lyon.
Pelatih Juventus Maurizio Sarri dikutip Corriere dello Sport, seusai laga Juventus dan AS Roma, mengatakan, setelah menang atas Lazio, 2-1, dalam laga kandang pekan ke-34, Selasa (21/7), penampilan timnya terus menurun. Itu kemungkinan besar karena faktor psikologis pemain yang merasa telah memenangi kejuaraan atau juara Serie A. Tak pelak, empat laga terakhir, mereka hanya meraih satu kemenangan dan tiga kekalahan.
Namun, situasi itu tidak boleh berlanjut ke Liga Champions. Untuk itu, Sarri meminta para pemain mengubah sikap kepada calon lawannya nanti di kompetisi terelite antarklub Eropa tersebut. ”Menghadapi Lyon, kami harus memasuki lapangan dengan sikap yang berbeda. Kami harus memiliki sedikit rasa takut agar bisa membuat kita lebih baik,” tutur pelatih berusia 61 tahun tersebut.