Sepak terjang menawan Atalanta membuat mereka laik meraih status ”juara harapan” di Liga Italia musim ini. ”Sang Dewi” merevolusi pakem sepak bola di Italia dan ”menampar” tim-tim raksasa yang jauh lebih kaya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Juventus boleh saja adalah peraih scudetto atau trofi juara Liga Italia pada musim ini. Namun, pesona justru datang dari tim lainnya, Atalanta. Tim berjuluk ”Sang Dewi” itu adalah juara harapan di tengah kuatnya cengkeraman dominasi Juve, satu dekade terakhir, dan inkonsistensi performa rival-rival tradisi ”Si Nyonya Besar”.
Secara statistik, Atalanta adalah tim yang paling menonjol di Liga Italia musim 2019-2020. Mereka mengemas 96 gol dari total 36 laga Liga Italia sejauh ini. Adapun Juve hanya membuat 75 gol, terlepas mereka memiliki salah satu penyerang terbaik sejagat saat ini, Cristiano Ronaldo. Dalam hal agresivitas serangan, Sang Dewi juga yang terbaik, yaitu mencatatkan rata-rata 19 tembakan per laga.
Tak heran Juve sempat kewalahan meladeni Atalanta pada duel kedua tim, 12 Juli 2020. Atalanta, yang tampil energik dan menekan, mirip gaya gegenpressing juara Liga Inggris, Liverpool, nyaris mempermalukan sang juara itu di stadion kebanggaannya, Allianz, Turin. Beruntung, Juve terhindar dari kekalahan berkat dua penalti kontroversial setelah tertinggal 0-2 lebih dulu pada laga yang berakhir 2-2 itu.
Karakter permainan ngotot dan menyerang ala Sang Dewi sampai membuat Manajer Manchester City Pep Guardiola terkesima pada pertemuan kedua tim di penyisihan grup Liga Champions Eropa musim ini. Guardiola, manajer ternama dengan bertabur gelar juara, menyebut bermain melawan Atalanta adalah hal yang sangat menyakitkan, ibaratnya pergi ke dokter gigi.
Padahal, dalam hal finansial, Atalanta dan Juve bak bumi dan langit. Sang Dewi hanyalah menempati peringkat ke-11 dalam hal rata-rata gaji pemainnya, yaitu 1,28 juta dollar AS atau Rp 18,6 miliar pada musim 2019-2020. Adapun Juve adalah yang tertinggi dengan gaji rata-rata pemain per tahun sebesar 10,1 juta dollar AS atau Rp 147 miliar.
Menampar tim-tim besar
Tim-tim raksasa Italia lainnya, yaitu AS Roma (4,49 juta dollar AS), Inter Milan (4,08 juta), Napoli (3,82 juta), AC Milan (3,44 juta), dan Lazio (2,41 juta), melengkapi peringkat enam besar dalam hal pengeluaran gaji pemain itu, seperti dikutip dari Statista. Maka, Atalanta pun ibarat menampar tim-tim besar dengan minimnya anggaran gaji itu.
Atalanta, yang kini menempati peringkat ketiga, berpeluang mengakhiri musim di peringkat kedua Liga Italia. Jika itu terjadi, mereka berpeluang meraih musim tersukses sepanjang sejarah klub itu. Pada saat sama, mereka kini menembus perempat final Liga Champions Eropa.
Di bawah asuhan Pelatih Gian Piero Gasperini, Sang Dewi memang tampil konsisten dan menjadi kuda hitam paling menakutkan di Italia. Musim lalu, mereka finis ketiga, menyisihkan para langganan empat besar Liga Italia di masa lalu, seperti Milan, Roma, dan Lazio.
”Jika bisa finis kedua akhir musim ini, itu hasil hebat bagi kami. Bagi tim-tim yang mengejar scudetto, itu (peringkat kedua) mungkin adalah posisi pertama bagi pecundang. Namun, tidak bagi kami yang tidak pernah meraihnya (finis kedua) sekaligus diperhitungkan,” ujar Gasperini dikutip La Gazetta della Sport penuh kesahajaan menjawab komentar sinis Pelatih Inter Milan Antonio Conte soal peringkat kedua di Liga Italia.
Salah satu rahasia kesuksesan Atalanta adalah kepandaian Gasperini mengoptimalkan potensi pemain muda dan pemain ”buangan” dari klub lain. Atalanta memang dikenal sebagai gudangnya para pemain berbakat Italia dalam kurun waktu satu dekade terakhir.
Terlahir kembali
Sejumlah alumni akademi Atalanta menjadi andalan di klub-klub lain dan tim nasional Italia, seperti Giacomo Bonaventura, Andrea Conti, Marco Sportiello, dan Mattia Caldara. Adapun pemain yang sempat dianggap ”habis” dan dibuang klub-klub terdahulu, seperti Josip Ilicic, Papu Gomez, dan Luis Muriel, justru bersinar di klub itu. Ilicic dan Muriel seolah ”terlahir kembali” dari rahim Sang Dewi dan masing-masing mencetak 15 dan 18 gol di liga musim ini.
Selain keduanya, satu pemain lainnya, yaitu striker Duvan Zapata, juga mencetak dua digit gol. Mereka menjadi satu-satunya tim di Italia yang memiliki tiga pemain sekaligus yang mampu mencetak digit ganda gol di liga domestik. Selain itu, ada Robin Gosens dan Mario Pasalic yang nyaris menembus digit ganda dengan torehan masing-masing sembilan gol.
Atalanta disebut-sebut sebagai tim paling seksi dan menawan di Eropa dalam hal menyerang saat ini. Hal itu sekaligus menjadi anomali bagi sepak bola Italia.
Tak pelak Atalanta disebut-sebut sebagai tim paling seksi dan menawan di Eropa dalam hal menyerang saat ini. Hal itu sekaligus menjadi anomali bagi sepak bola Italia yang selama ini diidentikkan dengan sepak bola fisik, taktikal, pragmatis, dan bertahan. ”Gasperini tidak hanya merevolusi sepak bola Italia, tetapi juga sepak bola secara umum dengan pendekatan gaya menekan tinggi dan dinamis,” tulis Kaustubh Pandey, pengamat Liga Italia, dalam blognya.
”Saya menggunakan pepatah China pada 500 SM. Mereka mengatakan, bertahan membuat Anda tidak terkalahkan. Tetapi, jika ingin menang, Anda harus menyerang. Ini menegaskan semangat dan mentalitas yang saya inginkan dalam tim. Identitas atau karakter yang Anda tanamkan kepada tim harus selalu lebih kuat,” tutur Gaperini. (JON)