Valentino Rossi mengeluarkan jurus bertahan yang terasah selama 20 tahun di kelas GP500 dan MotoGP pada seri kedua musim 2020 di Jerez. Dia pun merasakan kembali podium yang terakhir kali diraih di Austin musim lalu.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
JEREZ DE LA FRONTERA, MINGGU — Seri kedua MotoGP 2020 di Sirkuit Jerez-Angel Nieto menjadi milik Yamaha setelah ketiga pebalap mereka, Fabio Quartararo, Maverick Vinales, dan Valentino Rossi, menguasai podium. Quartararo menjadi pebalap kedua termuda setelah Marc Marquez yang memenangi dua balapan beruntun. Sementara Rossi memaksimalkan pengalamannya untuk kembali meraih podium, di peringkat ketiga.
”Saya sangat, sangat senang, karena sudah lama sekali, dan datang dari periode yang sangat buruk, hasil yang buruk. Kembali ke podium hari ini, bagi saya, bukan seperti meraih kemenangan, tetapi mirip,” ujar Rossi diiringi senyum.
Ini merupakan podium pertama Rossi setelah terakhir kali di seri Amerika Serikat musim lalu. Pencapaian ini melengkapi catatannya menjadi 235 kali naik podium sepanjang kariernya di kelas elite. Rossi bisa kembali merasakan podium setelah bertahan habis-habisan dari tekanan rekan setimnya, Vinales.
Semua berawal dari start yang bagus, hingga menempati posisi ketiga di belakang Vinales dan Quartararo yang memimpin. Dia bisa mendahului Vinales di lap pertama akibat kesalahan rekan setimnya itu yang memaksa mendahului Quartararo sehingga melebar di tikungan. Rossi terus berada dalam tekanan dari Vinales yang berjuang mengambil alih posisi supaya bisa mengejar Quartararo yang terus menjauh.
Vinales lebih cepat dibandingkan Rossi, tetapi dia tidak bisa mendahului pebalap berusia 41 tahun itu. Berulang kali dia menekan dan hampir mendahului, tetapi Rossi bisa menutup celah itu. Bahkan, saat dia menikung lambat pun, Vinales tidak memiliki ruang untuk mendahului. Inilah momentum kunci pencapaian Rossi, jika dia dilewati Vinales, maka dua pebalap Ducati di belakang mereka, Jack Miller dan Francesco Bagnaia, juga akan mendahuluinya.
Seni bertahan yang dipamerkan Rossi itu kembali diuji oleh Vinales dalam lima putaran terakhir. Vinales kembali mendapatkan momentum setelah Bagnaia yang berada di posisi ketiga mengalami kerusakan mesin dan keluar dari balapan. Sementara pebalap yang menekan Vinales, Franco Morbidelli, juga mengalami kerusakan mesin. Momentum itu dimaksimalkan Vinales hingga akhirnya mendahului Rossi di lap terakhir dan menjadi runner-up.
”Sebenarnya dalam balapan ini mustahil untuk bernapas. Pada putaran pertama saya berusaha mengambil alih posisi Fabio karena saya merasa sangat kuat dengan motor. Namun, kemudian saya melebar dan Fabio serta Vale mendahului saya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Kemudian saya mulai berada di belakang Vale, tidak bisa bernapas di hampir semua lap. Saya hancur, entah mengapa, mungkin karena panas dari motor lain, dan saya benar-benar habis, saya tidak bisa berbuat lebih, saya menyelamatkan balapan di lima lap terakhir, saya menekan di akhir dan menemukan ritme lagi. Hari ini saya kehilangan di tikungan pertama,” ujar Vinales yang kecewa karena gagal finis terdepan.
Podium teratas kembali diraih pebalap muda Petronas Yamaha SRT, Quartararo. Dia jelas selangkah lebih cepat dibandingkan pebalap lain pada seri Andalusia ini. Dia mencetak pace yang sangat stabil pada rentang 1 menit 37 detik hingga lebih dari setengah balapan. Itulah mengapa dia terus memperlebar selisih waktu dengan Rossi saat di posisi kedua. Dari selisih waktu 0,8 detik pada lap ketiga, Quartararo menjauh hingga 2,817 detik pada lap keenam dan 3,077 detik pada lap ketujuh. Pace pebalap asal Perancis itu baru turun ke rentang 38 detik dan 39 detik saat dirinya sudah unggul 4,4 detik dari pebalap kedua, menjelang akhir balapan.
”Ya Tuhan, itu sangat sulit,” ujar Quartararo.
Kemenangan ini juga tak lepas dari strategi pemilihan ban yang jitu menggunakan kombinasi depan belakang keras-lunak. Namun, Quartararo menggunakan ban yang telah dipakai saat sesi pemanasan. ”Biasanya kami mengawali balapan dengan ban baru saat di garis start. Namun, hari ini kami memutuskan bersama Yamaha untuk melakukan, katakan putaran pemanasan, tiga lap untuk melihat ban oke, semuanya oke,” ujarnya.
”Sangat senang dengan pace yang luar biasa sejak awal untuk membuat selisih waktu, tetapi saat membuat (selisih waktu) dari dua menjadi empat detik sangat sulit. Perasaan yang luar biasa. Terima kasih kepada tim saya, mereka melakukan pekerjaan yang luar biasa. Kami mengerjakan banyak hal di antara dua balapan. Rasanya sangat menyenangkan bisa meraih kemenangan beruntun,” tegas pengganti Rossi di tim Monster Energy Yamaha mulai musim depan itu.
Performa Quartararo akan diuji lebih berat lagi pada seri ketiga di Brno, 7-9 Agustus. Ini merupakan trek yang sesuai dengan karakter motor Ducati. Para pebalap Ducati sangat kesulitan di Jerez, terutama akibat temperatur permukaan aspal yang sangat panas. Pada balapan ini, suhu permukaan aspal tercatat 58,9 derajat celsius. Kondisi itu membat ban terlalu panas dan kehilangan daya cengkeram. Di Brno, temperatur akan lebih rendah dan banyak lintasan lurus yang menjadi keunggulan Ducati.
Selain itu, pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, ditargetkan sudah bisa membalap. Marquez batal membalap pada seri Andalusia karena cederanya berisiko semakin parah jika memaksakan menjalani balapan 25 lap. Kehadiran Marquez dan potensi kebangkitan para pebalap Ducati di Brno akan menjadi ujian sesungguhnya bagi Quartararo, yang sering dinilai sebagai calon penjinak Marquez.