Juventus di tangan Pelatih Maurizio Sarri masih bisa mempertahankan dominasi mereka di Italia. Tim “Si Nyona Besar” kembali berpesta pada akhir musim untuk kesembilan kali secara beruntun.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
TURIN, SENIN — Juventus akhirnya berhasil mengunci gelar juara Liga Italia setelah mengalahkan Sampdoria, 2-0, di Stadion Allianz Turin, Senin (27/7/2020) dini hari WIB. Ini merupakan scudetto kesembilan bagi ”Si Nyonya Besar” yang diraih sejak musim 2011-2012. Mereka menjadi satu-satunya klub di lima liga top Eropa yang mampu mencapai level ini.
Kemenangan atas Sampdoria ini memperkokoh posisi Juventus di puncak klasemen dengan 83 poin dengan dua laga tersisa. Inter Milan yang berada di peringkat kedua dengan 76 poin sudah tidak bisa mengejar Si Nyonya Besar. Gelar juara ini sebenarnya sudah bisa dipastikan pada laga sebelumnya ketika melawan Udinese, tetapi Juventus justru kalah, 1-2.
Kekalahan itu membuat Juventus bertekad mengerahkan semua kekuatan mereka untuk menghadapi Sampdoria. Sang bintang, Cristiano Ronaldo, mencetak gol pertama pada menit ke-45+7. Gelandang Miralem Pjanic tidak langsung menembak bola ke arah gawang Sampdoria ketika mengambil tendangan bebas tetapi mengumpankannya ke Ronaldo, yang dengan cerdik keluar dari bekapan bek lawan.
Ronaldo pula yang berada di balik terjadinya gol kedua Juventus pada menit ke-67 saat ia menembak dari luar kotak penalti. Tendangan yang begitu keras membuat kiper Sampdoria, Emil Audero, tidak mampu menangkapnya. Ketika bola terpental dari tangan Audero, sudah ada Federico Bernardeschi yang bersiap menceploskan bola ke gawang.
Juventus seharusnya bisa menambah satu gol lagi dari Ronaldo melalui tendangan penalti. Namun, tendangannya mengenai mistar gawang. Meski demikian, kegagalan tendangan penalti itu tidak mampu menutupi pencapaian Ronaldo yang mentereng pada musim ini. Ia telah mengemas 31 gol pada laga kontra Sampdoria itu.
Bintang asal Portugal itu tinggal membutuhkan satu gol lagi untuk menyamai rekor bomber Juventus, Felice Borel, yang diraih pada musim 1933-1934. Borel pada waktu itu mampu mencetak 32 gol selama satu musim. ”Rekor selalu penting, tetapi hal terpenting adalah kemenangan tim,” kata Ronaldo.
Sebenarnya pencapaian Borel itu pun masih kalah dibandingkan dengan pencapaian striker Lazio, Ciro Immobile, yang sudah mencetak sebanyak 34 gol pada musim ini dan menduduki peringkat pertama daftar pencetak gol terbanyak. Setidaknya Ronaldo masih punya dua laga tersisa melawan Cagliari dan AS Roma untuk menambah gol lagi.
Pelatih Juventus Maurizio Sarri mengakui, Ronaldo sebagai sosok kunci untuk mempertahankan rekor scudetto ini. ”Saya rasa di dalam DNA-nya sudah ada kemampuan untuk membayangkan gol berikutnya. Mentalnya dan kemampuan fisiknya untuk memulihkan diri sangatlah unik,” katanya.
Kemampuan individu itu menjadi lebih mematikan ketika dipadu dengan bakat yang dimiliki Paulo Dybala. Ronaldo dan Dybala pada musim ini telah menyumbang total 42 gol pada musim ini. Sayangnya, Dybala mengalami cedera pada babak pertama dan harus digantikan oleh Gonzalo Higuain.
Butuh waktu
Sarri beruntung mendapat kesempatan melatih skuad yang bertabur bintang sejak menangani Juventus pada musim ini. Namun, ia sendiri mengakui butuh waktu untuk mencarikan formula yang tepat agar Juventus tetap bisa mendominasi Italia.
”Anda tidak bisa masuk begitu saja ke dalam klub yang sudah menjuarai liga selama delapan tahun beruntun dan seketika mengubah sistemnya. Itu bukan tindakan yang pintar,” kata Sarri. Oleh karena itu, sistem permainan atraktif yang diharapkan dari Sarri belum terlalu terlihat.
Sistem ”Bola Sarri” atau ”Sarri’s Ball”, istilah yang merujuk pada karakter permainan Sarri, tidak bisa serta-merta diterapkan di Juventus. Sistem itu bisa ia terapkan dengan mudah ketika melatih Napoli atau membawa Chelsea menjuarai Liga Europa pada musim 2018-2019. Namun, dengan adanya para pemain seperti Ronaldo, Dybala, dan Higuaian, Sarri mengaku sedikit kesulitan untuk memaksakan karater permainnya.
Sebelum laga kontra Sampdoria ini pun Sarri telah dihujani kritik dan bahkan isu pemecatan sudah beredar. Namun, kemenangan atas Sampdoria ini telah membuktikan bahwa Sarri telah berhasil menuntaskan satu tugas besar Si Nyonya Besar, yaitu mendominasi Italia. Kini ia masih menatap tugas lainnya yang jauh lebih sulit, yaitu mendominasi Eropa.
Lanjutan laga Liga Champions sudah menanti Juventus. Mereka akan segera melanjutkan laga kedua babak 16 besar melawan Lyon dan kembali berusaha merebut trofi ”Si Kuping Lebar”. Itulah alasan terbesar Juventus mendatangkan Ronaldo. (AP/AFP/REUTERS)