Susanto Megaranto, ”grand master” (GM) catur termuda di Tanah Air, ditantang untuk menjadi GM super pertama setelah legenda Utut Adianto, seperempat abad silam. Untuk itu, Susanto perlu keluar dari zona nyamannya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah mengorbitkan Novendra Priasmoro sebagai grand master (GM) kedelapan untuk Indonesia, Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) menantang Susanto Megaranto (2.550) menjadi GM super kedua bagi Indonesia setelah Utut Adianto yang meraih pencapaian besar itu selama 1995-1999.
Kehadiran GM super baru untuk Indonesia akan menjadi kebanggaan nasional dan diharapkan menumbuhkan semangat di kalangan para pecatur muda untik mengikuti langkah serupa.
”Susanto masih muda, umurnya masih 33 tahun. Kalau serius, dia bisa mengejar gelar GM super sebelum usia 40 tahun. Apalagi, sekarang ratingnya 2.550. Tidak jauh lagi dari 2.700 (syarat rating GM super saat ini). Jadi, dia masih mungkin menjadi GM super baru untuk Indonesia,” ujar Ketua Umum PB Percasi Utut Adianto di sela-sela webinar bertema ”Coaching Clinic, How To Analyze Your Own Games” yang digelar Sekolah Catur Utut Adianto, Minggu (26/7/2020).
Utut mengatakan, Susanto adalah salah satu pecatur paling berbakat milik Indonesia. Terbukti, pecatur kelahiran Indramayu, Jawa Barat, 8 Oktober 1987, itu bisa menjadi GM termuda untuk Indonesia, yakni saat masih berusia 17 tahun. Dia berhasil memecahkan rekor Utut yang menjadi GM pada usia 21 tahun.
Berdasarkan catatan Kompas, Susanto juga cukup berprestasi dengan menjuarai sejumlah kejuaraan internasional, seperti terakhir juara Turnamen Catur Zona 3.3 Asia 2019 di Ulaanbatar, Mongolia, April tahun lalu. Walau tidak pernah lolos dari putaran pertama, Susanto pernah tiga kali ikut Piala Dunia Catur di Khanty-Mansiysk, Rusia, yakni pada 2007, 2011, dan 2019.
Namun, pascamenikah pada 2012, penampilan Susanto justru menurun. Sebagai contoh, Susanto pernah mengalahkan pecatur asal China, GM super Wang Hao, pada Kejuaraan Asia 2007 di Cebu, Filipina. Ketika itu, rating Susanto 2.554, sedangkan Wang Hao 2.626.
Kini, rating Susanto justru turun menjadi 2.550, sedangkan Hao terus meningkat menjadi 2.763. Saat ini, Hao juga tercatat sebagai pecatur aktif ranking ke-12 dunia atau salah satu yang terbaik.
”Susanto sepertinya sudah kehilangan motivasi sehingga mainnya pun tidak seagresif dulu. Dia sudah berada di zona nyaman sehingga tidak tertantang lagi untuk terus meningkatkan prestasinya (menjadi GM super). Padahal, menjadi GM itu bukan akhir segalanya. Justru, ada tantangan baru untuk lebih meningkatkan kualitas,” kata Utut.
Program tur Eropa
Atas dasar itu, Utut menantang Susanto untuk kembali fokus meningkatkan kemampuannya. Dia pun mendorong PB Percasi membuatkan program khusus agar Susanto bisa kembali bangkit dan mengejar gelar GM super, antara lain membuat program tur Eropa selama setahun.
Kalau bisa menjadi GM super baru, Susanto bisa membuat tonggak sejarah yang membanggakan Indonesia. Ini juga bisa menjadi inspirasi atau motivasi untuk pecatur muda mengikuti jejak serupa.
”Kalau bisa menjadi GM super baru, Susanto bisa membuat tonggak sejarah yang membanggakan Indonesia. Ini juga bisa menjadi inspirasi atau motivasi untuk pecatur muda mengikuti jejak serupa,” tutur pecatur legendaris kelahiran Jakarta, 16 Maret 1965, itu.
Kepala Bidang Pembinaan Pretasi PB Percasi Kristianus Liem menuturkan, pihaknya sangat mendukung jika Susanto berniat untuk mengejar gelar GM super tersebut. Bahkan, sejak tahun lalu ada sponsor yang sudah berniat membiayai Susanto untuk keliling ikut kejuaraan catur di Eropa atau pusat catur dunia selama setahun.
Konsentrasi terpecah
Akan tetapi, sejauh ini belum ada niat dari Susanto mengambil kesempatan tersebut. Sejak menikah, konsentrasi Susanto terpecah untuk keluarga dan catur. Dia juga sudah lebih mapan secara ekonomi saat ini. Akibatnya, catur tidak menjadi prioritas utama lagi.
Setelah menikah, Susanto pun jadi lebih gampang kangen rumah selama bertanding di luar negeri. Ini menjadi hambatan nonteknis yang bisa memengaruhi performanya selama pertandingan. ”Sekarang, semuanya tergantung Susanto. Kalau dia punya niat ke arah itu (menjadi GM super), kami siap mendukung,” ujarnya.
Untuk mengejar gelar GM Super itu, Susanto memang harus memiliki sekondan atau pelatih yang mendampingi pecatur untuk mengejar GM. Pelatih ini membantu untuk persiapan bertanding, mencari kelebihan dan kekurangan lawan. Dia akan memberikan saran untuk mengatasi calon lawan yang umumnya terkait pembukaan.
”Kalau melakukan tur Eropa, Susanto bisa mendapatkan fasilitas mitra bertanding berkualitas dan konsisten bertanding. Dia juga bisa dipacu untuk lebih rajin berlatih ilmiah. Kalau tidak dipaksa berlatih ilmiah, pecatur kita akan kalah dengan pecatur luar yang sudah sangat terbiasa berlatih ilmiah memanfaatkan teknologi yang sudah banyak tersedia,” kata Kristianus.
Susanto mengutarakan, sejatinya, dirinya masih memiliki motivasi untuk menjadi GM super. Dia pun siap mengikuti program latihan atau bertanding yang ada. Hanya saja, sekarang, dia sudah berkeluarga, yakni memiliki dua anak.
”Saat ini, tantangan yang saya hadapi lebih banyak. Tidak hanya berlatih dan bertanding, tetapi juga harus mengurus keluarga,” pungkasnya.