Laga-laga pekan terakhir Liga Inggris musim ini digelar serentak, Minggu malam. Salah satu laga krusial ialah Leicester City versus Manchester United yang memerebutkan tiket ke Liga Champions, juga harga diri klub.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LEICESTER, SABTU — Laga pamungkas Manchester United di Liga Inggris musim ini, yaitu kontra Leicester City di Stadion King Power, Minggu (26/7/2020), sangat krusial untuk memerebutkan tiket Liga Champions musim depan. Kemenangan pada laga ini bisa memulihkan harga diri MU.
Tiket ke Liga Champions, kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa, ibarat ”hadiah kedua” setelah trofi Liga Inggris bagi para penghuni liga itu. Hanya empat tim teratas di liga tersebut yang mendapatkan jatah tiket itu.
Saat ini, baru Liverpool dan Manchester City yang sudah memastikan tiket itu. Adapun MU, Leicester, dan Chelsea akan mengetahui nasib mereka pada laga terakhir nanti.
Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer dan para pemainnya menganggap Liga Champions adalah ”habitat” mereka. ”Kami seharusnya selalu tampil di Liga Champions setiap musim karena kami adalah klub yang sangat besar,” kata gelandang MU, Fred, dilansir laman MU, Sabtu (25/7/2020).
Kembali ke ”habitat” merupakan jalan terbaik bagi MU untuk menjaga harga diri ketika rival besar mereka, Liverpool, menjuarai Liga Inggris musim ini. Sejak Liverpool merebut beberapa trofi kompetisi besar dalam dua musim terakhir, olok-olok terhadap MU sering muncul di jagat media sosial.
Biasanya, itu terjadi antarpendukung. Akan tetapi, sentimen itu bisa terjadi di kalangan pemain seperti ketika gelandang Liverpool, James Milner, sempat mengejek MU saat mereka menerima trofi Liga Inggris. Tidak terima ejekan itu, gelandang MU, Andreas Pereira, menyebut Milner dan Virgil van Dijk (bek Liverpool) sebagai dua pemain arogan.
Namun, target pulang ke habitatnya itu tidak mudah dicapai MU. Seperti dikatakan Fred, Leicester dihuni para pemain bertalenta, seperti striker Jamie Vardy, yang selalu menjadi ancaman. Musim ini, Vardy telah mengemas 23 gol dan berada di puncak daftar pencetak gol terbanyak sementara. Fred merasa timnya harus punya sistem pertahanan yang solid agar bisa menghentikan ketajaman Vardy.
Padahal, dua laga terakhir jadi tanda bahaya di lini pertahanan MU. Setelah dikalahkan Chelsea 1-3 pada semifinal Piala FA, MU ditahan imbang West Ham United 1-1 di Liga Inggris. Kelengahan di lini belakang yang terjadi pada dua laga itu, jika terulang saat melawan Leicester, akan menjadi penyesalan terbesar MU.
Kesempurnaan dibutuhkan dalam situasi seperti ini. MU dan Chelsea memiliki 63 poin, tetapi MU berhak berada di peringkat ketiga karena unggul jumlah selisih gol. Adapun Leicester di peringkat kelima dengan koleksi 62 poin.
Jika MU kalah, mereka bisa gagal finis di peringkat keempat, dengan syarat Chelsea membekap Wolverhampton Wanderers pada laga lainnya. Kesepuluh laga pekan ke-38 Liga Inggris akan digelar serentak pukul 22.00 WIB.
Manajer Leicester Brendan Rodgers mengatakan, timnya kehilangan banyak pemain karena cedera, seperti James Maddison, Ben Chilwell, Christian Fuchs, Daniel Amartey, dan Ricardo Pereira. Namun, ia merasa itu bukan masalah besar karena timnya sudah mendapatkan istirahat cukup.
Tekanan di MU
Rodgers menilai tekanan yang lebih besar justru dirasakan MU, bukan timnya. ”Bagi tim seperti MU, ada semacam kewajiban untuk tampil di Liga Champions, sedangkan kami akan tetap menjalani musim yang indah apabila gagal finis di peringkat empat besar,” ujar Rodgers.
Bagi tim seperti MU, ada semacam kewajiban untuk tampil di Liga Champions, sedangkan kami akan tetap menjalani musim yang indah apabila gagal finis di peringkat empat besar. (Brendan Rodgers)
Pernyataan Rodgers seolah menyatakan bahwa Leicester belum merasa memiliki habitat di Liga Champions karena mereka baru sekali tampil di kompetisi itu, yaitu pada musim 2016-2017, saat ditangani manajer Claudio Ranieri. Hal ini bisa menjadi keuntungan bagi Leicester agar para pemain mereka bisa tampil lepas.
Namun, bagaimanapun, Leicester akan tetap menyesal apabila gagal finis di peringkat empat besar karena mereka telah tampil apik sejak awal musim. Sayangnya, mereka mulai goyah pada paruh kedua kompetisi sehingga saat ini turun ke peringkat kelima.
Berbeda dengan MU, Leicester tidak punya jaring pengaman lainnya untuk bisa ke Liga Champions. MU masih bisa tampil di Liga Champions musim depan apabila menjuarai Liga Europa musim ini. Namun, peluang terbaik tetap ada pada laga kontra Leicester nanti.
”Kami sudah berharap bisa mengalahkan Leicester pada laga terakhir musim ini. Saya mengatakan hal ini kalau tidak salah pada Januari lalu. Ini adalah target kami,” ujar Solskjaer.
Kepada para pemainnya, Solskjaer kembali menceritakan kejayaan tim pada masa lalu sebagai inspirasi untuk mengalahkan Leicester dan memulihkan harga diri ”Setan Merah”. (AFP/REUTERS)