Udinese berhasil memutus rekor buruk dalam satu dekade terakhir ketika menjamu Juventus, Jumat dini hari. Selain itu, Udinese juga mampu menunda Juventus untuk meraih ”scudetto”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
UDINE, JUMAT — Udinese tidak membiarkan Juventus merayakan scudetto di rumah mereka, Stadion Dacia Arena, Jumat (24/7/2020) dini hari WIB. Kemenangan 2-1 Udinese atas Juventus tidak hanya membuka kembali persaingan gelar Liga Italia, tetapi juga menjauhkan ”Si Zebra Kecil”, julukan Udinese, dari zona degradasi.
Ketika memulai laga pekan ke-35, Udinese berada di urutan ke-16 dengan 36 poin. Udinese hanya berjarak empat poin dari Lecce yang berada di peringkat ke-18 atau batas akhir zona degradasi.
Nyatanya, meskipun terpaut 15 peringkat di papan klasemen, Udinese tidak gentar ketika menghadapi Juventus yang menduduki puncak klasemen. Kemenangan atas Juventus mendongkrak posisi Si Zebra Kecil ke posisi ke-15 sekaligus memiliki keunggulan selisih tujuh poin dari Lecce di sisa tiga pertandingan Liga Italia musim 2019/2020.
Alhasil, Udinese hanya membutuhkan satu kemenangan lagi di tiga laga pemungkas liga untuk menjamin posisi mereka di Serie A musim 2020/2021. Dari tiga laga itu, Udinese akan menghadapi Cagliari, Lecce, dan Sassuolo.
”Saya tidak menduga kami bisa menang atas Juventus sehingga saya sangat mengapresiasi perjuangan seluruh pemain di lapangan yang membuat kemenangan ini menjadi nyata,” ujar Pelatih Udinese Luca Gotti seusai laga kepada Sky Sports Italia.
Sejak awal, lanjut Gotti, anak asuhannya memiliki ambisi untuk menahan Juventus agar tidak merayakan scudetto di Udine. ”Saya senang meraka tidak merayakan scudetto di Udine meskipun mereka pantas meraih scudetto musim ini,” kata Gotti.
Selain membawa Udinese menjauh dari ancaman turun kasta ke Serie B, kemenangan atas Juventus memutus pula tren buruk Udinese ketika berhadapan dengan Juventus di kandang sendiri. Si Zebra Kecil akhinya bisa kembali menumbangkan ”Si Nyonya Besar” setelah terakhir kali dilakukan pada 3 April 2010. Kala itu, Udinese unggul telak 3-0 atas Juventus lewat gol Alexis Sanchez, Simone Pepe, dan Antonio Di Natale.
Kehilangan organisasi
Sementara itu, Pelatih Juventus Maurizio Sarri mengatakan, anak asuhannya hanya bermain baik di babak pertama. Sebuah gol melalui sepakan dari luar kotak penalti yang dilakukan bek Matthijs De Ligt membawa Juventus unggul lebih dulu di menit ke-42.
Di babak kedua, Juventus kecolongan gol di menit ke-52 setelah penyerang Udinese, Ilija Nestrovoski, yang berdiri tanpa kawalan di kotak penalti Juve, mampu menanduk bola hasil umpan Ken Sema. Di menit 90+1, Seko Fofana mengunci kemenangan Udinese melalui skema serangan balik.
”Kekalahan ini adalah cermin dari apa yang telah terjadi dalam beberapa laga akhir-akhir ini. Kami kehilangan organisasi permainan sehingga lawan mampu mencetak gol dan mengalahkan kami ketika kami sangat berambisi untuk meraih kemenangan,” ujar Sarri, seperti dikutip Tuttosport.
Menurut Sarri, gagalnya Juventus menampilkan permainan terbaik di lima laga terakhir disebabkan kelelahan yang dialami mayoritas pemain serta absennya sejumlah pemain penting. Juventus hanya mampu meraih lima poin dari lima laga terakhir. Dalam laga melawan Udinese, Sarri harus kehilangan Leonardo Bonucci akibat akumulasi kartu kuning, lalu Gonzalo Higuain dan Miralem Pjanic tidak diturunkan akibat cedera.
Terburuk
Selain itu, dari 35 laga yang telah dijalani musim ini, Juventus telah kebobolan 38 gol. Jumlah gol itu menjadi catatan terburuk Juventus sejak kembali mendominasi Liga Italia di musim 2011/2012.
”Kami dihukum 12 penalti di musim ini, rekor yang tidak biasa untuk klub besar seperti Juventus. Kami perlu menemukan keseimbangan tim agar tetap berada di jalur yang tepat untuk scudetto,” ucap Sarri.
Untuk meraih scudetto sembilan kali beruntun, Juventus hanya memerlukan satu kemenangan di tiga laga pemungkas. Juventus berpeluang mengunci scudetto ketika menjamu Sampdoria di Stadion Allianz Arena, Senin (27/7/2020) dini hari WIB. Andai tidak kembali meraih kemenangan, gelar scudetto di depan mata bisa sirna karena Juventus hanya unggul enam poin dari Atalanta di posisi kedua.
Kembali menang
Sementara itu, dalam laga lain, Lazio kembali ke jalur kemenangan setelah mengalahkan Cagliari 2-1. Gol Sergej Milinkovic-Savic dan Ciro Immobile membalas keunggulan lebih awal Cagliari lewat gol Giovanni Simeone.
Kemenangan atas Cagliari memutus hasil buruk Lazio dalam lima laga terakhir. Dalam lima pertandingan kontra AC Milan, Lecce, Sassuolo, Udinese, dan Juventus, Lazio hanya mengemas satu poin. Sebelum melawan Cagliari, ”Si Elang” terakhir kali meraih tiga poin ketika mengalahkan Torino 2-1, 1 Juli lalu.
Tidak hanya kembali meraih hasil positif, raihan tiga poin itu juga memastikan posisi Lazio untuk lolos ke Liga Champions musim depan. ”Ini adalah malam yang ajaib dan penting. Setelah 13 tahun, kami bisa meraih capaian yang tidak terbayangkan untuk kembali berlaga di Liga Champions,” kata Pelatih Lazio Simone Inzaghi.
Selain itu, Inzaghi juga berambisi untuk membantu Immobile meraih gelar pencetak gol terbanyak di musim ini. Immobile telah mencetak 31 gol hingga pekan ke-35 sehingga unggul satu gol dari pesaing terdekat Cristiano Ronaldo.
”Kami ingin dia (Immobile) memenangi sepatu emas. Itu tidak mudah, tetapi kami akan berusaha mencapainya,” ucap Inzaghi.
Setelah menjalani laga ke-35, Lazio memiliki 72 poin dan hanya berjarak dua poin dari Atalanta di peringkat kedua dan satu poin dari Inter Milan yang menduduki peringkat ketiga. (REUTERS)