Final tunggal putri Mola TV PBSI Home Tournament mempertemukan Gregoria Mariska Tunjung dan yuniornya, Putri Kusuma Wardani, di Cipayung, Jumat (24/7/2020). Final ini mengulang laga di babak penyisihan grup.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Final tunggal putri Mola TV PBSI Home Tournament mempertemukan pemain nomor satu Indonesia di level senior dan yunior. Pertemuan Gregoria Mariska Tunjung dan yuniornya, Putri Kusuma Wardani, pada perebutan gelar juara menjadi ulangan dari laga penyisihan grup yang dimenangi si ”adik”.
Pertandingan final dalam turnamen internal pelatnas bulu tangkis Indonesia di Cipayung, Jakarta, ini akan berlangsung pada Jumat (24/7/2020) setelah perebutan posisi ketiga yang dimulai pukul 15.00 WIB. Pada laga ini, dua pemain yang kalah di semifinal, Asty Dwi Widyaningrum dan Saifi Rizka Nur Hidayah, akan bertemu.
Gregoria ke final setelah mengalahkan Saifi, 21-16, 21-13. Adapun pada semifinal pertama, Putri mengalahkan Asty, 21-15, 21-18.
Pertandingan Gregoria melawan Putri menjadi ulangan pertemuan sehari sebelumnya dalam penyisihan Grup M. Kemenangan yang diraih Putri, 25-23, 20-22, 21-11, dalam waktu 1 jam 20 menit itu menempatkan pemain berusia 17 tahun tersebut sebagai juara grup, unggul atas Gregoria pada peringkat kedua.
Gregoria pun bersiap untuk kembali laga ketat melawan Putri yang dinilainya memiliki banyak kelebihan. ”Putri memiliki postur yang lebih tinggi, jadi jangkauannya lebih panjang. Saya harus siap capai karena harus lebih banyak mengolah bola,” tutur Gregoria.
Selain itu, Putri juga memiliki kemampuan menyerang dan bermain reli yang sama bagus untuk diwaspadai. ”Jadi, saya harus lebih nekat untuk melawan dia, jangan mau kalah,” lanjut pemain berusia 20 tahun itu.
Meski memiliki bekal kemenangan atas seniornya, Putri mengatakan, dirinya harus tetap menjaga fokus untuk laga puncak. Dia akan berusaha menjaga ritme permainan yang telah mengantarkannya menjadi satu-satunya pemain yang selalu menang dalam pertandingan menuju final.
Putri selalu mempersulit lawan dengan tipe permainan menyerang, terutama melalui smes dan drop shot silang. Penempatan bola menyusur garis pinggir atau belakang lapangan juga sering kali membuat lawan salah menilai.
Permainan itu salah satunya terlihat ketika berhadapan dengan Asty, termasuk ketika sering kali tertinggal pada gim kedua. Di gim ini, Putri langsung tertinggal, 0-6. Dia terkejut ketika Asty mempercepat tempo permainan.
Setelah untuk pertama kalinya menyamakan skor, menjadi 7-7, Putri memperlihatkan keunggulan pada momen kritis, yaitu menjelang akhir gim. Dia lebih pintar dalam mengontrol pukulan dibandingkan Asty yang sering mengarahkan bola ke luar lapangan. Meski memiliki peluang untuk membuat pertandingan berjalan tiga gim, Asty akhirnya kalah karena beberapa kesalahannya pada momen akhir.
Pada gim pertama, kontrol permainan ada di saya. Tetapi, saya agak kendur di gim kedua, sedangkan lawan lebih cepat mainnya. (Putri)
”Pada gim pertama, kontrol permainan ada di saya. Tetapi, saya agak kendur di gim kedua, sedangkan lawan lebih cepat mainnya. Sesuai arahan pelatih, saya mencoba untuk mengontrol kembali permainan,” ujar Putri.
Menempati urutan kelima dalam daftar peringkat tunggal putri yunior, Putri pun menjadi tunggal putri Indonesia terbaik dari kategori pemain berusia 19 tahun ke bawah tersebut. Putri bahkan telah memiliki tempat dalam daftar peringkat senior meski hanya berada pada posisi ke-261.
Dengan potensinya, finalis turnamen Grand Prix Yunior Pembangunan Jaya Raya 2019 ini menjadi satu-satunya pemain yunior dalam skuad tunggal putri pelatnas utama. Putri bahkan ikut membela Indonesia bersama senior-seniornya dalam Kejuaraan Asia Beregu di Manila, Filipina, pada Februari, yang menjadi babak kualifikasi Piala Thomas dan Uber Zona Asia.
Gregoria, lawannya di final, juga pernah punya prestasi di level yunior. Pemain asal PB Mutiara Cardinal Bandung ini menjadi juara dunia yunior 2017. Sejak pertengahan 2018, dia menjadi tunggal putri nomor satu Indonesia, mengungguli Fitriani dalam daftar peringkat dunia.
Pengalaman berhadapan dengan pemain-pemain elite dunia akan menjadi modal Gregoria agar tak dikalahkan ”adiknya” untuk kedua kalinya.