Lifter Nasional Tunjukkan Konsistensi Setahun Jelang Olimpiade
Meski belum kembali ke berat badan ideal, lifter nasional Eko Yuli Irawan dan Windy Cantika Aisyah mampu memperbaiki catatan angkatan mereka tahun ini saat tampil pada simulasi lomba pelatnas angkat besi di Jakarta.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lifter nasional menjalani simulasi lomba pada Rabu (22/7/2020) setelah lima bulan absen berlomba. Dalam simulasi itu, lifter nasional andalan, Eko Yuli Irawan dan Windy Cantika Aisah, menunjukkan konsistensi angkatan mereka. Hasil itu pun membawa kepercayaan diri pada tim nasional angkat besi, setahun jelang Olimpiade Tokyo 2020.
Eko berhasil mencatat total angkatan 311 kilogram, gabungan dari snatch 135 kg serta clean and jerk 176 kg. Hasil ini memperbaiki catatan Eko sebelumnya, 310 kg, saat meraih tiga medali emas di kelas 67 kg dalam Kejuaraan Fajr Cup di Rasht, Iran, Februari lalu.
Meski begitu, berat Eko saat ini 68,9 kg, atau sekitar 2 kg di atas kelasnya, dan 4 kg lebih berat dibandingkan dengan saat tampil di Iran. Atlet asal Jawa Timur ini sempat gagal pada angkatan snatch pertama, 135 kg, dan baru berhasil pada angkatan kedua dengan berat yang sama.
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, hasil yang didapat Eko sudah sangat baik di tengah pandemi. Meskipun angkatan snatch menurun 3 kg daripada lima bulan lalu, performa Eko sudah sesuai target untuk persiapan ke Olimpiade.
”Intinya cukup baik. Banyak faktor tentunya yang menjadi kendala selama pandemi. Ini, kan, olahraga individu, jadi rentan jenuh. Yang jelas semua (kondisi) rata-rata 80 persen. Tinggal dipelihara basic power. Nanti akan meningkat seiring waktu,” kata Dirdja saat dihubungi seusai simulasi.
Eko cukup puas dengan hasil angkatannya dalam simulasi. Hasil tersebut akan dijadikan motivasi untuk menatap Olimpiade setahun ke depan. Kini dia masih fokus membenahi teknik sekaligus membangun otot. ”Ini, kan, tes pertama sejak ada Covid-19. Ini dijadikan patokan untuk tes di kemudian hari lagi,” ucapnya.
Khusus untuk Eko, tim pelatih tidak memaksakan kondisinya. Semua latihan berjalan sesuai porsi untuk menjaga tubuh Eko yang pada 24 Juli ini berusia 31 tahun. Hal ini untuk menghindari cedera yang sempat membuatnya kurang maksimal pada tiga edisi Olimpiade terdahulu.
Lampaui hasil
Sementara itu, Cantika juga memperbaiki catatannya dengan total angkatan 189 kg (snatch 82 kg serta clean and jerk 107 kg). Hasil itu melampaui catatannya dengan 185 kg saat tampil di kelas 49 kg pada Kejuaraan Asia Angkat Besi Yunior 2020 di Tashkent, Uzbekistan, pada Februari.
Saat simulasi, berat badan Cantika 50,7 kg atau hampir 2 kg di atas kelasnya. Catatan ini memang menunjukkan peningkatan, tetapi Cantika belum bisa menyamai rekor di SEA Games Manila 2019 dengan total angkatan 190 kg.
Dirdja menilai kondisi Cantika sudah cukup baik, terutama pada angkatan clean and jerk. Angkatan itu naik 3 kg dibandingkan saat meraih emas di SEA Games lalu. ”Dari 104 kg ke 107 kg, lumayan naiknya. Tinggal dipelihara terus fisik dan tenaga sampai ada kejuaraan lagi, kemungkinan di awal 2021,” katanya.
Simulasi perlombaan di pelatnas merupakan yang pertama kali sejak pandemi. Oleh karena itu, simulasi ini berguna untuk meningkatkan atmosfer kompetisi yang sudah lima bulan tidak dirasakan atlet. Selain mengukur hasil latihan, simulasi juga digelar untuk mengusir kebosanan atlet.
”Atlet sudah lama terkurung di sini. Lebaran saja mereka tidak pulang. Jadi pasti bosan. Karena itu, kami cari siasat. Ada hiburan dengan televisi kabel dan olahraga lain. Lalu kini kami adakan simulasi,” ujar Dirdja.
Adapun lifter yunior menunjukkan peningkatan cukup positif saat simulasi. Rata-rata dari mereka mencatat kenaikan total angkatan hingga 5 kg dibandingkan dengan sebelumnya.
Rizki Juniansyah tampil paling meyakinkan dengan lonjakan angkatan hingga 16 kg dari angkatannya pada Kejuaraan Asia Yunior di Tashkent. Total angkatan lifter kelas 72 kg itu mencapai 323 kg (snatch 143 kg serta clean and jerk 180 kg).
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali turut memantau simulasi pelatnas angkat besi secara virtual. Menurut dia, kompetisi internal semacam ini memang dibutuhkan saat ini karena minimnya kegiatan olahraga di luar.
”Kami terus dorong kegiatan pelatnas untuk Olimpiade, terutama cabang yang kita harapkan seperti angkat besi. Kegiatan ini penting untuk persiapan prestasi mereka supaya tidak ada kejenuhan. Sudah dilakukan oleh bulu tangkis juga,” tutur Zainudin.
Angkat besi merupakan salah satu cabang yang ditargetkan meraih emas di Olimpiade Tokyo. Cabang tersebut sudah memastikan dua atlet, Eko dan Cantika, untuk tampil di multiajang empat tahunan itu.