Kemenangan AS Roma atas SPAL memiliki makna lebih untuk bek sayap kanan AS Roma, Bruno Peres. Pemain asal Brasil itu dalam dua musim tersingkir dari kemeriahan sepak bola Liga Italia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
FERRARA, KAMIS — Serigala ibu kota, AS Roma, boleh jadi berpesta ketika membantai tuan rumah SPAL, 6-1, dalam pekan ke-35 Serie A di Stadion Paolo Mazza, Ferrara, Italia, Kamis (23/7/2020) dini hari. Namun, kemenangan itu memiliki makna lebih untuk bek sayap kanan AS Roma, Bruno Peres. Dua golnya dalam laga itu menjadi pertanda kelahiran kembali pemain asal Brasil yang selama dua musim tersingkir dari ingar bingar sepak bola ”Negeri Pizza”.
Dalam laga itu, Peres mencetak gol melalui sepakan keras dari dalam kotak penalti lawan di menit ke-52 setelah mendapatkan bola muntahan dari lawan. Pemain kelahiran Sao Paulo, Brasil, 1 Maret 1990, itu kembali membuat gol lewat sepakan santai yang menukik bak pisang dari dalam kotak penalti lawan di menit ke-75 seusai menerima umpan datar dari bek Davide Zappacosta dari arah kanan permainan timnya.
Dua gol Peres menggenapi empat gol rekannya, yakni oleh penyerang Nikola Kalinic di menit ke-10, gelandang Carles Perez di menit ke-38, bek Aleksandar Kolarov di menit ke-47, dan penyerang Nicolo Zaniolo di menit ke-90. Raihan itu membuat AS Roma kembali ke peringkat kelima setelah sebelumnya tergusur ke peringkat keenam, yakni dengan perolehan 61 poin dari 35 laga.
”Saya sangat senang dengan kemenangan ini. Kami semua tahu bahwa kami harus memastikan tiga poin. Kami menang dengan nyaman. Kami tidak terlena sama sekali, bahkan satu menit pun. Kami terus fokus sepanjang laga tersebut,” ujar Peres dikutip laman resmi AS Roma seusai laga tersebut.
Performa Peres dalam laga itu seolah menjadi petanda dirinya telah lahir lagi. Paling tidak, pemain berusai 30 tahun itu bisa mencetak gol lagi di Serie A setelah terakhir kali membuat gol ketika AS Roma menang 3-0 atas Palermo dalam laga tandang pada 12 Maret 2017. Dwigol itu pun menjadi yang pertama untuknya di liga setelah 10 tahun menjalani karier profesional. Penampilan apik itu membuatnya ditahbiskan sebagai pemain terbaik dalam laga tersebut.
Adapun karier Peres sempat dinilai habis selama dua musim terakhir. Setelah digadang-gadang sebagai ”Douglas Maicon” baru selama memperkuat Torino di Serie A musim 2014/2015 dan 2015/2016, penampilannya justru menurun drastis sejak dibeli AS Roma pada musim 2016/2017.
Sesampai di ibu kota Italia, tubuh pemain bertinggi 178 sentimeter itu menjadi tambun dan pergerakannya kian melambat. Dirinya selalu telat kembali ke pertahanan seusai membantu serangan. Akibatnya, wilayah permainannya di sisi kanan selalu menjadi titik lemah atau sumber kebobolan tim di suatu laga.
Puncaknya, Peres dibuang oleh manajemen AS Roma ke Brasil, yakni dipinjamkan ke Sao Paulo untuk berlaga di Serie A Brasil selama 6 Juli 2018-3 Desember 2019. Karena performa Peres tak seusai harapan, klub asal kota kelahirannya itu pun tidak mau berlama-lama memakai jasanya. Akhirnya, dia dipinjamkan ke Sport Club do Recife untuk berlaga di Serie B Brasil selama 26 September 2019-31 Desember 2019.
Kembali ke Italia
Sekembalinya Peres ke Italia di awal 2020, AS Roma sempat enggan memakai lagi jasanya. Kariernya kian terkatung-katung ketika tim utama klub berjersei merah-oranye itu menitipkannya ke tim Primavera AS Roma atau tim muda AS Roma.
Namun, keajaiban datang untuk Peres ketika AS Roma diterpa badai cedera yang membuat tiga pemain yang biasa mengisi pos bek kanan tidak bisa bermain, yakni Leonardo Spinazzola, Zappacosta, dan Davide Santon. Kondisi kian parah karena klub yang berdiri sejak 7 Juni 1927 itu sudah telanjur meminjamkan Alessandro Florenzi ke Valencia di La Liga Spanyol.
Mau tidak mau, Pelatih AS Roma Paulo Fonseca harus memanggil dan menggunakan jasa Peres untuk mengisi kekosongan pos di sisi kanan pertahanan tim. Peres pun kembali menginjakkan kaki di Serie A ketika AS Roma takluk 1-2 dari Juventus dalam laga kandang pada 13 Januari 2020. Saat itu, dirinya hanya mendapatkan waktu bermain selama dua menit.
Pelan tetapi pasti, Peres yang tak pernah lagi diharapkan justru terus mendapatkan kepercayaan bermain sejak awal tahun ini hingga sekarang. Titik baliknya terjadi seusai AS Roma mengalami tiga kekalahan beruntun, yakni 0-2 dari AC Milan dalam laga tandang pada 28 Juni, 0-2 dari Udinese dalam laga kandang pada 3 Juli, dan 1-2 dari Napoli dalam laga tandang pada 6 Juli.
Setelah tren buruk itu, Fonseca melakukan eksperimen dengan mencoba formasi tiga bek, yakni 3-4-2-1. Dalam formasi itu, pelatih asal Portugal itu menempatkan Peres sebagai gelandang sayap kanan. Ternyata Peres mampu memerankan tugas itu dengan baik. Ditunjang tubuh dan pergerakan yang ideal, dirinya bisa membantu serangan sesuai harapan.
Lima laga terakhir, Peres pun selalu menjadi pemain utama atau starter di setiap laga. Bahkan, dirinya mendapat kepercayaan bermain penuh di tiga laga yang ada. Selain membantu timnya meraih empat kemenangan dan satu imbang, dia pun mampu menyumbangkan satu asis ketika AS Roma menaklukkan Parma, 2-1, dalam laga kandang pada 9 Juli dan dua gol yang baru saja dicetak tersebut.
Peres, dikutip Corriere dello Sport, Kamis, mengatakan, sekembali ke Roma, dirinya berbicara banyak dengan pelatih dan mendapatkan pemahaman bahwa dia harus mengubah sikap menjadi lebih profesional jika ingin bertahan. Dia pun mencoba menjalankan semua instruksi yang ada dan membuahkan hasil positif.
Selain itu, Peres menyatakan terbantu dengan permainan AS Roma saat ini yang menggunakan tiga bek. Formasi yang ada sekarang merupakan formasi yang familiar untuknya ketika masih membela Torino.
”Di posisi sekarang (gelandang sayap kanan), saya berada jauh lebih ke depan sehingga membuat saya lebih mudah untuk berkonsentrasi menyerang. Sebab, saya jadi lebih dekat dengan gelandang dan penyerang serta jauh dari kotak penalti sendiri,” katanya.
Fonseca pun mengapresiasi penampilan Peres sejauh ini. Menurut dia, performa Peres terus membaik dari waktu ke waktu dan telah menjadi bagian penting tim saat ini. ”Saya berharap semua pemain, termasuk Peres, terus berkonsentrasi menatap semua laga berikutnya (tiga laga tersisa di Serie A musim ini),” ujarnya dikutip laman resmi AS Roma.
Menjaga tiket Eropa
Terlepas dari performa Peres, kemenangan itu membuat AS Roma kembali menjaga asa meraih tiket langsung ke Liga Europa musim depan. Saat ini, mereka bersaing ketat dengan dua rival terkuatnya dalam perebutan tiket Liga Europa, yakni AC Milan di peringkat keenam dengan 59 poin dari 35 laga dan Napoli di peringkat ketujuh dengan 56 poin dari 35 laga.
Pada tiga laga terakhir musim ini, AS Roma masih menjamu Fiorentina pada 27 Juli, bertandang menghadapi Torino pada 30 Juli, dan menjamu Juventus pada 2/3 Agustus. Di atas kertas, ketiga laga itu cukup berat sehingga kemenangan atas SPAL amat penting sebagai modal untuk terus menjaga jarak dengan AC Milan dan Napoli. ”Para pemain kian termotivasi dan bermain baik. Kami berupaya memenangi setiap laga yang kami jalani,” ujar Fonseca.
Setidaknya, AS Roma juga punya modal kondusivitas ruang ganti. Hal itu ditandai dengan penampilan apik Zaniolo ketika menghadapi SPAL seusai diterpa isu miring perseteruannya dengan Fonseca dan bek Gianluca Mancini. Setelah AS Roma menang atas Verona, 2-1, dalam laga kandang pada 16 Juli, Fonseca dan Mancini mengkritik penampilan Zaniolo yang dinilai lebih mementingkan diri sendiri ketimbang tim.
Namun, Zaniolo bisa membuktikan kontribusinya melalui gol sensasional dengan berlari menggiring bola lebih dari setengah lapangan dan mengelabui lima pemain sebelum melepas tembakan keras ke pojok kiri atas gawang SPAL. Setelah laga lawan SPAL, Zaniolo pun dihampiri dan bersalaman baik dengan Fonseca maupun Mancini.
”Tidak ada masalah dengan Zaniolo. Dia adalah pemain berbakat, pemain yang sangat penting bagi Roma. Tidak adil menciptakan semua tekanan kepada Zaniolo yang masih muda. Kita harus menumbuhkannya dengan keseimbangan,” tutur Fonseca.
Sejauh ini, bagi AS Roma, AC Milan menjadi ancaman utama. Apalagi, di pengujung akhir kompetisi musim ini, ”Setan Merah” dari Milan itu hanya berkonsentrasi pada Serie A. Di tiga laga terakhir, mereka masih menjamu Atalanta pada 25 Juli, bertandang menghadapi Sampdoria pada 30 Juli, dan menjamu Cagliari pada 2 Agustus.
Adapun Napoli sudah mulai mengendur. Lagi pula, ”Keledai Biru” memang sudah meraih tiket langsung ke Liga Europa yang didapat dari juara Piala Italia musim ini. Bahkan, pada pekan ke-35, Napoli justru tumbang 1-2 dari tuan rumah Parma.
”Akhir-akhir ini, kami berjuang untuk menyelesaikan berbagai peluang menjadi gol. Kami harus meningkatkan kualitas menggiring bola di setengah lapangan lawan, melawan lawan dengan permainan lebih cepat,” pungkas Pelatih Napoli Gennaro Gattuso, dikutip Corriere dello Sport, seusai laga lawan Parma.