Para pebulu tangkis tunggal putri yunior diharapkan bisa memberi perlawanan ketat pada pekan penutup turnamen internal Mola TV PBSI Home Tournament di Pelatnas Cipayung, 22-24 Juli 2020.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai nomor dengan prestasi paling tertinggal dari nomor lainnya di kategori senior, tunggal putri yunior Indonesia sebenarnya punya nama di level internasional. Para pemain berusia 18 tahun ke bawah ini diharapkan bisa memberi perlawanan ketat, bahkan kejutan, dalam Mola TV PBSI Home Tournament pada pekan terakhir, 22-24 Juli 2020.
Diikuti 16 pemain yang dibagi dalam empat grup pada babak penyisihan, tunggal putri menjadi nomor terakhir yang dipertandingkan dalam turnamen internal pelatnas bulu tangkis Indonesia itu. Turnamen ini diselenggarakan dalam masa kosongnya kompetisi akibat pandemi Covid-19. Semua kejuaraan internasional dihentikan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) sejak pertengahan Maret. Ajang tingkat nasional pun tak digelar.
Turnamen internal ini diikuti gabungan pemain pelatnas utama dan pratama, berlangsung pada Rabu-Jumat setiap pekan untuk setiap nomor. Ganda putra menjadi nomor pertama yang dipertandingkan pada 24-26 Juni, dengan dijuarai Fajar Alfian/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Setelah itu, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti menjuarai ganda campuran, diikuti Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra) dan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto (ganda putri).
”Nomor tunggal putri akan ramai karena level mereka berimbang. Mungkin, hanya ada dua hingga tiga unggulan yang kemampuannya sedikit di atas pemain lain,” ujar Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Berdasarkan daftar peringkat dunia, empat unggulan teratas turnamen ini ditempati Gregoria Mariska Tunjung, Fitriani, Ruselli Hartawan, dan Choirunnisa. Mereka menjadi bagian dari delapan atlet pelatnas utama tunggal putri. Delapan peserta lainnya adalah anggota pelatnas pratama yang semuanya berstatus pemain yunior, berusia 18 tahun ke bawah.
Pemain-pemain muda tampil lebih berani, seharusnya mereka bisa lebih lepas, main tanpa tekanan dibandingkan dengan pemain senior.
Selain mereka, ada satu pemain yunior, yakni Putri Kusuma Wardani (18), yang telah bergabung di pelatnas utama. Atas dasar ini, peringkat kelima yunior dunia tersebut menjadi salah satu pemain yang berpotensi menyulitkan para senior, termasuk Gregoria yang berada satu grup dengan Putri, di Grup M.
Selain Putri, tunggal putri yunior Indonesia juga memiliki Stephanie Widjaja yang menempati peringkat 10 besar dunia. Pemain berusia 17 tahun itu mencapai prestasi tertingginya, Maret, dengan menjadi finalis Jerman Yunior Grand Prix.
Dalam struktur turnamen yunior, kategori grand prix (GP) merupakan level tertinggi. Selain Jerman, tiga turnamen lain berlevel sama yaitu GP Belanda, GP Pembangunan Jaya Raya, dan GP India Internasional. Namun, akibat pandemi Covid-19, Pembangunan Jaya Raya dan India Grand Prix 2020 batal diselenggarakan.
Stephanie dan dua pemain yunior lainnya, Saifi Rizka Nur Hidayah dan Tasya Farahnailah, bisa menjadi batu sandungan bagi Ruselli pada Grup O. Saifi, peringkat ke-30 dunia yunior, adalah juara GP Belanda Internasional, Maret.
Adapun Tasya (15 tahun) menjadi salah satu dari dua atlet termuda tunggal putri selain Ester Nurumi Tri Wardoyo (14). Semula, keduanya disiapkan untuk memperkuat Indonesia pada Olimpiade Remaja Dakar 2022, tetapi seperti diumumkan Komite Olimpiade Internasional (IOC), pekan lalu, Olimpiade Remaja di ibu kota Senegal itu mundur menjadi 2026.
Keberadaan pemain-pemain yunior itu diwaspadai Gregoria (20), yang ditempatkan sebagai unggulan pertama. Sebagai tunggal putri terbaik Indonesia saat ini yang menempati peringkat ke-21 dunia, Gregoria berpeluang menjadi juara. Apalagi, dia berpengalaman bersaing dengan pemain-pemain elite dunia.
Akan tetapi, juara dunia yunior 2017 itu tak ingin menyepelekan ”adik-adiknya”. ”Pemain-pemain muda tampil lebih berani, seharusnya mereka bisa lebih lepas, main tanpa tekanan dibandingkan dengan pemain senior,” kata Gregoria dalam laman PP PBSI.
Karena tak ada turnamen yang bisa diikuti sejak terakhir kali tersingkir pada babak kedua All England, Gregoria pun menyiapkan diri mengikuti turnamen internal pelatnas bulu tangkis, seperti menghadapi turnamen resmi.
”Persiapannya banyak, hampir mirip persiapan turnamen biasa, terutama mempersiapkan mentalnya. Lawannya adalah teman-teman sendiri yang sudah tahu kelebihan dan kekurangan kita,” lanjut juara dunia yunior 2017 itu.