Chelsea dan Arsenal akhirnya bertemu di final Piala FA Inggris musim ini. Laga final tersebut bakal menjadi puncak ujian bagi kedua tim yang sama-sama belum tuntas bertransformasi itu.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Laga final Piala FA musim ini di Stadion Wembley, Sabtu (1/8/2020), akan mempertemukan dua tim yang masih ”setengah jadi”, yaitu Chelsea dan Arsenal. Kedua tim telah memiliki pijakan untuk membentuk karakter yang kuat. Akan tetapi, mereka masih butuh waktu untuk dipoles dan matang dengan pemain-pemain barunya.
Pijakan yang dimiliki kedua tim hampir sama. Baik Chelsea maupun Arsenal sedang bertransformasi di tangan eks pemain yang kini menjadi manajer. Chelsea melaju bersama manajer Frank Lampard yang pernah merasakan tiga trofi Liga Inggris, empat trofi Piala FA, dan satu trofi Liga Champions bersama ”The Blues”.
Adapun Arsenal menatap era baru bersama manajer yang juga mantan gelandangnya, Mikel Arteta. Koleksi trofi Arteta tidak sebanyak milik Lampard, salah satu mantan pemain tersukses yang pernah dimiliki Chelsea. Arteta hanya bisa merasakan dua trofi kompetisi besar, yaitu Piala FA, bersama tim ”Meriam London” pada 2014 dan 2015.
Namun, Arteta memahami filosofi klub dan punya kelebihan lain, yaitu dalam hal menyusun taktik. Ia berpengalaman menjadi asisten manajer Manchester City, mendampingi Pep Guardiola, selama 3,5 tahun.
Lampard dan Arteta kini menjadi dua manajer muda yang ditantang untuk mengembalikan kejayaan klubnya masing-masing seperti ketika masih menjadi pemain. Keberhasilan kedua tim melaju hingga final Piala FA sudah membuktikan jalan mereka sudah benar. Padahal, keduanya baru mencapai separuh perjalanan dalam upaya membangun kembali kejayaan kedua klub asal London itu.
”Kami sedang mengerjakan sesuatu dan ini tidaklah mudah. Kami telah melihat hal sama yang dikerjakan tim-tim lain dalam beberapa tahun terakhir. (Membangun tim) harus selangkah demi selangkah dan kami sudah menunjukkan hasil bagus tahun ini,” ungkap Lampard mengenai timnya saat ini.
Kemenangan atas Manchester United pada semifinal Piala FA di Stadion Wembley, Senin (20/7/2020) dini hari WIB, adalah salah satu hasil yang dimaksud Lampard. Tim ”Setan Merah” sebetulnya sedang dalam performa terbaiknya di Liga Inggris. Akan tetapi, Chelsea mampu membuat mereka tidak berdaya di Wembley. Chelsea menang telak, 3-1, di laga itu.
Dua gol Chelsea yang diciptakan Olivier Giroud dan Mason Mount merupakan gol yang terjadi berkat kesalahan kiper MU, David De Gea. Kiper asal Spanyol itu membuat kesalahan saat mengantisipasi tendangan Giroud dan Mount. Unggul dua gol ketika laga baru berjalan 46 menit membuat Chelsea semakin percaya diri, sedangkan MU justru kian panik.
MU kembali melakukan kesalahan yang dilakukan bek sekaligus kapten Harry Maguire yang berusaha mengantisipasi umpan silang Marcos Alonso, tetapi malah menjadi gol bunuh diri. Keganasan MU mendadak lenyap dan mereka pun hanya bisa membalas gol melalui tendangan penalti yang dieksekusi Bruno Fernandes.
Padahal, MU mampu mengalahkan Chelsea berturut-turut pada tiga laga terakhir di semua kompetisi sebelum laga semifinal ini. The Blues pun menuntaskan dendam kekalahan beruntun itu dan menjadi pihak yang tertawa terakhir karena pentingnya gelar juara Piala FA bagi kedua tim.
Janji Lampard
Namun, Lampard mengingatkan bahwa kemampuan mereka belum seberapa karena ia berjanji Chelsea akan tampil lebih kuat lagi pada musim depan. ”Mengingat apa yang telah dilakukan pada musim panas ini, masih akan ada lagi kemajuan yang bakal kami perlihatkan. Kami sekarang ingin memenangi final (Piala FA). Kami ingin memangkas jarak (dengan tim-tim teratas di Inggris seperti Liverpool dan Manchester City),” kata Lampard.
Pada musim panas ini, Chelsea telah mendatangkan amunisi baru, seperti penyerang sayap Ajax, Hakim Ziyech, dan striker RB Leipzig, Timo Werner. The Blues pun dikabarkan masih berusaha memboyong bintang Bayer Leverkusen, Kai Havertz. Dengan potensi besar dari para pemain mudanya saat ini, Lampard bakal lebih mudah mempersiapkan tim yang lebih konsisten menghadapi berbagai kompetisi pada musim depan.
Sementara itu, Arteta tidak atau belum punya kemewahan seperti dirasakan Lampard dengan membeli pemain-pemain berkualitas. Belum lama ini, Arteta mengungkapkan kekhawatirannya karena klubnya sepertinya tidak memberi dukungan anggaran yang memadai untuk bergerilya di bursa transfer.
Namun, Arsenal melaju ke babak final secara mengejutkan dengan mengalahkan Manchester City, 2-0. Dalam kondisi saat ini, di tengah dukungan finansial yang kurang maksimal, kemenangan itu membuat Arteta semakin yakin potensi skuad yang dimilikinya sangat besar.
Menjuarai Piala FA menjadi jalan terbaik bagi Arsenal untuk memperkuat keuangan dan menambah anggaran untuk belanja pemain baru di musim depan.
Jalan terbaik Arsenal
Menjuarai Piala FA menjadi jalan terbaik bagi Arsenal untuk memperkuat keuangan dan menambah anggaran untuk belanja pemain baru di musim depan. Kemenangan di final akan memudahkan jalan mereka tampil kembali di kompetisi Eropa.
Tim yang menjuarai Piala FA otomatis bakal mendapatkan tiket bermain di Liga Europa musim depan. Tiket itu bakal sulit diraih Arsenal dari jalur Liga Inggris mengingat mereka kini masih bercokol di peringkat kesepuluh kompetisi itu.
Arsenal pun percaya diri menatap final Piala FA karena punya rekor mentereng. Dalam 18 tahun terakhir, mereka selalu juara ketika lolos ke final turnamen itu. Enam trofi Piala FA mereka raih sejak 2002.
Namun, Chelsea tidak bisa disepelekan. ”Sangat jelas kami akan menghadapi tim yang sulit. Saya tertarik melihat bagaimana mereka akan bermain dan tentunya formasi dan pemain yang dipilih,” ujar Arteta. (AFP/REUTERS)