Para petenis dunia ragu untuk tampil di Grand Slam Amerika Serikat Terbuka karena kondisi AS yang kini menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
AUGSBURG, MINGGU - Meski dijanjikan akan diselenggarakan dengan protokol kesehatan yang ketat, turnamen tenis Amerika Serikat Terbuka tampaknya akan kehilangan makin banyak “penggemar”. Sekitar 1,5 bulan menjelang penyelenggaraan Grand Slam di Flushing Meadows, New York itu, makin banyak petenis yang ragu untuk bertanding karena tingginya kasus infeksi Covid-19 di AS.
“Lebih dari 50 persen dari diri saya mengatakan, ini bukan waktu yang tepat untuk memulai lagi, apalagi akan diselenggarakan di Amerika,” kata petenis tunggal putra, Philipp Kohlschreiber, dalam media di Jerman, Augsburger Allgemeine, Minggu (19/7/2020).
Asosiasi Tenis AS (USTA) telah memastikan bahwa Grand Slam di lapangan keras itu akan berlangsung sesuai jadwal, 31 Agustus-13 September, tanpa penonton. USTA bahkan memindahkan turnamen ATP/WTA Cincinnati ke tempat yang sama dengan AS Terbuka, pada 22-28 Agustus dengan tujuan membatasi mobilitas atlet.
Selain tanpa penonton, berbagai skenario disiapkan untuk memperkecil peluang penularan virus, seperti melakukan tes kesehatan dan membatasi orang yang datang ke arena pertandingan. Peserta pun diminta untuk tinggal di hotel yang telah ditentukan.
Akan tetapi, fakta bahwa AS telah menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak (3,8 juta kasus dengan lebih dari 140.000 kematian) membuat petenis khawatir untuk datang. Roger Federer dipastikan tak datang karena menjalani masa pemulihan operasi lutut. Novak Djokovic dan juara bertahan, Rafael Nadal, juga menyatakan keraguan untuk berpartisipasi.
Kekhawatiran makin tinggi karena AS Terbuka tak akan dihentikan meski di tengah turnamen ditemukan atlet yang terinfeksi. “Jika ada yang positif saat turnamen, itu akan menyebar dengan cepat. Tentu saja semua petenis ingin bertanding, tetapi pertanyaannya adalah, ‘Apakah masuk akal untuk memulai kompetisi di AS dalam situasi seperti ini?’,” ujar Kohlschreiber, perempat finalis Wimbledon 2012.
Baru-baru ini, CEO Asosiasi Tenis Profesional (ATP) Andrea Gaudenzi menyatakan, dua Grand Slam yang akan diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19, AS dan Perancis Terbuka, tak akan dihentikan meski ditemukan atlet terinfeksi.
“Setelah dinyatakan akan diselenggarakan, tak ada alternatif lain. AS dan Perancis Terbuka tak akan dihentikan meski ada atlet positif saat turnamen. Atlet itu akan dikarantina dan turnamen tetap berjalan. Ada protokol setebal 70 halaman untuk melindungi pemain,” Gaudenzi pada Sky Sports Italia.
Rumit
Petenis Italia, Matteo Berrettini, menyatakan, rumitnya situasi di AS membuatnya sulit untuk memastikan tampil Flushing Meadows. Itu karena adanya peraturan bahwa dia harus menjalani karantina dua pekan di negaranya sekembali dari AS.
Padahal, petenis akan dihadapkan pada rangkaian turnamen tanah liat di Eropa. Dimulai dengan Madrid Masters, 13-20 September, lalu Roma Masters, 20-27 September, turnamen tanah liat akan mencapai puncaknya pada Perancis Terbuka di Roland Garros, 27 September-11 Oktober.
Petenis putri Petra Kvitova pun menyatakan, beberapa rekannya tak akan bertolak menuju Flushing Meadows. “Saya tahu ada yang tak akan tampil di sana karena ada berbagai peraturan yang membatasi mobilitas. Saya sendiri masih melihat perkembangan situasi dan larangan-larangan apa yang berlaku,” tutur Kvitova kepada BBC. Kvitova saat ini mengikuti turnamen ekshibisi di Berlin, Jerman, bersama beberapa petenis bintang lainnya seperti Elina Svitolina dan Andrea Petkovic.
Setelah dihentikan sejak pertengahan Maret karena pandemi Covid-19, turnamen tenis resmi direncanakan berlangsung kembali Agustus. Turnamen putra akan dimulai dengan ATP Washington, AS, pada 14-21 Agustus. Adapun turnamen putri dimulai di Palermo, Italia, 3-9 Agustus.