Lazio akan bertamu ke kandang Juventus dalam pekan ke-34 Liga Italia, Selasa dini hari WIB. Keterbatasan kedalaman skuad hingga badai cedera membuat Lazio terlempar dari persaingan ”scudetto” di musim ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
TURIN, MINGGU — Meskipun Liga Italia masih menyisakan lima laga, Lazio sudah tidak bernafsu memburu scudetto ketiga sepanjang sejarah klub di musim ini. Alhasil, laga melawan Juventus, Selasa (21/7/2020) pukul 02.45 WIB, di Stadion Allianz Arena hanya menjadi ajang bagi ”Si Biru Langit” untuk memantapkan posisi di empat besar, sekaligus kembali ke pentas Liga Champions musim depan.
Padahal, ketika Liga Italia terhenti, awal Maret lalu, di pekan ke-27, Lazio tengah dalam momentum terbesar dalam dua dekade terakhir untuk kembali berkuasa di Italia. ”Si Elang” hanya tertinggal dua poin dari Juventus yang menguasai klasemen sehingga mulai berani bermimpi untuk kembali meraih scudetto seperti pada musim 1999/2000.
Selain itu, Lazio mencatatkan rekor cemerlang dengan tidak terkalahkan dalam 21 laga di liga. Lazio juga sukses mengalahkan Juventus, 3-1, dalam perebutan Piala Super Italia, Desember lalu. Raihan trofi itu menumbuhkan kepercayaan diri bagi skuad Lazio untuk mengakhiri dominasi ”Si Nyonya Besar” di Italia dalam delapan tahun terakhir.
Namun, ketika liga kembali dimulai, akhir Juni, Lazio justru menjauh dari persaingan scudetto. Di laga perdana pada era wabah Covid-19 ini, Lazio langsung tumbang dari tim fenomenal Atalanta dengan skor 2-3. Meskipun sempat menang atas Fiorentina dan Torino, Si Elang gagal mengumpulkan poin pada empat pertandingan terakhir. Dari laga melawan AC Milan, Lecce, Sassuolo, dan Udinese, anak asuhan Simone Inzaghi hanya mendapatkan satu poin setelah bermain imbang tanpa gol lawan Udinese.
Direktur Komunikasi Lazio Arturo Diaconale mengatakan, jeda Covid-19 telah membuyarkan momentum Lazio untuk mengambil alih scudetto dari Juventus. Ia menekankan, Lazio akan memetik hikmah dari perjalanan di musim ini untuk memperbaiki diri di musim depan agar bisa menjaga persaingan di papan atas hingga akhir musim.
”Dari sisi pola permainan, kami yakin Lazio memiliki peluang untuk mengulang perjalanan indah musim ini di masa depan. Namun, kami memerlukan keseimbangan di dalam skuad karena Juventus telah menunjukkan untuk menguasai liga memerlukan konsistensi meskipun di masa sulit,” ujar Diaconale seperti dikutip Tuttosport.
Pada tujuh laga terakhir di masa pandemi terlihat jelas masalah utama Lazio, yaitu kedalaman skuad. Ketika empat pemain utama, yaitu Stefan Radu, Lucas Leiva, Senad Lulic, dan Joaquin Correa, cedera, Lazio seperti kehilangan bentuk permainan terbaik. Kondisi itu diperparah dengan Ciro Immobile, Sergej Milinkovic-Savic, dan Luis Alberto yang kelelahan karena harus bermain penuh setiap tiga atau empat hari.
Dari 25 pemain di tim utama Si Elang, hanya 14 pemain yang memiliki kesempatan bermain lebih dari 1.500 menit, atau paling sedikit 19 laga di liga. Sementara itu, terdapat 14 pemain yang telah bermain lebih dari 1.500 menit dari total 22 pemain di skuad utama Juventus.
Leiva yang tengah berjuang pulih dari cedera lutut berkeinginan segera kembali bermain, terutama sebelum liga berakhir. Mantan pemain Liverpool itu berencana menunda operasi lutut hingga akhir musim. Operasi itu akan membuatnya menepi selama tiga bulan.
”Saya berharap bisa segera kembali ke dalam tim,” kata Leiva yang telah bermain sebanyak 30 pertandingan di liga musim 2019/2020.
Lee Bushe dalam blognya di Football-Italia menuliskan bahwa penurunan performa Lazio di jelang akhir musim ini tidak bisa sepenuhnya dibebankan di pundak Inzaghi. Pasalnya, Inzaghi telah berusaha maksimal untuk memanfaatkan semua pemain di dalam skuad Lazio.
”Musim ini membuktikan bahwa Inzaghi tidak memiliki opsi untuk melakukan rotasi. Kehancuran penampilan Lazio di Liga Europa telah memperlihatkan masalah utama Si Elang ketika harus bermain tanpa sejumlah pemain inti,” tulis Bushe.
Tidak menentukan
Terkait pertemuan melawan Juventus di pekan ke-34, Diaconale menilai laga itu tidak lagi menentukan dalam perebutan gelar Liga Italia. Lazio, tambahnya, memilih fokus untuk meraih tiket Liga Champions. Secara matematis, Lazio yang berada di peringkat keempat dengan 69 poin hanya memerlukan tiga poin di lima laga pemungkas untuk kembali berlaga di Liga Champions setelah absen 12 tahun. Di musim ini, Lazio dan Juventus telah dua kali bertemu, masing-masing di liga dan Piala Super Italia, dan Si Elang selalu menang dengan skor identik 3-1.
”Yang terpenting, semua pemain bisa bereaksi baik atas performa buruk di beberapa laga terakhir ketika berhadapan dengan Juventus. Sebagai seorang fan, saya puas apabila kami membawa pulang hasil imbang,” kata Diaconale.
Sementara itu, gelandang Juventus, Adrien Rabiot, berpendapat serupa. Juventus, lanjutnya, berambisi kembali ke jalur kemenangan ketika menghadapi Lazio, tetapi hasil laga kontra Si Elang tidak akan memastikan Si Nyonya Besar sebagai juara Liga Italia musim ini.
Juventus juga gagal menang di tiga laga terakhir ketika melawan AC Milan, Atalanta, dan Sassuolo. Dari ketiga pertandingan itu, Juventus hanya membawa pulang dua poin. Meski begitu, Rabiot menolak bahwa timnya tengah mengalami penurunan penampilan.
”Posisi kami di klasemen masih baik karena kami berada di peringkat pertama. Namun, kami harus lebih baik mengatur momen di setiap laga agar tidak lagi menderita setelah unggul,” ucap pemain berkebangsaan Perancis itu. Dalam laga melawan Milan dan Sassuolo, Si Nyonya Besar kehilangan poin penuh setelah unggul 2-0.
Hingga pekan ke-33, Juventus masih unggul enam poin di puncak klasemen dari Inter Milan dan Atalanta yang memiliki 71 poin. Untuk mengunci gelar scudetto kesembilan beruntun, Si Nyonya Besar hanya membutuhkan tiga kemenangan dari lima laga tersisa.
Tertahan
Sementara itu, Atalanta harus puas meraih satu poin ketika hanya bermain imbang 1-1 melawan Hellas Verona di pekan ke-34, Sabtu (18/7/2020). Hasil itu membuat ”Si Dewi” gagal memperpendek jarak poin menjadi empat poin dengan Si Nyonya Besar. Andai Juventus menang atas Lazio, margin poin kedua tim menjadi sembilan.
”Sejak liga dimulai kembali, kami memang telah meraih hasil yang membuat kami layak sebagai pesaing scudetto. Namun, berbicara scudetto di musim ini sangat berlebihan dan tidak pernah menjadi tujuan kami, sebab kami hanya berpikir untuk kembali berlaga di Liga Champions musim depan,” kata Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini kepada Sky SportItalia. (AFP)