Arsenal terus berusaha belajar dari kesalahan bersama sang manajer Mikel Arteta. Mereka pun melangkah ke final Piala FA dengan menyingkirkan sang juara bertahan Manchester City.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Arsenal merasakan dua hal yang menggembirakan setelah mengalahkan Manchester City, 2-0, pada laga semifinal Piala FA di Stadion Wembley, Minggu (19/7/2020) dini hari WIB. Mereka melangkah ke babak final Piala FA dan Manajer Arsenal Mikel Arteta terbukti sebagai murid yang baik.
Sekitar satu bulan lalu, pada 17 Juni 2020, City menjamu Arsenal saat Liga Inggris kembali dilanjutkan setelah terhenti karena pandemi Covid-19. Laga tersebut menjadi pertarungan perdana antara sang guru dan muridnya, antara Manajer City Pep Guardiola dan Arteta.
Selama sekitar 3,5 tahun hingga Desember 2019, Arteta menjadi asisten Guardiola di City. Mereka berdua menikmati dua trofi Liga Inggris, dua trofi Piala Liga Inggris, dan satu trofi Piala FA. Selama berada di City, Arteta banyak belajar dari Guardiola tentang cara mengelola sebuah tim juara.
Pada laga Juni lalu, Guardiola mengatakan Arteta sangat mengenal karakter City dan bakal menjadi lawan yang menyulitkan. Entah pernyataan tersebut merupakan penilaian obyektif Guardiola atau sekadar untuk menyenangkan Arteta, tetapi penilaian itu meleset karena Arsenal justru menelan kekalahan, 0-3.
Satu bulan berikutnya, sebelum menjalani laga semifinal Piala FA ini, Guardiola kembali memuji Arteta. Ia mengatakan Arteta sebagai sosok yang paling tepat untuk memimpin Arsenal kembali ke masa-masa kejayaan. Ia merasa Arteta bakal menyajikan sesuatu yang unik dan kali ini prediksi tersebut tepat.
Arteta rupanya telah belajar dari kesalahan selama satu bulan ini dan sukses mengungkap kelemahan City. Ia mengeksploitasi sisi terluar City yang lemah untuk membangun serangan yang mematikan yang berbuah dua gol Pierre-Emerick Aubameyang.
Gol pertama Aubameyang tercipta berkat umpan Nicolas Pepe dari sisi kanan. Umpan silang akurat Pepe mendarat tepat di kaki Aubameyang yang datang dari sisi kiri. Gol ini tercipta setelah para pemain Arsenal melakukan 18 operan, dimulai dengan memainkan bola di daerah pertahanan untuk menarik para pemain City dan seketika bola bergerak cepat ke depan.
Pola permainan semacam ini merupakan gaya permainan Guardiola yang dipraktikkan Arteta di Arsenal. Menurut Arteta, upayanya itu belum seperti yang diharapkan. ”Anda ingin kami bermain seperti City? Setelah kompetisi terhenti dua bulan dan banyak pemain cedera, hal itu mustahil dilakukan. Saya butuh beradaptasi,” ujar Arteta dikutip The Telegraph.
Sementara gol kedua tercipta berkat kecerdikan bek Arsenal, Kieran Tierney, memecah fokus pemain City. Begitu Aubameyang siap melakukan sprint, Tierney lantas memberikan umpan lambung. Aubameyang tinggal memamerkan kemampuannya pada situasi satu lawan satu dengan kiper.
”Supaya bisa mengalahkan tim terbaik, Anda harus bisa mengambil kesempatan. Ketika diserang, semua pemain harus segera siap di garis pertahanan,” kata Arteta. Pertahanan yang solid menjadi faktor lain yang membuat Arsenal bisa memenangi laga ini. Sejak bertemu City pada Juni lalu, pertahanan Arsenal terus membaik.
Apalagi Arsenal juga baru saja mengalahkan Liverpool dalam laga Liga Inggris. Artinya, dalam dua laga beruntun, Arteta merasa bangga bisa mengalahkan dua tim terbaik di Eropa saat ini. Tim ”Meriam London” masih punya kesempatan untuk mengalahkan tim tangguh Inggris lainnya, yaitu Chelsea, pada laga final di ajang Piala FA ini.
Dengan tampil di final Piala FA, Arsenal punya peluang meraih tiket ke Liga Europa musim depan. Tiket tersebut masih sulit diraih melalui Liga Inggris karena mereka masih berada di peringkat ke-10 dengan 53 poin.
Beri masukan
Pada laga di Wembley itu, Arteta sebenarnya melakukan hal yang biasa ia lakukan bersama Guardiola di City. Arteta mencoba memberi masukan kepada Guardiola mengenai apa yang harus dibenahi. Namun, Arteta kini memberi masukan tersebut dengan cara berbeda, yaitu mengalahkan City.
Penampilan buruk City itu menjadi alarm bagi Guardiola sebelum mereka menghadapi Real Madrid pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions. Ajang tersebut menjadi satu-satunya harapan City untuk menambah trofi pada musim ini selain Piala Liga Inggris yang telah mereka raih.
”Kami tahu standar yang kami butuhkan pada tahap ini. Saya tidak perlu mengatakan kepada pemain,” ujar Guardiola. Meski telah mengalahkan Real, 2-1, pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions itu, Guardiola wajib waspada. Real baru saja menjuarai Liga Spanyol dan sang pelatih, Zinedine Zidane, mulai memulihkan karakter Real sebagai tim yang pernah menjuarai Liga Champions selama tiga musim beruntun. (AFP/REUTERS)