AS Roma dan Inter Milan memburu kemenangan demi mencapai target. AS Roma ingin mengamankan tiket ke Liga Europa musim depan, sedangkan Inter Milan bertekad untuk menempel poin Juventus di puncak klasemen.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
ROMA, SABTU – Pertemuan antara Serigala Ibukota, AS Roma dan Si Ular Besar, Inter Milan dalam pekan ke-34 Serie A di Stadion Olimpico, Roma, Italia, Senin (20/7/2020) dini hari akan menjadi penentu nasib langkah mereka di sisa musim ini. Kedua tim sama-sama memburu kemenangan demi mencapai target, yakni AS Roma ingin mengamankan tiket ke Liga Europa musim depan sedangkan Inter Milan bertekad untuk terus memangkas selisih poin dari Juventus di puncak klasemen.
Jelang pertemuan kali ini, grafik penampilan AS Roma maupun Inter Milan sedang membaik. AS Roma meraih tiga kemenangan beruntun pasca mengalami tiga kekalahan beruntun, yakni menang 2-1 atas Hellas Verona dalam laga kandang (Kamis, 16/7), 3-0 atas Brescia dalam laga tandang (Minggu, 12/7), dan 2-1 atas Parma dalam laga kandang (Kamis, 9/7).
Hasil itu membuat klub berjersei merah-oranye itu berada di peringkat kelima dengan 57 poin dari 33 laga. Mereka pun kian bersemangat menjalani lima laga tersisa di musim ini untuk mengejar target realistisnya, yakni mengamankan satu tiket ke Liga Europa musim depan.
Untuk itu, menghadapi Inter Milan, AS Roma patut meraih poin penuh. Kalau kalah atau imbang, klub yang berdiri 7 Juni 1927 itu akan ditempel kembali dua pesaing beratnya, yakni Napoli di peringkat keenam dan AC Milan di peringkat ketujuh yang sama-sama mengoleksi 53 poin dari 33 laga.
Di sisi lain, setelah menjamu Inter Milan, AS Roma akan menjalani empat laga yang cukup berat. Mereka masih bertandang menghadapi SPAL (Kamis, 23/7), menjamu Fiorentina (Senin, 27/7), bertandang menghadapi Torino (Kamis, 30/7), dan bertandang menghadapi Juventus (Minggu, 2/8).
”Kemenangan atas Verona telah memberikan kepercayaan diri. Sekarang, kami mendapatkan momentum yang tepat untuk berada di puncak klasemen (memaksimalkan posisi di klasemen),” ujar penjaga gawang AS Roma Pau Lopez dikutip Corriere dello Sport, Kamis.
Misi menempel Juventus
Adapun Inter Milan meraih dua kemenangan beruntun setelah menuai sekali imbang dan sekali kalah, yakni 4-0 atas SPAL dalam laga tandang (Jumat, 17/7) dan 3-1 atas Torino dalam laga kandang (Selasa, 14/7). Hasil itu membuat klub berjersei biru-hitam itu berada di peringkat kedua dengan 71 poin dari 33 laga.
Inter Milan pun hanya berselisih enam poin dari Juventus di posisi pertama dengan 77 poin dari 33 laga. Mereka menjadi lebih antusias menjalani lima laga tersisa di musim ini untuk terus menempel, bahkan mengudeta Si Zebra dari Turin guna merengkuh scudetto atau juara Serie A.
Atas dasar itu, menghadapi AS Roma, Inter Milan harus meraih poin penuh. Kalau kalah atau imbang, klub yang berdiri 9 Maret 1908 itu akan kembali menjauh dari Juventus dan bisa disalip oleh dua klub di bawahnya, yakni Atalanta di peringkat ketiga dengan 70 poin dari 33 laga dan Lazio di peringkat keempat dengan 69 poin dengan 33 laga.
Di samping itu, usai berjumpa AS Roma, Inter Milan akan menjalani empat laga super berat. Mereka masih menjamu Fiorentina (Kamis, 23/7), bertandang menghadapi Genoa (Minggu, 26/7), menjamu Napoli (Rabu, 29/7), dan bertandang menghadapi Atalanta (Minggu, 2/8).
”Bagi kami, penting untuk mengirim sinyal tentang konsistensi, keyakinan, kelaparan, dan tekad. Ini adalah laga yang di atas kertas mungkin termasuk mudah tetapi Anda tidak boleh meremehkan siapa pun di Serie A. Kami ingin mengamankan tempat di Liga Champions musim depan, merebut kembali posisi kedua, dan lebih dekat dengan yang ada di depan kami (Juventus) walaupun mereka masih jauh,” kata pelatih Inter Milan Antonio Conte dikutip Football-Italia seusai Inter kontra Verona.
Laga ketat
Pertemuan AS Roma dan Inter Milan kali ini diprediksi akan ketat. Dilansir dari laman resmi Inter Milan, statistik mencatat, laga AS Roma dan Inter Milan kali ini akan menjadi laga ke-174 mereka di Serie A. Sejauh ini, Inter Milan lebih unggul dengan 72 kemenangan sedangkan AS Roma meraih 49 kemenangan.
Dari semua pertemuan itu, laga kedua tim nyaris selalu dibanjiri gol. Terbukti, dari 173 laga yang telah dijalani, mereka mencetak total gabungan gol mencapai 499 gol, terdiri atas AS Roma 222 gol dan Inter Milan 277 gol. Selangkah lagi, pertemuan mereka akan menjadil duel pertama yang mencatat total gabungan gol hingga 500 gol di Serie A.
Lagi pula, dua tahun terakhir, pertemuan AS Roma dan Inter Milan selalu sengit dengan hasil akhir seri. Pada laga pertama di Serie A musim ini pada 7 Desember 2019, mereka hanya bermain imbang 0-0. Terakhir kali AS Roma menang atas Inter Milan adalah 3-1 dalam laga tandang pada 27 Februari 2017, sedangkan terakhir kali Inter Milan menang atas AS Roma adalah 3-1 dalam laga tandang pada 27 Agustus 2017.
Dalam pertemuan kali ini, kedua pelatih juga akan saling adu formasi menyerang. Pelatih AS Roma Paulo Fonseca melakukan perubahan formasi dari biasanya menggunakan empat bek menjadi tiga bek. Sebelum menang atas Parma 2-1, AS Roma memang sempat mencoba formasi 5-3-2 ketika kalah 1-2 dari Napoli (Senin, 6/7), dan 4-2-3-1 di sejumlah laga sebelumnya yang berakhir negatif.
Namun, ketika menghadapi Parma, Fonseca coba bereksperimen dengan menerapkan formasi 3-4-2-1. Hasilnya, mereka berhasil meraih tiga poin atas Parma setelah menuai tiga kekalahan beruntun. Setelah itu, pelatih asal Portugal itu tetap mempertahankan pakem tersebut ketika menghadapi Brescia maupun Verona dan hasilnya sama positif.
Boleh jadi, formasi demikian tetap diterapkan ketika menjamu Inter Milan demi merebut poin penuh. ”Kami lebih agresif dengan tiga pemain belakang. Itu memberi kami peluang untuk maju lebih tinggi. Ada banyak area yang bisa diisi untuk melakukan improvisasi. Kami pun menciptakan banyak peluang di depan gawang,” tutur Fonseca dikutip Football-Italia beberapa waktu lalu.
Lebih nyaman
Lopez pun merasa lebih nyaman bermain dengan tiga bek di depannya. ”Pelatih berusaha melakukan yang terbaik untuk tim. Kami lebih baik dengan modul (formasi) baru ini. Bermain dengan tiga bek terasa lebih aman dan memberikan hasil lebih baik (tiga kemenangan beruntun),” ujar penjaga gawang asal Spanyol itu.
Conte pun bakal menyiapkan formasi menyerang. Ketika menang atas SPAL 4-0, mantan pelatih Juventus dan Chelsea itu menerapkan formasi super agresif, yakni 3-4-1-2 yang bertransformasi ke 4-2-4. Ia ingin skuad asuhannya menggempur dan terus mengurung pertahanan lawan.
Tak menutup kemungkinan, formasi seperti itu kembali diterapkan ketika bertandang ke kandang Roma. Apalagi mereka sedang berupaya untuk terus berada di jalur kemenangan. ”Formasi 4-2-4 adalah taktik yang pernah saya gunakan ketika melatih Bari dan Siena. Sangat memuaskan ketika Anda bisa mencetak gol dari formasi ini karena Anda melihat pekerjaan menjadi tidak sia-sia,” pungkas pelatih berusia 50 tahun tersebut.