Pola permainan baru yang bertumpu ke pertahanan kokoh jadi landasan Real Madrid meraih gelar Liga Spanyol ke-34. Pragmatisme Zinedine Zidane itu membawa Real ke ”sepuluh sempurna” dan kinerja terbaik dalam tiga dekade.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
MADRID, JUMAT - Gelar juara Liga Spanyol musim ini adalah tanda permulaan era baru Real Madrid, yakni setelah ditinggal Cristiano Ronaldo. Pelatih Real, Zinedine Zidane, menunjukkan cetak biru pola permainan baru yang cocok bagi ”Los Blancos” saat ini, yaitu mengedepankan pragmatisme demi hasil akhir.
Dibandingkan ketika Zidane mempersembahkan gelar Liga Spanyol perdana sebagai pelatih pada musim 2016-2017, catatan Real musim ini sebetulnya tidak istimewa. Pada musim itu, Real mampu menembus 106 gol dalam 38 pertandingan. Mereka bahkan mengumpulkan 93 poin di akhir musim gemilang itu.
Torehan gol itu disumbangkan empat pemain yang masing-masing mampu mencetak digit ganda dalam satu musim. Ronaldo menorehkan 25 gol, Alvaro Morata 15 gol, Karim Benzema 11 gol, dan Isco menyumbangkan 10 gol.
Setelah Ronaldo hijrah ke Juventus di musim panas 2018, Real kehilangan ketajamannya di lini depan. Dalam dua musim terakhir, Los Blancos tidak lagi mampu mencetak lebih dari 70 gol semusim. Pada musim ini, Real hanya menghasilkan 68 gol dari 37 laga yang telah dijalani.
Dari 68 gol itu, hanya Benzema dan Sergio Ramos yang mampu mencatatkan digit ganda gol. Benzema mengoleksi 21 gol, adapun Ramos menyumbangkan 10 gol lainnya.
[embed]https://youtu.be/g0Pyo8Qraac[/embed]
Keadaan itu membuat Zidane ibarat menghadirkan normal baru bagi Real. ”El Real” tidak lagi bergantung pada satu sosok pemain depan untuk mencatatkan nama di papan skor. Semua pemain dituntut memiliki tanggung jawab sama, baik dalam bertahan dan menyerang.
Alhasil, gol-gol Real di Liga Spanyol musim ini diciptakan 21 pemain berbeda. Hanya empat pemain, yaitu kiper Thibaut Courtois dan Alphonse Areola, bek Eder Militao, dan gelandang Brahim Diaz, yang belum mencetak gol. Menurut perusahaan penyedia data olahraga, Opta, Real menjadi tim dengan jumlah pemain terbanyak yang menyumbangkan gol dalam satu musim di abad ke-21 ini.
”Kami bermain sebagai tim, baik bertahan maupun menyerang. Semua pemain sama penting bagi kesuksesan kami karena kerja keras yang telah mereka berikan,” ucap Zidane seperti dikutip dari laman resmi klub itu, Jumat (17/7/2020).
Kemenangan 2-1 atas Villarreal pada pekan ke-37 menggenapkan raihan tiga poin beruntun di 10 laga terakhir liga di masa pandemi Covid-19. Dari tren kemenangan itu, El Real hanya satu kali menang dengan keunggulan tiga gol, yakni ketika menghadapi Valencia pada pekan ke-29.
Kemenangan tipis
Setelahnya, mereka hanya unggul satu atau dua gol. Bahkan, sebanyak tiga laga diakhiri dengan skor tipis 1-0 saat menghadapi Espanyol, Getafe, dan Athletic Bilbao.
Tiga kemenangan tipis itu menjadi titik balik Real dalam mengejar gelar juara Liga Spanyol musim ini. Dari tertinggal dua poin, ketika jeda kompetisi selama lebih dari 100 hari, Real lantas menggeser Barcelona sekaligus unggul empat poin. Hal itu tidak terlepas dari dua hasil imbang beruntun yang diraih ”El Barca” ketika menghadapi Celta Vigo dan Atletico Madrid pada laga pekan ke-32 dan 33.
Kemenangan tipis yang diraih Real dalam 10 laga terakhir membuktikan pola pendekatan pragmatis yang diterapkan Zidane. Di musim ini, Real meraih 13 kemenangan dengan margin satu gol dan 12 kali raihan tiga poin berbekal keunggulan dua gol.
Menurut gelandang Real, Toni Kroos, hal itu menandakan timnya telah memiliki keseimbangan dalam bermain. ”Kami banyak memenangi laga dengan skor 1-0, tetapi kami telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam bertahan. Itu adalah kekuatan kami karena kami perlu konsistensi untuk menguasai liga ini,” kata Kroos yang mencetak lima asis dan empat gol pada musim ini.
Kontroversi VAR
Namun, dua kemenangan atas Getafe dan Bilbao tidak lepas dari kontroversi. Pasalnya, gol semata wayang yang dicetak sang kapten, Sergio Ramos, di kedua laga itu diciptakan melalui eksekusi titik putih setelah wasit menyaksikan siaran ulang insiden pelanggaran melalui video assistant referee (VAR).
”Banyak orang menganggap wasit berpihak kepada kami. Itu hal wajar karena kami memenangkan laga dan memimpin klasemen,” kata Zidane usai laga melawan Bilbao, 5 Juli lalu.
Terlepas kontroversi itu, menurut gelandang Atletico Madrid, Saul Niguez, Real pantas menjuarai Liga Spanyol musim ini. Sebab, Real telah menunjukkan dominasinya lewat konsistensi di lapangan hijau.
”Liga selalu dimenangkan oleh satu tim yang bermain lebih baik di perjalanan kompetisi yang panjang. Saya merasa Real memiliki musim yang sangat komplet,” kata Saul.
Hal serupa diucapkan Pelatih Leganes Javier Aguirre. ”Real punya genetik pemenang yang membuat mereka bisa keluar dari situasi sulit,” ucapnya.
Kehilangan Ronaldo menjadi pembuktian kegeniusan Zidane. Setelah meraih 9 gelar di periode pertamanya menangani Real pada 4 Januari 2016 hingga Mei 2018, Zidane sempat meninggalkan klub itu setelah meraih tiga gelar Liga Champions beruntun. Ronaldo juga hijrah ke Juventus dengan mahar 100 juta euro (Rp 1,68 triliun).
Dua penerus Zidane, yaitu Julen Lopetegui dan Santiago Solari, gagal total mengeluarkan penampilan terbaik Real di era setelah perginya Ronaldo. Lopetegui dan Solari masing-masing lantas hanya bertahan sekitar empat bulan di Real. Presiden Real Madrid Florentino Perez kemudian memanggil pulang Zidane, 11 Maret 2019.
Terbaik dalam tiga dekade
Meskipun sempat menangani Real di dua bulan terakhir musim 2018-2019, Zidane baru sepenuhnya menunjukkan hasil evolusi Real pada musim ini. Real memang tidak setajam ketika memiliki Ronaldo di lini depan. Akan tetapi, pertahanan Real menjadi kokoh.
Hingga pekan ke-37, Real baru kebobolan 23 gol. Tidak heran, mengacu ESPN, pertahanan Real saat ini adalah yang terbaik dalam tiga dekade atau tepatnya 32 tahun terakhir.
Tim asuhan Zidane itu bahkan kini di ambang pencapaian memecahkan rekor terbaik pertahanan Real di Liga Spanyol. Rekor pertahanan terbaik Real di liga itu tercipta pada musim 1987-1988, yaitu hanya kemasukan 26 gol dalam 38 laga.
”Pertahanan adalah kunci kami memenangkan liga. Penting untuk memiliki soliditas di lini pertahanan guna meraih tujuan kami pada musim ini.(Thibaut Courtois)
”Pertahanan adalah kunci kami memenangkan liga. Penting untuk memiliki soliditas di lini pertahanan guna meraih tujuan kami pada musim ini,” ujar Courtois yang telah mencatatkan 18 laga tanpa kebobolan di Liga Spanyol musim ini.
Pada musim ini, catatan rata-rata kebobolan El Real hanya 0,62 gol per laga. Hal itu membuat Real menjadi tim dengan pertahanan terbaik di lima liga top Eropa. Catatan itu jauh lebih baik dibandingkan rata-rata kebobolan 1,2 gol pada musim lalu serta 1,07 gol pada musim 2016-2017, yaitu saat sebelumnya Real meraih trofi liga.
Menurut Andy West, penulis Liga Spanyol di BBC, keberhasilan Zidane mengembalikan gelar liga ke Real merupakan buah kehebatan pelatih kalem itu ”menyulap” para pemain bertahannya sekaligus membuat timnya tampil kompak.
Ia mampu mendorong para pemain bertahannya, seperti Ramos, mengeluarkan kemampuan terbaiknya setelah tampil buruk pada musim lalu.
”Kemampuan individu itu merupakan hasil suntikan pola pikir kolektif dan penerapan taktik yang disiplin oleh Zidane ke seluruh pemainnya. Tak bisa dimungkiri, gelar juara liga yang diraih Real musim ini dibangun dari pondasi di lini pertahanan,” tulis West dalam kolomnya di BBC.(REUTERS/AFP)