Pelatih Zinedine Zidane dianggap sebagai berkah "surgawi", setidaknya bagi Real Madrid. Bak penyihir, "Zizou" kembali mengubah tantangan dan situasi sulit menjadi prestasi serta kegembiraan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
MADRID, JUMAT - Tidak peduli aturan pembatasan jarak, kapten Real Madrid Sergio Ramos langsung memeluk dan mencium pelatihnya, Zinedine Zidane, setelah mereka memastikan gelar juara Liga Spanyol ke-34, Jumat (17/7/2020) dini hari WIB. Real tak lagi terkejar di puncak Liga Spanyol seusai membekap Villarreal 2-1 pada laga di Stadion Alfredo Di Stefano, Madrid, itu.
Adegan kemesraan pemain dan pelatih memang hal lumrah dalam selebrasi juara. Namun, adegan itu unik karena pemerannya Ramos, pemain bengal yang kerap bermasalah dengan para pelatih terdahulu, seperti Jose Mourinho dan Julen Lopetegui. Ramos nampak bermanja dengan Zidane.
Saat berbicara gelar juara, Ramos pun mengarahkan apresiasi ke ”Zizou”, julukan Zidane. Ramos menganggap Zizou sebagai sosok kunci yang membangkitkan Real.
”Zidane adalah kuncinya. Kami memercayai dia dan hasil kerjanya. Dia membuat semua pemain percaya padanya, tidak seperti pelatih sebelumnya. Sejak kedatangannya, dia seperti bisa mengubah semua hal yang disentuhnya menjadi emas,” kata Ramos.
[embed]https://youtu.be/g0Pyo8Qraac[/embed]
Ibarat penyihir, julukan Zidane lainnya, Ramos diubah menjadi pemain yang ”jinak”, namun garang di medan laga. Padahal, bek 34 tahun itu sempat dianggap ”habis” ketika Zidane kembali melatih Real, tahun lalu. Ramos menjadi tulang punggung Real di 10 kemenangan terakhir tim itu.
Demi Zidane, Ramos rela berlatih dan berdiet keras selama pandemi Covid-19. Tubuhnya saat ini terlihat begitu kekar penuh dengan otot. Dia membuang lemak dari tubuhnya, yaitu hingga tersisa 8 persen. Jumlah itu 1 persen di atas Cristiano Ronaldo (35), mantan penyerang Real yang kondisi fisiknya dinilai setara pemain berusia 25 tahun.
Selain Ramos, motivasi serupa dirasakan Karim Benzema dan Thibaut Courtois. Kebangkitan mental ”Si Putih” adalah faktor utama di balik kejayaan kembali Real di Liga Spanyol. Revolusi taktik Zizou, yang memusatkan kekuatan di lini pertahanan, juga menjadi faktor pendukung.
Gaya kepemimpinan Zidane, kunci kesuksesannya melatih, ternyata telah terbangun sejak lama, yaitu ketika masih berusia remaja atau 17 tahun.
Dia (Zidane) seperti punya intuisi memecahkan masalah tim di lapangan. Ia juga bisa mengeluarkan kemampuan terbaik rekan-rekannya.
”Dia (Zidane) seperti punya intuisi memecahkan masalah tim di lapangan. Ia juga bisa mengeluarkan kemampuan terbaik rekan-rekannya. Selain itu, dia adalah pendengar yang hebat. Itu merupakan hal langka bagi pemain berbakat,” tutur Guy Lacombe, pelatih pertama Zizou ketika masih berlatih di Akademi Cannes, Perancis.
Lebih banyak mendengar
Zizou menganggap dirinya bukan seorang pemimpin alami karena tidak banyak berbicara. Namun, sifat lebih banyak mendengar itu justru menjadi ciri khas sekaligus resep rahasia kesuksesannya di Real.
Setidaknya, hal itu yang dilihat gelandang Real, Casemiro. ”Dia tahu pemain juga manusia, bisa sedih dan marah. Pada saat itu, dia tahu harus berbicara apa dengan kami. Itu adalah kekuatannya,” ucapnya.
Sosok kepemimpinan itu pula yang mengubah pandemi, dari bencana menjadi berkah, bagi Real. Di tengah segala kesulitan, Zizou bisa menjaga motivasi para pemainnya yang sempat terkurung sekitar dua bulan.
Menurut Zizou, Real sempat dipenuhi energi negatif setelah liga terhenti. ”Kami coba memulihkan energi saat kembali. Dengan persiapan matang dan kerja keras, kami mengakhirinya dengan trofi,” katanya.
Meski bukanlah ilusionis bak Harry Houdini, Zizou seringkali mengubah kegelapan jadi titik terang. Pada Piala Dunia 1998 di Perancis, warga asli negara itu sempat diliputi rasialisme dan membenci keturunan Aljazair, seperti Zidane, akibat serangan teroris pada 1995-1996 silam.
Namun, Zizou justru menjadi pahlawan kemenangan Perancis atas Brasil, 3-0, pada final Piala Dunia 1998. Penampilan heroiknya itu lantas membuat wajahnya dipampang di monumen terkenal di Paris, Arc de Triomphe. Lantas, di sebelah monumen kemenangan yang dibuat Napoleon Bonaparte itu tertulis : ”Presiden Zidane”.
Momen itu lantas dikenal dengan l’effet (efek) Zidane. Di mana pun ia berada, Zizou selalu menghadirkan berkah. Tak heran, Presiden Real Madrid Florentino Perez menyebut Zidane sebagai ”berkah surgawi”.