Inter Milan merapatkan jarak ke pemuncak klasemen Liga Italia, Juventus, seusai melumat SPAL 4-0, pada laga Jumat (17/7/2020) dini hari WIB. Alexis Sanchez berperan besar dalam kemenangan besar Inter itu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
FERRARA, JUMAT — Inter Milan tidak menyia-nyiakan kesempatan bertandang ke markas tim peringkat ke-20 Liga Italia, SPAL, di Stadion Paolo Mazza, Ferrara, Italia, Jumat (17/7/2020) dini hari WIB. Mereka menggilas tuan rumah SPAL 4-0. Kemenangan itu menjadi sinya perang mereka ke Juventus dalam perebutan scudetto atau gelar juara Liga Italia Serie A.
Kemenangan Inter itu membuat persaingan scudetto kembali sengit. ”I Nerazzurri” kini hanya tertinggal enam poin atau dua kemenangan dari ”Si Nyonya Besar” di Serie A yang masih menyisakan lima pekan (matchday).
”Bagi kami, penting mengirim sinyal tentang konsistensi, keyakinan, kelaparan, dan tekad. Ini adalah laga yang di atas kertas mungkin termasuk mudah, tetapi Anda tidak boleh meremehkan siapa pun di Serie A. Kami ingin mengamankan tempat di Liga Champions musim depan, merebut kembali posisi kedua, dan lebih dekat dengan yang ada di depan kami (Juventus) walaupun mereka masih jauh,” ujar Pelatih Inter Milan Antonio Conte dikutip Football-Italia seusai laga itu.
Laga tersebut memang bak langit dan bumi. Di atas kertas, Inter Milan unggul segala-galanya daripada SPAL. Tak pelak, sejak awal laga, Conte berupaya agar timnya segera memburu gol untuk mengamankan tiga poin. Itulah yang membuat mantan pelatih Juventus dan Chelsea itu menerapkan formasi supermenyerang, yakni 3-4-1-2 yang bertransformasi ke 4-2-4. Ia ingin skuad asuhannya menggempur dan terus mengurung pertahanan lawan.
[embed]https://youtu.be/m6J6J__JNBk[/embed]
Namun, gol yang dinanti Inter Milan baru lahir di pertengahan babak pertama. Gelandang Antonio Candreva mengakhiri kebuntuan timnya lewat gol sepakan keras dari dalam kotak penalti SPAL di menit ke-37 seusai menerima umpan dari penyerang Alexis Sanchez. Inter pun unggul 1-0 hingga akhir babak pertama.
Memasuki babak kedua, Inter Milan bermain lebih menekan. Mereka pun jadi lebih mendominasi. Tak butuh waktu lama, tiga gol lain pun lahir, yakni lewat bek Cristiano Biraghi di menit ke-55, Sanchez di menit ke-60, dan gelandang Roberto Gagliardini di menit ke-73. Sanchez bisa dibilang bintang dalam laga itu karena menyumbang satu gol dan satu asis, serta beberapa kontribusi dalam membangun serangan yang berujung kemelut bahkan gol.
Formasi 4-2-4 ini adalah taktik yang pernah saya gunakan ketika melatih Bari dan Siena. Sangat memuaskan ketika Anda bisa mencetak gol dari formasi ini.
”Formasi 4-2-4 ini adalah taktik yang pernah saya gunakan ketika melatih Bari dan Siena. Sangat memuaskan ketika Anda bisa mencetak gol dari formasi ini karena Anda melihat pekerjaan menjadi tidak sia-sia,” ujar Conte, yang kini berusia 50 tahun.
Membuka peluang
Dengan kompetisi yang masih bersisa lima laga lagi, bukan tidak mungkin Inter bisa mengudeta Juventus dan merebut takhta juara. Namun, Inter memang harus melakukan usaha lebih jika ingin juara. Sebab, mereka akan menjalani rangkaian laga sulit.
Mereka masih harus menghadapi tiga klub besar, yakni bertandang menghadapi klub peringkat kelima AS Roma (Senin, 20/7), menjamu klub peringkat keenam Napoli (Rabu, 29/7), dan bertandang menghadapi klub penuh kejutan sekaligus peringkat ketiga Atalanta (Minggu, 2/8). Sisanya, mereka menghadapi klub papan tengah, yakni menjamu Fiorentina (Kamis, 23/7) dan bertandang menghadapi Genoa (Minggu, 26/7).
Sementara itu, Juventus akan menjalani rangkaian laga lebih mudah. Klub berjersi putih-hitam itu hanya menghadapi dua klub besar lagi, yakni menjamu klub peringkat keempat Lazio (Selasa, 21/7) dan menjamu AS Roma (Minggu, 2/8). Sisanya, mereka menghadapi klub papan tengah, yakni bertandang menghadapi Udinese (Jumat, 24/7), menjamu Sampdoria (Senin, 27/7), dan bertandang menghadapi Cagliari (Kamis, 30/7).
Kendati demikian, Inter tidak terlalu menggubris calon lawan di lima laga sisa. Klub yang mengoleksi 18 gelar juara Serie A itu hanya ingin fokus menjaga konsistensi permainan demi merebut poin penuh di setiap laga yang tersisa.
”Kami sudah di peringkat kedua. Sekarang, kami ingin melanjutkannya (memangkas selisih poin dengan pemuncak klasemen). Dalam permainan terakhir, kami tidak bisa mendapatkan hasil (memuaskan). Kali ini, kami melakukannya dan kami harus terus seperti ini (bermain meyakinkan dan meraih poin penuh),” ujar Biraghi.
SPAL terbenam
Sebaliknya, kekalahan itu membuat SPAL kian terbenam di dasar klasemen dengan 19 poin dari 33 laga. Secara matematis, kalau memenangi lima laga sisa, mereka bisa mengumpulkan 15 poin yang artinya membuat mereka meraih total 34 poin. Kalau itu terjadi, mereka bisa melampaui Genoa yang sekarang di peringkat ke-17 atau satu tingkat dari zona degradasi dengan 30 poin dari 33 laga.
Namun, perhitungan itu tak semudah membalikkan telapak tangan untuk direalisasikan di lapangan. Setidaknya, dalam laga sisa, mereka harus dua kali bertandang, yakni ke markas Brescia (Senin, 20/7) dan Hellas Verona (Kamis, 30/7). Sisanya, mereka akan menjamu tiga klub yang cukup berat, yakni AS Roma (Kamis, 23/7), Torino (Senin, 27/7), dan Fiorentina (Minggu, 2/8).
Statistik menunjukkan, SPAL hanya lima kali menang dari 33 laga. Sisanya, mereka hanya menuai empat seri dan 24 kekalahan. Bahkan, sejak kompetisi musim ini dimulai lagi per 20 Juni, SPAL menuai enam kekalahan dan satu seri dari tujuh laga yang dijalani.
Untuk itu, kemungkinan besar mereka akan terdegradasi kembali ke Serie B musim depan. ”Ini memang situasi sulit. Namun, kami tidak ingin menyerah sampai akhir,” ujar Pelatih SPAL Luigi Di Biagio dikutip Corriere dello Sport seusai laga tersebut.